Crispy

Sejak 2006 Hingga Kini 103 BPR Gulung Tikar

Suwandi mengatakan setiap bank pasti memiliki laporan yang baik dan memiliki tren yang naik, kalau dilakukan pemeriksaan dan ditemukan fraud yang dilakukan komisaris hingga sekertaris.

JAKARTA-Perkembangan bisnis perbankan ditengah pandemic Covid-19 tahun ini cukup menantang, terutama bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang tersebar di wilayah Indonesia. Hal tersebut menjadi perhatian pemerintah serta lembaga penjamin simpanan.

Direktur Eksekutif Klaim dan Resolusi Bank, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Suwandi menyebut, sepanjang 2006 hingga Juni 2020 sebanyak 103 BPR bangkrut atau likuidasi akibat kinerja keuangan sangat sulit.

“Dari total yang dilikuidasi itu ada sebanyak 103 BPR, satu adalah Bank Century,” kata Suwandi dalam acara Webinar, Jakarta, Selasa (4/8/2020).

BPR yang bangkrut tersebut, kata Suwandi, banyak terjadi di Jawa Barat dan Sumatera Barat.

“BPR yang banyak ditutup itu Jawa Barat dan Sumatera Barat. Ini menjadi kajian wilayah dengan jumlah BPR yang bangkrut lebih besar, apakah ini ada kaitanya dari masyarakat,” ditambahkan Suwandi “Rinciannya di Jawa Barat sebanyak 36 sedangkan di Sumatera Barat 15 BPR,”.

Ditambahkan Suwandi, penyebab BPR berguguran adalah adanya persaingan yang ketat dengan Bank Umum yang menentukan keberlangsungan bisnis mereka. Para nasabah lebih mempercayai Bank Umum karena kelebihan pelayanan dan teknologi yang dimiliki.

Suwandi juga menyebut factor fraud sebagai penyebab bisnis BPR bangkrut. Kondisi tersebut memiliki peran besar membuat BPR likuidasi.

“Bahkan, dalam penelitian bank-bank yang telah dilikuidasi, fraud ini terjadi saat bank masih terefleksi dalam kondisi sehat dan baru terungkap ketika BPR itu bangkrut,” kata Suwandi.

Selanjutnya Suwandi menyebut beberapa variable independen BPR gagal, antara lain perangkapan jabatan pemegang saham dengan dewan direksi, ketidakpatuhan membayar premi, ketidaklengkapan membayar surat pernyataan direksi, serta ketidaklengkapan surat pernyataan dari pemegang saham.

“BPR juga harus mengubah pola bisnis yang mana dalam praktik memang perlu dilakukan,” katanya.

(tvl)

Back to top button