Perang Nagorno-Karabakh Episode Ini Usai dengan Ditandatanganinya Kesepakatan ‘Menyakitkan’ Bagi Armenia
Kesepakatan itu akan berlaku mulai pukul 1.00 pagi hari Selasa, mengakhiri enam minggu bentrokan sengit atas wilayah sengketa yang telah menewaskan ratusan orang
JERNIH– Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, hari ini (Selasa, 10/11) mengatakan bahwa ia telah menandatangani perjanjian “menyakitkan” dengan Azerbaijan dan Rusia untuk mengakhiri perang atas wilayah sengketa Nagorno-Karabakh.
“Saya telah menandatangani pernyataan dengan Presiden Rusia dan Azerbaijan tentang penghentian Perang Karabakh,” kata Pashinyan dalam sebuah pernyataan yang diposting di halaman Facebook-nya. Menurut dia, tindakan yang dilakukannya itu “sangat menyakitkan bagi saya secara pribadi dan untuk rakyat kami.”
Dia mengatakan, kesepakatan itu akan berlaku mulai pukul 1.00 pagi hari Selasa, mengakhiri enam minggu bentrokan sengit atas wilayah sengketa yang telah menewaskan ratusan orang. “Saya telah mengambil keputusan ini sebagai hasil dari analisis mendalam tentang situasi militer,” kata Pashinyan, setelah pasukan Azerbaijan memperoleh keuntungan signifikan melawan milisi yang didukung Armenia di wilayah tersebut.
Azerbaijan dan Armenia saling menuduh menargetkan kota-kota di luar zona konflik. “Ini bukan kemenangan tapi tidak ada kekalahan sampai Anda menganggap diri Anda kalah. Kami tidak akan pernah menganggap diri kami dikalahkan dan ini akan menjadi awal baru dari era persatuan dan kelahiran kembali nasional kami,”katanya.
Seorang juru bicara Kremlin mengkonfirmasi berita tersebut, dan dilaporkan kantor berita Rusia hari ini juga. Tidak ada reaksi langsung resmi dari Baku, Azerbaijan.
Arayik Harutyunyan, pemimpin wilayah Nagorno-Karabakh, mengatakan di Facebook bahwa dia memberikan persetujuan “untuk mengakhiri perang secepat mungkin”.
Pengumuman itu muncul setelah Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan pada hari Minggu bahwa pasukannya telah merebut kota utama Shusha di Nagorno-Karabakh.
Pejabat Armenia mengatakan Senin lalu bahwa pertempuran sengit terus berlanjut di kota itu. Tetapi seorang pejabat senior kelompok separatis mengatakan, hal itu “sepenuhnya di luar kendali kami” dan bahwa pasukan Azerbaijan mengancam kota utama di kawasan itu, Stepanakert.
Pertempuran tersebut menimbulkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas, dengan Turki mendukung sekutunya Azerbaijan, sementara Rusia memiliki pakta pertahanan dengan Armenia dan pangkalan militer di sana. [AFP / Reuters]