Bendung Radikal Terorisme, BNPT Gandeng Fatayat NU
“Fatayat NU diharapkan menjadi pelopor dalam membangun atau memelihara semangat spiritual Islam yang senantiasa menyandingkan dengan semangat nasionalisme dan kebangsaan”
JAKARTA – Peran dan keberadaan organisasi massa (ormas) wanita seperti Fatayat NU sangat penting bagi bangsa Indonesia untuk menekan berkembangnya paham ideologi radikalisme yang berujung pada tindakan terorisme.
Karena itu, dalam upaya memberantas tersebarnya radikalisme dan terorisme, Negara membutuhkan mitra, seperti Fatayat NU sebagai organisasi keagamaan yang mengakar di masyarakat.
Hal tersebut dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar, pada acara Sarasehan Kebangsaan BNPT RI bersama Forum Daiyah Fatayat (Fordaf) NU Provinsi Jawa Barat, di Bandung, Selasa (29/12/2020).
“Fatayat NU diharapkan menjadi pelopor dalam membangun atau memelihara semangat spiritual Islam yang senantiasa menyandingkan dengan semangat nasionalisme dan kebangsaan,” ujarnya.
Semangat tersebut adalah bentuk bela negara umat Islam, apalagi hal itu merupakan hak dan kewajiban warga negara yang diatur dalam konstitusi.
“BNPT lebih banyak sebagai fasilitator dengan semua pihak untuk mengajak meningkatkan kepedulian yang ditunjukkan. Karena biar bagaimanapun keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak boleh terganggu dari masa ke masa,” kata dia.
Boy menjelaskan, selama ini radikalisme dan terorisme selalu mengatasnamakan agama Islam dalam menyebarkan pahamnya. Padahal Islam mengajarkan kasih sayang. Selain itu, para teroris radikalis kerap menyerang simbol-simbol negara. Karenanya, kegiatan mereka bertentangan dengan hukum negara dan ajaran Islam.
“Para pendahulu kita, para pendiri negara, para kyai dan ulama serta santri yang turut serta berjuang mendirikan negara. Kecintaan terhadap Tanah Air adalah sebagian dari iman,” kata Boy.
Untuk itulah diperlukan sebuah kewaspadaan agar nilai-nilai yang tidak sejalan dengan bangsa, tidak mudah masuk kedalam sendi kehidupan masyarakat, yang dapat menjadi virus menghancurkan bangsa.
“Tentu kita harus bersyukur para ulama-ulama besar Indonesia dari masa ke masa lebih banyak yang menyuarakan semangat kebangsaan, Hubbul Wathon Minal Iman (Cinta tanah Air sebagian dari Iman) yang terus digelorakan hingga saat ini. Ini yang harus terus dipelihara,” ujar dia.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol R. Ahmad Nurwakhid, menjelaskan kerjasama antara BNPT dengan Fatayat NU Jawa Barat bernilai strategis. Sebab menjadi bagian daripada pelaksanaan amanah Undang-Undang No.5 tahun 2018 tentang penanggulangan terorisme.
“Amanah tersebut meliputi Kesiapsiagaan Nasional, yang kedua adalah kontra radikalisasi melalui kontra narasi, kontrak ideologi, dan kontra propaganda. Ketiga yakni deradikalisasi,” katanya.
Ia menjelaskan, peranan seorang ibu dalam menjaga benteng NKRI terutama generasi muda sangat vital. Karena imunisasi ideologi yang merupakan vaksin bagi ideologi radikal harus dimulai dari rumah.
“Seorang wanita dalam konteks ini Fatayat NU dapat mengambil peran didalam penanggulangan radikalisme terorisme,” kata dia.
“Tentu kami juga tidak hanya kepada Fatayat NU saja, tetapi juga dengan organisasi-organisasi lain, terutama organisasi kewanitaan atau perempuan lainnya,” Ahmad Nurwakhid menambahkan.
Ketua Forum Daiyah (Fordaf ) Fatayat NU Provinsi Jawa Barat, Yenni Ainul Widad, menjelaskan pihaknya juga akan bekerjasama dengan semua stakeholder yang ada untuk sama-sama bersinergi mencegah berkembangnya paham radikal terorisme di masyarakat.
Pihaknya bakal menempuh tiga program yakni pengkaderan bagi para calon da’iyah, nyantri keren bagi masyarakat umum, dan melakukan silaturahmi da’iyah.
“Saya berharap untuk terus bisa bekerjasama dengan BNPT, mudah-mudahan dengan bersinerginya kita bisa mengurangi paparan radikalisme di tengah-tengah masyarakat yang sudah sangat massif,” kata dia. [Fan]