Berlawanan dengan WHO, Virologis Bilang Virus Corona Dibuat di Lab Wuhan
“Bukti genom menunjukkan RBM telah dimanipulasi secara genetik. Selain itu, SARS-CoV-2 berisi situs pembelahan furin unik di persimpangan S1/S2 dari garis keturunan B dari Beta coronavirus yang ditunjukkan dalam laporan saya, yang sebaliknya sama sekali tidak ada di semua virus corona lain yang dapat ditemukan di alam,” kata Yan.
JERNIH—Orang itu bernama Li-Meng Yan, seorang virologis mantan peneliti di Sekolah Kesehatan Masyarakat Hong Kong. Dengan nekat ia mengunggah makalah di situs web repositori akses terbuka, Zenote. Dalam makalah itu ia menunjukkan bagaimana SARS-CoV-2 “dibuat dengan mudah” di laboratorium hanya dalam waktu enam bulan.
Ahli virus yang belakangan harus kocar-kacir ke luar Cina yang pemerintahnya senang main tangkap itu mengklaim, dia melakukan beberapa penelitian paling awal tentang COVID-19, dua tahun lalu. Dari hasil penelitiannya, ia yakin Beijing telah berbohong.
Yan mengatakan pada New York Post, mantan pengawasnya di Sekolah Kesehatan Masyarakat Hong Kong, sebuah laboratorium rujukan untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), membungkamnya ketika dia menyebarkan peringatan tentang penularan dari manusia ke manusia pada Desember tahun lalu.
Dalam wawancaranya dengan The Week, ia menceritakan penyusuran hingga dirinya sampai pada kesimpulan soal asal-usul virus Corona. Ada dua teori, kata perempuan yang kini melarikan diri ke Amerika Serikat dengan alasan keamanan itu. Pertama adalah teori alam, lainnya adalah teori asal muasal virus dari laboratorium.
Publikasi ilmiah yang mendukung teori asal-usul alam sangat bergantung pada virus corona kelelawar yang ditemukan sebelumnya bernama RaTG13, dengan 96 persen identitas sekuens nukleotida dengan SARS-CoV-2. Namun, ia meragukan keberadaan RATG13 di alam.
“Selain itu, kita hidup di masa ketika genom virus dapat direkayasa dan dimanipulasi untuk membuat virus corona baru. Ada jalur yang sangat mungkin untuk pembuatan laboratorium SARS-CoV-2 dan buktinya ada dalam genom virus. Sesuai evolusi alami, ada kemungkinan virus berasal dari hewan melalui inang perantara dan melompat ke manusia, tetapi membutuhkan waktu yang sangat lama dan peristiwa kebetulan seperti kelelawar bertemu dengan inang perantara yang sesuai dan virus kelelawar yang kebetulan dapat beradaptasi dengan inang baru, dan sebagainya,”ujarnya.
Sementara itu, asal-usul alam virus juga bisa ditiru di laboratorium. Sekuens genom SARS-CoV-2 secara mencurigakan mirip dengan virus corona kelelawar yang ditemukan oleh laboratorium militer dan RBM. Ada motif pengikatan reseptor dalam protein lonjakan SARS-CoV-2 yang menentukan spesifisitas inang virus secara mencurigakan mirip dengan SARS-CoV pada 2003. Dengan begitu di antara kedua virus terdapat serangkaian prosedur laboratorium yang telah terjadi.
“Bukti genom menunjukkan RBM telah dimanipulasi secara genetik. Selain itu, SARS-CoV-2 berisi situs pembelahan furin unik di persimpangan S1/S2 dari garis keturunan B dari Beta coronavirus yang ditunjukkan dalam laporan saya, yang sebaliknya sama sekali tidak ada di semua virus corona lain yang dapat ditemukan di alam,” kata Yan.
Jadi ada kemungkinan situs pembelahan furin disisipkan oleh manusia ke dalam genom SARS-CoV-2. Suatu hal yang diperlukan hanyalah templat untuk menciptakan virus. Untuk virus corona baru ini, kelelawar coronavirus ZC45 dan/atau ZXC21 menjadi templat terdekat atau berbagi identitas sekuens tertinggi dengan SARS-CoV2.
Pola ini sudah ada pada otoritas Cina sejak ditemukan pada 2015 oleh laboratorium di Cina. Setelah templat tersedia, tinggal masalah rekonstruksi semua prosedur virus dari kelelawar coronavirus yang menyasar manusia. Saya juga yakin, meskipun SARS-CoV-2 dibuat menggunakan Zc45/ZXC21, selama pembuatannya pasti perubahan telah diperkenalkan untuk mengaburkan hubungan genetik antara keduanya.
Sejak awal, dunia ilmiah mencoba mengabaikan teori asal virus dari laboratorium buatan manusia. Namun, mereka tidak dapat menjelaskan mengapa virus corona kelelawar dapat menyebar ke dan menulari manusia. Satu fakta yang sangat penting juga, protein envelope (E) dari virus SARS-CoV-2 dan ZC45/ZXC21 100 persen identik, yang tidak pernah terjadi di antara virus corona lintas-spesies.
Sejak menginformasikan kabar ini per Januari 2020, Yan masih konsisten berusaha “melawan kebohongan dan mengungkapkan kebenaran”. Namun, Partai Komunis Cina dan lainnya, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), serta dunia ilmiah dan media terus mencoba menekan dia.
“Saya tidak ingin memaksa siapa pun untuk mempercayai saya. Orang-orang bisa memverifikasi. Namun, orang-orang harus melihat kedua sisi. Saya senang karena semakin banyak orang yang menyadari ini adalah masalah. Selama setengah tahun terakhir, banyak orang hanya mempercayai pihak berwenang. Mereka mengabaikan kemungkinan fakta virus tersebut berasal dari laboratorium dan bukan bencana alam semata. Sekarang orang-orang mulai menyadari. Itu hal yang baik. Mereka sekarang dapat menemukan lebih banyak fakta untuk mendukung penyelidikan mereka, mendiskusikannya, dan berbagi ide. Dengan cara ini, penindasan Partai Komunis Cina dapat dilawan. Saya juga sedang mengerjakan laporan ilmiah kedua untuk menunjukkan bukti kepada dunia,”ujar Yan, mengurai panjang lebar kepada The Week. [The Week/The New York Post]