Depth

Doni Sang Penyintas, the Untold Story: Hari-hari Doni Monardo Sebelum Terpapar dan Setelah Sembuh dari Covid (1)

Rasa lelah jiwa-rata makin terobati demi menyimak kalimat Doni yang berulang dilesakkan ke benak kami, “Jangan pikirkan diri kita, pikirkan derita para korban.” Kalimat yang kurang lebih sama dalam konteks penanganan Covid-19. Doni selalu mengatakan, “Pikirkan para dokter dan tenaga medis. Pikirkan mereka yang meninggal karena Covid-19. Bayangkan beban derita keluarganya.”

Oleh  :  Egy Massadiah

JERNIH—Pesawat jenis ATR mengudara dengan mulus. Di dalamnya adalah manusia-manusia kelelahan. Tak terkecuali Kepala BNPB-Ketua Satgas Covid-19, Letjen TNI Doni Monardo. Tak kurang dari delapan hari kami berada di tengah-tengah lokasi musibah: Gempa bumi Mamuju (Sulawesi Barat), dan banjir di Kalimantan Selatan.

Saat pesawat terbang stabil di ketinggian sekitar 12.000 kaki, lampu tanda sabuk pengaman dimatikan. Kami semua tengah bersiap memejamkan mata, membiarkan tubuh letih ini menikmati singgasana peristirahatannya.

Doni Monardo, pada saat pemeriksaan kesehatan fisik.

Apa boleh buat, urungkan membayangkan kami terlelap. Sebab, mendadak Doni Monardo memanggil sejumlah staf, antara lain Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat BNPB Jarwansah dan saya untuk mendekat ke tempat duduknya, dan melakukan rapat kecil di atas udara. PLT Deputy Darurat Dody Ruswandi yang duduknya berdekatan juga memasang kuping, cermat mendengarkan.

Sudah sekian lama mendampingi Doni Monardo. Itu artinya, saya paham bagaimana etos kerjanya. Tapi toh, pertanyaan yang satu ini tetap saja muncul dalam situasi senja di kabin pesawat ATR itu: “Terbuat dari apakah fisik Pak Doni, sehingga tidak punya rasa capek?”

Baik. Izinkan saya mengilas balik ke delapan hari sebelum peristiwa di atas kabin pesawat itu terjadi.

Hari Jumat, 15 Januari 2021, rombongan Kepala BNPB terbang ke Mamuju, menggunakan pesawat TNI AU. Padahal, Jumat pagi itu agenda Doni sudah terjadwal berkunjung ke lokasi bencana longsor Sumedang bersama sejumlah anggota Komisi 8 DPR RI. Di perjalanan, Presiden Jokowi menelpon, memerintahkan Kepala BNPB berangkat ke Mamuju. Saya mendengarkan langsung pembicaraan Presiden dengan Doni. Alhasil agenda ke Sumedang dialihkan ke Sestama BNPB Harmensyah.

Kami serombongan pun siap di Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Sebuah pesawat Hercules C-130 telah terparkir. Menteri Sosial Tri Rismaharini selanjutnya bergabung di Halim PK. Sedianya, kunjungan itu singkat saja. Jika tidak pulang hari, maka paling menginap satu malam

Yang istimewa, hari itu, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto hadir dan mengantar hingga ke pintu pesawat.

Turut dalam rombongan Doni Monardo, Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan II (Kogabwilhan II), Marsekal Madya TNI Imran Baidirus. Perwira tinggi TNI-AU kelahiran Bukit Tinggi, Sumatera Barat 3 September 1964 itu pernah memimpin Skadron 15 Lanud Iswahyudi, Madiun. Itu artinya, ia adalah seorang penerbang pesawat tempur jenis Hawk MK-53.

Syahdan, Hercules C-130 TNI-AU pun mendarat mulus di bandara Tampa Padang, Mamuju, Sulawesi Barat dengan mulus. Doni – dan seluruh penumpang —kelihatan sangat terkesan dengan kepiawaian pilot yang mendaratkan pesawat angkut berbadan bongsor itu dengan smooth.

Ekspresi kekaguman Doni pun dilayangkan kepada Marsdya Imran, secara tak langsung. Doni bilang, “Wah, mendaratnya mulus sekali. Jangan-jangan tadi pak Imran yang mendaratkan pesawat ini.” Yang mendengarkan pun tertawa.

Skenario berubah

Tiba di Mamuju, rombongan langsung meninjau lokasi musibah. Ternyata, kondisi lapangan butuh penanganan serius. Banyak bangunan ambruk. Tak terkecuali kantor-kantor pemerintah, termasuk kantor Gubernur Sulawesi Barat. Bahkan, saat kami tiba di sana, masih muncul informasi adanya korban yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan, dan belum berhasil dievakuasi karena minimnya peralatan.

Seketika saya membatin, skenario berubah. Ini akan menjadi kunjungan panjang. Doni Monardo baru akan meninggalkan lokasi, ketika ia melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa penanganan tanggap darurat berjalan dengan baik. Sebelum itu semua terjadi, jangan harap Doni balik kanan.

Meski “judulnya” kunjungan satu hari, saya siap sedia dengan pakaian untuk minimal satu minggu. Termasuk siap mental dan fisik manakala harus tidur di tenda. Sebagian rombongan hanya membawa pakaian untuk semalam dua malam saja.

Dan kenyataannya memang begitu. Doni Monardo tidur di tenda yang berlokasi di halaman rumah dinas sekda Sulbar. Kami semua tidur di tenda selama masa tanggap darurat gempa Mamuju – Majene. Memang malam pertama kami sempat numpang rebahan di rumah jabatan  Gubernur Ali Baal Masdar yang masih tegak tak terdampak gempa.

Untuk diketahui, ini adalah kali kedua Doni Monardo dalam kapasitas Kepala BNPB menjejakkan kaki di Mamuju. Sebelumnya 21 November 2019, Doni berbicara tentang mitigasi bencana, ancaman gempa di Sulbar di aula kantor Gubernur yang kini rontok akibat gempa. Doni ditemani sejumlah pejabat BNPB ketika itu melakukan pemaparan pentingnya mitigasi dan kesiapsiagaan di depan para ASN Pemprov Sulbar, disaksikan Gubernur dan Wagub Sulbar.

Terbang ke Banjarmasin

Nyaris saat bersamaan, Kalimantan Selatan diterjang banjir. Alhasil, Doni Monardo pun terbang ke Banjarmasin pada Minggu 17 Februari 2021. Hari-hari di lokasi bencana, berkutat dengan pengkoordinasian penanganan masa tanggap darurat. Ya, baju kami basah. Tubuh kami berkeringat campur lumpur.

Datang berita, Presiden Joko Widodo hendak mengunjungi Mamuju. Doni Monardo dan rombongan pun kembali ke Mamuju.

Kami nikmati dan jalani saja semua tugas dengan dada lapang. Malam hari di pusat perbelanjaan di Banjarmasin kami menugaskan staf membeli perlengkapan, baju, celana serta aneka kebutuhan darurat lainnya untuk kami pakai di Sulbar.

Selasa siang 19 Januari 2020 Presiden pun langsung meninjau lokasi pengungsi di stadion Mannakara Mamuju. Presiden datang untuk memastikan proses evakuasi, pemberian bantuan, berjalan dengan baik. Jokowi juga mengabarkan berita baik mengenai komitmennya untuk membangun kembali sarana dan prasarana pemerintah daerah yang rusak. [Bersambung]

Back to top button