Kelamaan Sekolah Online Sebelas Anak SMP Memutuskan Menikah Muda
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, menyebutkan bahwa batas minimal usia untuk melakukan perkawinan bagi wanita dan pria yaitu 19 tahun.
JERNIH-Sebanyak 11 pelajar sekolah menengah pertama (SMP) di daerah Bone diketahui menikah muda saat pandemi Covid-19.
Menurut Bupati Bone Bolango Provinsi Gorontalo Hamim Pou, kesebelas anak-anak tersebut memutuskan menikah muda karena terlalu lama tidak ada pembelajaran di sekolah.
“Kita menemukan di banyak tempat, karena terlalu lama tidak ada pembelajaran di sekolah membuat banyak kejadian yang memilukan,” kata Hamim Pou di Bone
Hamim Pou mengaku terkejut atas pernikahan mereka karena masih berusia sangat muda.
“Mereka kawin muda, padahal tidak boleh itu. Ada 11 siswa SMP di Bone Bolango ini sudah kawin,” katanya lebih lanjut.
Masih belum pastinya kapan berakhirnya masa pandemi Covid-19 dan belum dimulainya pembelajaran tatap muka sekolah, membuat Hamim khawatir akan banyak terjadi siswa-siswi yang kawin muda. Atau, kasus lain seperti perempuan-perempuan yang melahirkan dan tidak diketahui siapa ayahnya.
“Tidak ada tanggung jawabnya. Mereka hanya pukul lari atau coba-coba dan sebagainya,” kata Hamim.
Untuk itu ia mendorong agar pembelajaran tatap muka dapat segera dilakukan, kaena di samping sudah terlalu lama, Ia juga khawatir semakin menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
“Makanya saya ingin kita di sini bisa berembuk dan bagaimana sikap Pemda terkait rencana pembukaan pembelajaran tatap muka di tengah pandemi Covid-19 ini. Tentu yang utama adalah tetap mengedepankan dan memperhatikan protokol kesehatan,”
Namun Hamim juga mempertanyakan ketersediaan vaksin Corona meminta agar jika dibuka pembelajaran tatap muka, maka seluruh pendidik dan tenaga kependidikan agar sudah divaksinasi.
“Jadi harus kita ketahui berapa banyak datanya, sudah berapa banyak yang divaksin. Ini yang harus kita ketahui, kemudian bagaimana pembelajaran di tengah pandemi ini, dan bagaimana kesiapan institusi pendidikan,” kata Hamim. (tvl)