Seakan Sholat yang Terakhir
Pada saat Sholat kita bisa membesarkan Allah dengan takbir dan aneka pujian, serta merendahkan diri serendah rendahnya di hadapan-Nya melalui rukuk dan sujud.
Oleh: KH Abdullah Gymnastiar
SHOLAT adalah momen terindah bagi seorang hamba yang ingin bersua dengan Allah Al-Kabîr. Pada saat itulah dia bisa membesarkan Allah dengan takbir dan aneka pujian, serta merendahkan diri serendah rendahnya di hadapan-Nya melalui rukuk dan sujud.
Berikut sekelumit kisah Hatim Al-Asham, seorang zahid dan ulama besar generasi tabi’in, yang sangat mengagungkan Allah Al-Kabîr, sebagaimana terungkap dalam Hilyatul Auliya dan sejumlah sumber lainnya.
Suatu ketika ‘Isham bin Yusuf mendatangi majelis Hatim Al’Asham. Dia kemudian bertanya, “Wahai Hatim, bagaimanakah engkau melaksanakan shalat?
Hatim Al-`Asham menoleh ke arah ‘Isham bin Yusuf lalu menjawab, “Apabila datang waktu shalat, aku segera berwudhu baik secara zahir maupun batin.
“Apa yang engkau maksudkan dengan wudhu secara batin?” tanya ‘Isham bin Yusuf.
“Jika wudhu secara zahir adalah membasuh anggota wudhu dengan air, wudhu secara batin adalah membasuh anggota tubuh dengan tujuh perkara, yaitu tobat, penyesalan, meninggalkan dunia, meninggalkan pujian makhluk, meninggalkan wibawa (kehormatan diri), meninggalkan kedengkian dan meninggalkan hasad” jawab Hatim Al-‘Asham.
Dia melanjutkan, “Setelah itu aku pergi ke masjid dan mempersiapkan anggota tubuh dan menghadap ke arah kiblat. Pada saat itu, aku berdiri di antara rasa harap dan cemas. Aku merasa bahwa Allah melihatku. Aku merasakan seakan-akan surga ada di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, sedangkan Malaikat Maut ada di belakangku, dan aku merasa seakan-akan meletakkan kedua kakiku berada di atas shirat al-mustaqîm, dan pada saat itu aku menganggap bahwa shalat yang kulaksanakan adalah shalat terakhir. Kemudian aku berniat dan takbir dengan sebenar-benarnya, membaca bacaan shalat dengan penuh perenungan, rukuk dengan penuh kerendahan, dan sujud dengan penuh perasaan hina di hadapan Allah, tasyahud dengan penuh harap serta salam dengan penuh keikhlasan. Seperti itulah shalat yang aku lakukan sejak tiga puluh tahun terakhir ini.”
Isham bin Yusuf tertegun dan menangis sambil berkata, yang demikian itu hanya engkau yang mampu melakukannya dalam masa saat ini, wahai Hatim. [*]
* Sumber: Buku Asmaul Husna untuk Hidup Penuh Makna