Ini Nich Drone Rusia Paling Canggih, yang Bikin NATO Ketakutan
- Rusia sedang membentuk Okhotnik sebagai drone paling canggih.
- Okhotnik akan menjadi wingman bagi siluman Sukhoi Su-57.
- Cina dan AS masih sibuk mengembangkan konsep wingman.
- Pertempuran udara masa depan tidak lagi melibatkan pilot, tapi robot udara.
JERNIH — AS takut dengan rudal hipersonik Cina. Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) baru-baru ini dibuat ngeri dengan perkembangan Drone Okhotnik, pesawat tanpa awak Rusia yang paling canggih.
Adalah 19fortyfive, situs berita militer independen berbasis di AS, yang mengawali ketakutan NATO. The Beast, demikian drone itu dijuluki, dipastikan akan menjadi masalah besar bagi pertahanan Euro-Atlantik jika produksinya dimulai.
Rusia sedang membentuk Okhotnik sebagai unmanned aerial vehicle (UAV), atau pesawat tak berawak, paling canggih jika spesifikasi yang disebut pengembang benar.
Dalam ulasannya, 19fortyfive menyebut fitur-fitur canggih Okhotnik, termasuk bentuk sayap terbang dan silhuet rendah. Bahkan Okhotnik memiliki kecerdasan buatan (AI) yang memungkinkannya terbang tanpa tautah penuh waktu ke operator manusia.
Artinya, Okhotnik sedang dipersiapkan menjadi pesawat robot yang sepenuhnya otonom.
Okhotnik dikembangkan dua raksasa dirgantara AS; Sukhoi dan MiG Corporation, untuk berbagai misi, termasuk sebagai wingman pesawat tempur siluman generasi kelima Sukhoi Su-57.
Berbobot 20 ton, Okhotnik diperkirakan memiliki jangkauan terbang 3,700 mil — alias mampu terbang dari ujung ke ujung Pulau Jawa bolak-balik tiga kali — dengan kecepatan 600 mil per jam.
Okhotnik diperkirakan mampu membawa 2 ton amunisi, mulai dari rudal jelajah, bom presisi tinggi, hingga rudal anti-pesawat terbang. Lebar sayap drone 19 meter, dan panjang 14 meter dari hidung sampai ekor. Konstruksi komposit material drone dirancang untuk mengurangi tanda radar.
Situs 19fortyfive memperkirakan Rusia akan menggunakan Okhotnik untuk tuga serangan ke dalam wilayah lawan, pengintai/pengawasan, atau pesawat peringatan dini udara.
Sebagai wingman, empat Okhotnik akan beroperasi bersama siluman Sukhoi Su-57 Rusia selama pertempuran udara dan darat.
“Konsep wingman sangat menarik,” kata situs berita itu. “Rusia dipastikan mampu mengendalikan empat drone dengan satu pilot pesawat tempur.”
Pengoperasian Okhotnik sebagai wingman, dengan satu pesawat siluman, akan membuat pertempuran udara berubah. Jika dalam beberapa tahun mendatang Rusia sukses menguji semua sistem untuk Okhotnik, NATO benar-benar tertinggal dalam persenjataan.
Namun, 19fortyfive tidak sepenuhnya yakin dengan Su-57. Menurutnya, pengembang kemungkinan terlalu melebih-lebihkan kemampuan siluman Rusia itu menghindari radar.
Proyek Panjang
Okhotnik kali pertama uji terbang Agustus 2019, dengan pengujian penerbangan bersama jet tempur. Januari 2021, Okhotnik menjatuhkan bom terarah seberat setengah ton di wilayah Ashuluk, kawasan Astrakhan, selatan Rusia.
Februari lalu, sumber di industri militer Rusia mengatakan kepada Sputnik News bahwa pabrik pesawat Novosibirsk Chkalov akan membangun tiga prototipe tambahan, dengan perubahan kecil berdasarkan pengujian operasional protipe pertama.
Perubahan kecil itu termasuk bermain-main dengan peralatan radio-elektronik obboard dan perubahan elemen struktur badan pesawat. Prototipe ketiag dan keempat diharapkan sesuai versi produksi drone, dan akan diuji sampai 2023.
Awal tahun ini, Evgeny Frolov — pilot penguji yang ambil bagian dalam uji coba drone — mengatakan ketika beroperasi bersama Su-57 drone akan dapat mengambil instruksi penargetan dari pesawat tempur, bukan dari pilot.
Jadi, Okhotnik bukan tidak mungkin mampu terbang dengan mode otomatis, atau tanpa mengandalkan operator berbasis darat. Spesialis pesawat militer Rusia memperkirakan Okhotnik kelak akan mengganti semua pesawat tempur.
Juli 2022, Kementerian Pertahanan Rusia mendesak industri militer mempercepat pengujian dan pengiriman Okhotnik. Tahun 2024, Okhotnik diperkirakan telah menjadi bagian kekuatan udara Rusia.
Di luar Rusia, AS dan Cina juga sedang mengembangkan konsep wingman. Tahun 2019, misalnya, Pentagon mengatakan Lockheed Marin dan Boeing sedang mencari cara memasukan sidekicks drone di samping F-3 dan F15EX.
Program wingman Cina dikenal sebagai LJ-1. Beberapa detail drone itu telah muncul, terutama sejak drone pertama kali ditampilkan dalam pertunjukan udara Rusia tahun 2019.
Namun, Okhotnik bukan satu-satunya drone canggih Rusia. Satu lagi milik Rusia yang masih tahap pengembangan adalah Sokol Altius, drone dengan tugas memburu drone.