Ralf Rangnick, Inikah Sosok yang Mampu Menyelamatkan Manchester United?
- Ralf Rangnick keras kepala. Ia menuntut kebebasan menggunakan semua cara untuk membangun klub.
- Ia ditolak AC Milan dan menolak Chelsea
- Pengaruhnya luar biasa besar bagi banyak klub.
JERNIH — Di Jerman, Ralf Rangnick adalah figur godfather dan mastermaind kepelatihan yang dikenal dengan filosofi holistik-nya. Di Inggris, mulai muncul diskusi sosok ini yang akan menyelamatkan Manchester United.
Rangnick dipuja pelatih besar seperti Julian Nagelsmann (Bayern Muenchen), Juergen Klopp (Liverpool), dan menginspirasi pelatih-pelatih baru di Jerman dan Rusia.
Ia kini terikat kontrak tiga musim dengan Lokomotiv Moskwa, dan digadang-gadang akan diboyong ke Old Trafford untuk menggantikan Ole Gunnar Solskjaer. Namun, tidak sedikit yang ragu Manchester United akan berusaha mendapatkannya.
Di Lokomotiv Moskwa, Rangnick menjabat Manajer Olahraga dan Pengembangan. Ia memiliki peran besar, mulai dari perekrutan manajer Markus Gisdol, yang pernah bekerja dengannya di Hoffenheim dan Schalke, sampai pemain.
Saat ini Lokomotiv Moskwa berada lima poin di bawah Zenit St Petersburg. Gisdol diharapkan mampu membawa Lokomotiv Moskwa bersaing dan memenangkan gelar.
Sukses Gisdol akan mengangkat nama Rangnick lebih tinggi lagi, seperti Roger Schmidt yang memimpin RB Leipzig meraih gelar tahun 2014.
Perubahan Pola Pikir
Mempekerjakan Rangnick sebagai konsultan yang memerintah jelas membutuhkan perubuhan pola pikir seluruh hirarki Manchester United. Saat ini, pelatih di Old Trafford dibatasi pada tempat-tempat pelatihan dan area teknis.
Kegagalan Rangnick berunding dengan AC Milan mungkin contoh yang menarik. Saat itu, Rangnick menghendaki peran penuh di Milan. Ia ingin bebas begerak tidak hanya di tempat pelatihan dan area tekniks, tapi juga ruang direktur.
Kepada Mitteldeutsche Zeitung, setelah perundingan yang gagal dengan AC Milan, Rangnick mengatakan; “Jika saya harus pergi ke tempat lain, saya harus bisa melakukan hal-hal dengan cara saya.”
Paolo Maldini, direktur teknik AC Milan, merespon dengan keras; “Ralf Rangnick harus meninjau konsep umum tentang rasa hormat.”
Di Old Trafford, versi karikatur bos Manchester United pada diri Solskjaer — sebagai pria yang selalu tersenyum — sebenarnya tidak cocok lagi untuk saat ini. Namun, mempekerjakan Rangnick lebih tidak cocok lagi dengan kultur manajemen klub.
Rangnick punya alasan melakukan semua yang diinginkan di tempatnya bekerja. RB Leipzig tidak akan meraih sukses besar jika Rangnick tidak bebas menerapkan ide-idenya di klub ini.
Jadi, sulit membayangkan dua anak didik Rangnick; Nagelsmann dan Klopp, tunduh pada siapa pun di atas mereka dalam banyak hal. Keduanya memiliki kepribadian kuat, tapi tidak cukup kuat mengikuti prinsip yang diajarkan sang guru.
Tentang Solskjaer
Mungkin, Klopp dan Nagelsmann hanya belajar satu hal dari Rangnick, yaitu visi bermain dan cara memilih pemain berpotensi menjalankan visinya. Itulah yang tidak dimiliki Solskjaer.
Secara rutin, Solskajer dianggap tidak tahu seperti apa Manchester United seharusnya bermain. Akibatnya, Setan Merah kerap dianggap sebagai freestylers yang menghibur, dan kacau balau saat kalah dua gol tanpa balas di depan pendukungnya.
Terlepas dari sikap keras kepala Rangnick, serta keinginannya menjadi eksekutif, pengaruhnya dalam diri Klopp membuat Liverpool mengakhiri puasa gelar tiga dekade. Pada diri Nagelsmann, pengaruh Rangnick membuat Bayern Muenchen tetap memimpin klasemen Bundesliga dan tetap dihormati di Eropa.
Di Stamford Bridge, pelatih Thomas Tuchel mengatakan; “Saya terpengaruh Rangnick saat bermain untuknya di Ulm — klub divisi tiga. Saya mengambil pekerjaan melatih Chelsea, setelah Rangnick mengatakan menolak tawaran The Blues.”
Lebih dari itu, sebelum berlaga dengan Liverpool, Roberto Firmino dan Sadio Mane diambil Hoffenheim dan RB Salzburg dengan harga jauh lebih murah dibanding duit yang dihabiskan Solskjaer di Manchester United.
Klopp tahu Firmino dan Mane, yang berpengalaman di Hoffenheim dan Salzburg, mampu menjalankan visi bermainnya. Keduanya diboyong ke Anfield.
Rangnick terkenal dengan kemampuannya membantuk pemain. Tahun 2020, harga Timo Werner saat bergabung dengan Chelsea adalah tiga kali lipat dibanding saat dibeli Leipzig empat tahun sebelumnya.
Yang juga menarik pada diri Rangnick adalah tidak menempatkan uang tunai (cash) di urutan pertama pembangunan klub, tapi kompetensi dan culture. Rangnick menolak membeli pemain mahal, tapi membentuk pemain menjadi berharga tinggi.
Pilihan Lain
Jika Manchester United keberatan dengan sikap keras kepala Rangnick, siapa pelatih yang layak menangani Setan Merah?
Ada beberapa nama yang layak dipertimbangkan, yaitu Brendan Rodgers, Zinedine Zidane, dan Mauricio Pochettino. Ketiganya memiliki pendekatan berbeda, dengan Pochettino menjadi yang paling tradisional dibanding lainnya.
Siapa pun yang didekati Manchester United pasti akan belajar dari kegagalan tiga nama besar; David Moyes, Louis van Gaal, dan Jose Mourinho, sebelum mengambil keputusan menerima atau menolak tawaran.
Manchester United tampaknya harus mengambil keputusan sebelum jendela transfer kedua musim dibuka. Pilihannya adalah sekedar mengganti pelatih atau mengubah kultur lama dan menerima kedatangan Rangnick.