Manny Pacquiao: Korupsi Itu Kanker yang Bikin Filipina Sulit Berkembang
- Manny Pacquiao janji penjarakan pejabat era Presiden Duterte yang terindikasi korupsi.
- Sang petinju berjanji kejar uang Filipina yang dicuri Ferdinand Marcos.
- Manny Pacquiao satu-satunya selebritas olahraga yang punya peluang jadi presiden Filipina.
- Sebab, Filipina menggunakan sistem first-past-the-post.
JERNIH — Manny Pacquiao, mantan juara tinju dan senator, mengatakan akan memenjarakan sejumlah pejabat pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte jika dia terpilih untuk berkuasa di Filipina.
“Semua pejabat korup itu harus dipenjara,” katanya dalam wawancara dengan CNN. “Itulah satu-satunya cara kita memiliki pertumbuhan ekonomi.”
Menurut Pacquiao, korupsi adalah kanker di Filipina dan penghambat pembangunan.
Pacquiao berharap memenangkan pemilihan presiden 9 Mei 2022, dan menggantikan Rodrigo Duterte. Ia telah menyusun daftar nama pejabat pemerintahan Duterte yang terindikasi korupsi.
Memanas
Belum ada jadwal resmi kampanye calon presiden sampai Februari 2022. Namun, setiap kubu seolah mencuri start dan mulai berbicara kepada di depan publik.
Sejauh ini, Ferdinand ‘Bonbong’ Marcos Jr — putra mendiang Ferdinand Marcos, mantan diktator Filipina — menggunguli yang lain. Ia menghadapi black campaign, terutama soal tuduhan ayah dan ibunya mencuri 10 miliar dolar AS, atau Rp 142,3 triliun, selama dua setengah dekade berkuasa.
Bongbong Marcos Jr menjawab semua itu dengan santai. Bahwa, semua tuduhan terhadap keluarganya adalah fitnah.
Pacquiao juga menggunakan isu korupsi Keluarga Marcos, dan memasukan rencana mendapatkan kembali uang negara yang dicuri Ferdinand Marcos.
“Saya tidak takut,” kata Pacquiao. “Ini perjuangan saya untuk membangun Filipina, dengan memenjarakan mereka yang terus mencuri kekayaan Filipina.”
Bongbong Marcos Jr melakukan langkah strategis dengan menggandeng Sara Duterte-Carpio, putri Rodrigo Duterte, sebagai calon wakil presiden. Bongbong-Duterte disebut-sebut sebagai aliansi dua keluarga kuat.
Kandidat kuat lainnya untuk menggantikan Duterte adalah Senator Christopher Lawrence ‘Bong Go’, dan Leni Robredo — mantan wakil presiden dan kritikus Duterte, sera walikota Manila dan mantan aktor Isko Moreno.
Idealnya, Duterte mendukung salah satu dari Manny Pacquiao atau Bongbong Marcos. Namun, kepada Manila Times dua hari lalu, Duterte meminta maaf tidak mendukung keduanya.
Presiden Duterte lebih suka mendukung Christopher Lawrence ‘Bong Go’. Adalah Duterte yang mendorong Bong Go untuk bertarung dalam pemilihan presiden.
Politik Dinasti dan Selebritas
Richard Heydarian, profesor ilmu politik Universtias Politeknik Filipina, mengatakan politik dinasti dan selebritas mendominasi Filipina sejak jatuhnya kediktatoran Marcos.
“Untuk sementara selebriti menampilkan diri sebagai alternatif yang dibuat sendiri untuk politik dinasti,” kata Heydarian. “Sebab, meski seseorang selebriti tidak ada jaminan akan menang.”
Pacquiao juga selebritis. Dia selebritas olahraga, dan hanya dia yang punya peluang bertarung, karena pemilu Filipina menggunakan sistem first-past-the-post.
“Jangan lupa, di Filipina tidak ada pemilihan putaran kedua,” kata Heydarian. “Untuk menjadi presiden, yang diperlukan adalah memenangkan lebih banyak suara dibanding calon lain. Tidak perlu mayoritas suara.”
Jika saat ini ada lima calon presiden, seorang calon hanya perlu meraih 20 persen lebih suara. Asumsinya, suara yang lain terdistribusi secara merata ke empat calon lain.
Tahun 2016, Duterte memenangkan kursi presiden dengan perolehan 39 persen suara. Saat itu Duterte tidak perlu kampanye ke sekujur negeri, tapi cukup di wilayah-wilayah pada penduduk.
Jadi, apakah Filipina akan punya presiden yang mantan petinju? Kita lihat saja.