Paxlovid Resmi Menjadi Obat Covid-19 Pertama di Dunia
Penggunaan pil ini wajib atas resep dokter dan dapat diminum setiap 12 jam selama lima hari.
JERNIH – Paxlovid buatan Pfizer resmi menjadi obat oral Covid-19 pertama di dunia. Paxlovid telah mendapat izin penggunaan darurat pil antivirus corona SAR-CoV-2 dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (The United States Food and Drug Administration/US FDA).
Paxlovid menjadi pil antivirus Covid-19 untuk pengobatan pada pasien gejala ringan dan sedang. Obat ini pun disarankan untuk orang berusia 12 tahun ke atas. Obat itu juga digunakan untuk pasien berisiko tinggi, seperti risiko rawat inap dan kematian.
“Paxlovid harus sesegera mungkin diberikan setelah diagnosis Covid-19 dan dalam waktu lima hari setelah timbul gejala,” ungkap FDA dalam pernyataannya, Kamis (23/12/2021).
Sementara Direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Obat FDA Patrizia Cavazzoni mengatakan, penggunaan pil ini wajib atas resep dokter dan dapat diminum setiap 12 jam selama lima hari. Dia melanjutkan, Paxlovid dapat digunakan untuk melawan Covid-19 di tengah penyebaran varian baru Omicron. “Ini langkah yang besar dalam melawan pandemi global,” ujarnya.
Siapa saja yang boleh mengonsumsi obat ini? Pasien yang memenuhi syarat mengkonsumsi Paxlovid adalah mereka yang berisiko tinggi berusia 12 tahun ke atas dengan berat badan minimal 39 kilogram dan memiliki hasil tes positif Covid-19.
Paxlovid mengkombinasikan obat antivirus bernama nirmatrelvir dan ritonavir. Dosis penggunaannya yakni tiga pil dikonsumsi dua kali sehari selama lima hari di mulai setelah timbul gejala.
Pfizer telah mengizinkan produsen generik untuk memasok obat ke 95 negara berpenghasilan rendah dan menengah melalui perjanjian lisensi dengan Medicines Patent Pool, kelompok kesehatan masyarakat internasional.
Sebenarnya ada satu lagi pil yang digadang-gadang menjadi obat Covid yakni Molnupiravir buatan perusahaan farmasi Inggris Merck & Co. Molnupiravir juga tengah ditinjau oleh FDA. Molnupiravir yang dikembangkan dengan Ridgeback Biotherapeutics diklaim dapat mengurangi risiko rawat inap dan kematian sebesar 30 persen dalam uji coba. [*]