Crispy

India Makin Barbar: Pendeta Majelis Agung Hindu Serukan Pembunuhan Massal Kaum Muslim

Pembicara lain, Sadhvi Annapurna, sekretaris jenderal Hindu Mahasabha [Majelis Agung Hindu], menyerukan pembunuhan massal terhadap umat Islam, menurut situs berita Inggris, The Wire.

JERNIH–Para pemimpin beberapa kelompok sayap kanan yang memiliki hubungan dengan pemerintah Narendra Modi yang berkuasa di India, telah menyerukan pembersihan etnis minoritas Muslim, terutama 200 juta Muslim di negara itu. Hal itu berkali-kali disampaikan dalam pertemuan puncak tiga hari, yang terjadi di kota Haridwar, India utara.

Konklaf pidato kebencian selama tiga hari itu diadakan oleh tokoh Hindutva, Yati Narsinghanand yang kontroversial dari 17 hingga 19 Desember di kota Haridwar, India utara. Pada acara tersebut banyak pembicara menyerukan untuk membunuh minoritas dan menyerang ruang keagamaan mereka, sebagaimana dilaporkan The Quint, pada Rabu (22/12) lalu.

“Boikot ekonomi tidak akan berhasil. Kelompok Hindu perlu memperbarui diri. Pedang hanya terlihat bagus di atas panggung. Pertempuran melawan Muslim ini akan dimenangkan oleh mereka yang memiliki senjata lebih baik,” kata Narsinghanand, seorang insinyur yang berubah menjadi pemimpin gerakan fanatic Hindu, pada pertemuan itu, yang disambut sorakan dari kerumunan massa.

Pembicara lain, Sadhvi Annapurna, sekretaris jenderal Hindu Mahasabha [Majelis Agung Hindu], menyerukan pembunuhan massal terhadap umat Islam, menurut situs berita Inggris The Wire.

“Tidak ada yang mungkin tanpa senjata. Jika Anda ingin melenyapkan populasi mereka maka bunuh mereka. Bersiaplah untuk membunuh dan bersiaplah untuk masuk penjara. Bahkan jika 100 dari kita siap untuk membunuh 20 lakh dari mereka (Muslim), maka kita akan melakukannya. Kita menang dan masuk penjara,” kata Annapurna.

The Wire mengatakan KTT itu mempersaksikan “jumlah yang luar biasa dari ujaran kebencian, mobilisasi kekerasan dan sentimen anti-Muslim.”

Dorongan politik dari BJP?

Politisi partai yang tengah berkuasa, BJP, Ashwini Upadhyay dan Udita Tyagi, juga hadir dalam pertemuanbesar itu. Kehadiran keduanya “memberi acara tersebut tingkat dorongan politik dari partai yang berkuasa,” lapor The Wire.

Pembicara mengutip kekejaman massal tahun 2017 terhadap Muslim Rohingya, yang memaksa mereka eksodus dari Myanmar sebagai contoh. Pembicara juga menyerukan adanya kebijakan serupa untuk memungkinkan pembersihan etnis Muslim di India.

“Seperti di Myanmar, polisi di sini, politisi di sini, tentara dan setiap umat Hindu harus mengambil senjata dan kita harus melakukan gerakan pembersihan etnis ini. Tidak ada solusi selain ini,” kata Swami Prabodhanand Giri, kepala Hindu Raksha Sena [Save Hindu Army], sebuah kelompok sayap kanan yang berbasis di negara bagian Uttarakhand utara.

“Jika saya hadir di parlemen ketika PM Manmohan Singh mengatakan bahwa minoritas memiliki hak atas sumber daya nasional, saya akan mengikuti Nathuram Godse, saya akan menembaknya enam kali di dada dengan pistol,” kata pembicara lain, Dharamdas Maharaj, sebagaimana dilaporkan The Quint.

Godse membunuh Mahatma Gandhi pada 30 Januari 1948, dan dipuji oleh kelompok Hindutva di India. Pernyataan Maharaj dibuat mengacu pada pidato Parlemen Singh 2006 di mana perdana menteri saat itu mengatakan minoritas India harus memiliki klaim pertama atas sumber daya negara.

Sebagian dari KTT itu disiarkan langsung di media sosial, memicu kemarahan pengguna yang menggunakan tagar #HaridwarGenocidalMeet dan #HaridwarHateAssembly untuk memanggil kelompok sayap kanan.

The Wire juga membagikan foto-foto pembicara dari Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa, seraya memperingatkan, “pernyataan yang menyerukan pembersihan etnis dan genosida sangat mengkhawatirkan” mengingat hubungan pembicara dengan BJP.

Konklaf kontroversial para pemimpin Hindutva terjadi lebih dari seminggu setelah PM India Modi dilaporkan mengatakan kepada “KTT Demokrasi” yang diselenggarakan AS bahwa semangat demokrasi, termasuk penghormatan terhadap supremasi hukum dan etos pluralistik, telah “mendarah daging di India”.

Kritikus mengatakan Modi telah gagal untuk campur tangan dan menghentikan meningkatnya insiden serangan terhadap minoritas, penyalahgunaan agama oleh garis keras Hindu, dan intoleransi terhadap perbedaan pendapat di negara itu.

Sejak Modi berkuasa pada tahun 2014, massa Hindu telah menghukum mati lusinan orang–terutama Muslim dan Hindu Dalit– yang diduga mengangkut sapi atau memakan daging sapi yang illegal di India.

Kelompok sayap kanan Hindu juga menargetkan Muslim atas “jihad cinta”, teori konspirasi bahwa Muslim memikat wanita Hindu dengan tujuan konversi agama dan akhirnya dominasi nasional.

Umat ​​Islam juga dituduh menyebarkan Covid-19. Dalam beberapa bulan terakhir, gerombolan Hindu telah menargetkan umat Islam yang berdoa pada hari Jumat di India utara.  [The Wire]

Back to top button