Mantan Kepala Eijkman Jelaskan Mengapa Vaksin Merah Putih Molor dari Target
Selain masalah pendanaan juga masalah kurangnya tenaga peneliti baik karena pergi melanjutkan kuliah maupun tersingkir karena peleburan ddalam BRIN
JERNIH-Dengan peleburan Eijkman ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dapat dipastikan akan mempengaruhi jadwal tahapan pembuatan vaksin Merah Putih.
Mantan Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Dr Amin Soebandrio menyebut jika awalnya target uji praklinis selama tiga bulan akan dilaksanakan pada pertengahan 2021. Kini mundur hingga ke awal 2023.
Adapun penyebab molornya seluruh jadwal vaksin Merah Putih karena selain faktor peleburan Eijkman ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), juga berkurangnya tenaga peneliti serta pendanaan.
“Iya, vaksin Merah Putih mengalami keterlambatan (antara lain) karena masalah funding (dana),” kata Amin Soebandrio, pada Rabu (5/1/2021).
Sebagai contoh, tim riset Eijkman sudah sejak Januari 2021, mengusulkan untuk pengadaan alat, namun hingga Desember 2021 alat yang diminta lalu tak kunjung mendapatkan respons karena terbatasnya dana.
Tim bahkan disarankan untuk memanfaatkan peralatan laboratorium milik LIPI di Cibinong, Bogor sementara para peneliti ada di Jl Diponegoro Jakarta Pusat
“Tapi para peneliti kesulitan bolak-balik dari Jl Diponegoro ke Cibinong, itu butuh 2-3 jam perjalanan,” kata Amin Soebandrio.
Kepergian beberapa peneliti yang melanjutkan kuliah program doktoral di luar negeri mulai akhir 2021 juga membuat pengerjaan vaksin terdampak.
Kini Eijkman dilebur ke BRIN, sehingga beberapa asisten tim riset yang merupakan tenaga kontrak tak lagi bisa membantu.
Alasan lain yang membuat molor dari target adalah permintaan pihak industri agar bibit vaksin yang sudah diserahkan pada Januari 2021 dilakukan optimasi di beberapa aspek.
Tambahan yield atau bibit vaksin, kata Amin, untuk proses industri bisa berjalan efisien. Mereka juga meminta agar tim Eijkman meningkatkan kemurnian, dan imunisitasnya agar bisa dilanjutkan ke proses industrinya.
“Semua permintaan sudah selesai dipenuhi per Desember kemarin,” kata doktor bidang imunogenetik dari Universitas Kobe, Jepang, itu.
Dengan peleburan Eijkman ke BRIN membuat pihak industri meminta negosiasi ulang dengan BRIN terkait pendanaan tahap selanjutnya. Nantinya masing-masing pihak akan kembali menyepakati kewajiban masing-masing. (tvl)