Manchester United Bukan Lagi Klub Kaya, Manchester City Kini Jadi Adidaya Finansial
- Laporan KPMG tidak menyebut berapa pengeluargan gaji dan staf, serta apakah Manchester City untung atau rugi.
- Manchester United berpeluang kembali jadi klub kaya jika mampu mengisi stadion dalam 12 bulan ke depan.
JERNIH — Berbelas tahun Manchester City tidak pernah mengalahkan Manchester United dalam mengumulkan penghasilan. Tahun ini, yang terjadi sebaliknya.
Pendapatan The Citizen, julukan Manchester City, lebih tinggi 73 juta pound atau Rp 1,4 triliun, dibanding pemasukan Red Devils — julukan Manchester United.
Dalam rilis pendapatan terbaru tertera Mancheter City menghasilkan 537 juta pound, atau Rp 10,5 triliun, atau melonjak 17 persen dibanding tahun sebelumnya.
Manchester United mengoleksi 464 juta pound, atau Rp 9,1 triliun, dari penjualan hak siar, tiket pertandingan, dan pendapatan komersial Old Trafford.
Tiga kali juara Liga Primer dalam empat musim, dan sekali masuk final Liga Champions, membuat Manchester City layak menggeser Manchester United dalam perolehan penghasilan.
The Citizen, klua aristokrat Manchester, kini boleh menyebut diri sebagai klub kaya. Manchester United, ambruk setelah ditinggal Alex Ferguson, menghadapi kemungkinan sulit kembali ke masa keemasannya.
Laporan yang dibuat konsultan KPMG juga menyeoroti dampak pandemi Covid-19 terhadap industri sepak bola Inggris. Disebutkan, pandemi membuat Manchester City menjadi kekuatan dominan di Manchester dalam hal keuangan.
Angka-angka pemasukan dalam laporan itu menunjukan bagaimana kesuksesan The Citizen mengubah mereka menjadi klub adidaya baru di Liga Primer dan Eropa. Setan Merah, yang belum pernah memenangkan trofi sejak 2017, harus melepas status klub kaya.
Yang bisa diharapkan Manchester United adalah penggemar kembali ke stadion dengan keramahan. Jika itu bisa dilakukan Setan Merah akan bisa mengungguli Manchester City dalam 12 bulan ke depan.
Tugas berat ada pada Ralf Rangnick, pelatih sementara Manchester United, untuk memperbaiki performa klub di Liga Primer dan mengakhiri musim di tempat keempat.
KPMG mengatakan Manchester City belum merilis penghasilan musim lalu, tapi perhitungan sementara menyebutkan klub milik Mansour bin Zayed Al Nahyan dan Khaldoon Al Mubarak itu meraup penghasilan 108 juta pound, atau Rp 2,1 triliun dari sukses mencapai final Liga Champions.
Pendapatan dari hak siar naik 55 persen menjadi 279 juta pound, atau Rp 5,4 triliun. Peningkatan juga disebabkan beberapa pertandingan dipindahkan dari musim sebelumnya ke musim 2020/2021.
Peningkatan pendapatan hak siar ini membuat Manchester City mampu menutup kerugian hari pertandingan, karena laga digelar di stadion tertutup akibat pandemi.
Pendapat komersial juga naik delapan persen menjadi 255 juta pound, atau Rp 5 triliun. Manchester United menghasilkan 232 juta pound, atau Rp 4, 5 triliun, pendapatan komersial.
Namun, KPMG tidak mengungkap berapa pengeluaran Manchester City untuk gaji staf dan pemain. Tidak pula ada laporan klub menangguk untung atau rugi..
Klub yang besar secara finansial tidak ubahnya dinosaurus; harus menghasilkan banyak uang untuk menutup biaya pengeluaran yang juga besar.