Crispy

Hadir di Dharmasraya, Ken Setiawan Ingatkan Soal Jaringan NII Sumbar

Ken mewanti-wanti agar berhati-hati karena kader NII seperti bunglon yang bisa beradaptasi di masyarakat.

JERNIH–Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan, mengapresiasi Tim Densus 88 Mabes Polri yang telah melakukan tindakan preventif strike atau pencegahan keras terhadap anggota NII di beberapa daerah di Indonesia. Ken yang merupakan mantan komandan NII itu menegaskan, NII punya target untuk menggulingkan NKRI dan menjadikan negara Islam.

Dari jumlah total 1.125 orang yang terpapar NII di Sumbar, kata Ken, sudah kembali baiat ikrar setia kembali kepada NKRI sebanyak 391 orang.

Ken datang ke Dharmasraya sebagai narasumber kebangsaan dalam kegiatan ikrar setia kembali ke NKRI pada kelompok masyarakat yang terpapar NII. Kegatan itu dihadiri Kepala Densus 88 Mabes Polri, Kapolda Sumbar, Gubernur Sumber dan Forkopimda, bertempat di Pendopo Kabupaten Dharmasraya, Sumbar.

Setelah menceritakan kisah singkat  pengalaman bergabung kenapa masuk dan kenapa keluar dari NII, Ken juga menceritakan bahayanya NII bagi negara bila  tidak segera ditindak oleh aparat maka akan berpotensi konflik seperti di negara Suriah yang sebelumnya damai sejahtera yang kini hancur.

Menurut Ken, kelompok NII di Indonesia  termasuk jaringan yang ada di Provinsi Sumatera Barat menginginkan berdiri sepenuhnya negara dan hukum Islam di Indonesia. “Mereka sudah ada di seluruh provinsi di Indonesia,” kata Ken.

Mereka menggunakan konsep istilah masuklah ke dalam Islam secara kaffah, yaitu umat Islam yang tinggal di negara Islam dan menggunakan hukum Islam, di Indonesia menurut mereka bukan negara dan hukum Islam maka siapapun pemimpinnya walaupun berganti berkali kali maka jika bukan dari kalangan mereka maka akan selalu di lawan dan diperangi.

Mereka menggunakan perumpamaan sebuah pohon, ada akar batang dan buah, contohnya pohon mangga, akarnya mangga, batangnya mangga dan buahnya pasti mangga, tidak mungkin ada buah mangga, batangnya pepaya dan buahnya kelapa, mustahil itu, jelas Ken.

Tidak seperti di NKRI, pohonnya tidak ada akarnya, batangnya licin dan buahnya ndak jelas seperti panjat pinang yang biasa di laksanakan setiap 17 Agustusan. Itu lambang negara kafir, ujar Ken dalam memberikan contoh doktrin NII.

Konsep akar batang buah itu juga dikomparasi dengan konsep ayat di Al-Quran,  yaitu iman hijrah jihad dalam surat At-Taubah yang artinya dengan berjihad dengan harta dan diri mereka niscaya akan mendapatkan derajat yang lebih tinggi derajatnya dari yang lain, dan merekalah orang yang akan mendapatkan kemenangan.

Iman-hijrah-jihad versi NII juga berbeda dengan masyarakat umum. Iman versi NII adalah meninggalkan dan menolak dan mengingkari Pancasila karena dianggap produk manusia, lalu mereka menganggap NKRI itu jahiliyah, makanya harus hijrah ke NII, lalu terakhir adalah jihad dengan harta dan diri mereka karena dianggap lebih tinggi derajatnya di sisi Tuhan.

Menurut Ken, gerakan NII itu seperti virus yang bisa menimpa siapa saja, tak peduli latar belakang pendidikan, jabatan dan usia, semua berpotensi direkrut NII.

Maka dari itu butuh ketegasan dari pemerintah supaya virus ini tidak menjalar sehingga harus dipotong dan dipangkas. “Siapa yang mengatakan bahwa akan mengganti Pancasila dengan ideologi lain, itu harus bisa dipidanakan,”kata Ken.

Dia juga mendorong pemerintah untuk membuat regulasi yang betul-betul melindungi Pancasila dari serangan ideologi apa pun. “Kalau tidak, bisa bahaya buat negara kita ini. Pemerintah harus tegas untuk membuat undang-undang tersebut,” katanya.

Ken juga memaparkan bagaimana gerakan NII yang selama ini dianggap oleh berbagai pihak telah tiada. Akan tetapi, kenyataannya hari ini NII masih muncul dan masih eksis, serta tumbuh subur di tengah kehidupan masyarakat, bahkan dengan membawa agenda kudeta pemerintah sebelum 2024.

“Gerakan NII ini tidak akan pernah berhenti dan tidak akan pernah surut dan mereka itu pintar menyembunyikan jati dirinya dan pandai membaur di masyarakat seperti bunglon, jadi agak sudah mengidentifikasi mereka,” kata Ken.

“NII ini dia pintar, dia cenderung untuk menyembunyikan jati diri, pintar membaur dengan masyarakat lewat gerakan-gerakan sosial juga. Kelihatannya bagus membantu masyarakat. Akan tetapi punya agenda buruk menggulingkan NKRI.

Berdasarkan pantauannya. Ken menyebut NII yang awalnya sebagai gerakan lokal, kini sudah mulai menunjukkan afiliasinya dengan gerakan transnasional yang sama-sama ingin menggoyahkan Tanah Air dan mengganti ideologi Pancasila dengan sistem agama yang mereka yakini.

Ancaman faktual hari ini, menurut Ken antara lokal dan transnasional bergabung menjadi satu. Karena NII yang tadinya gerakan di bawah tanah, muncul dengan nama baru, mendekati konsep-konsep hijrah bahkan khilafah. Kolaborasi antara NII dan kelompok transnasional ini maka akan menjadi teror yang sempurna, terang Ken.

Ken juga berharap adanya penguatan daya tangkal masyarakat dari ideologi maupun propaganda kelompok radikal, baik oleh pemerintah maupun tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya.

Ia memandang perlu lebih kencang dan masif lagi untuk menjelaskan kemasyarakat tentang konsep harmoni dan kebhinekaan agar masyarakat imun terhadap virus NII.

“Perlu sekali sosialisasi sampai ke bawah agar masyarakat mendapatkan informasi-informasi tentang bahaya dan  propaganda kelompok radikalisme yang mengatasnamakan agama,”kata dia.

Sebagai mantan komandan NII, Ken berpesan agar masyarakat saat ini untuk peka dan mewaspadai gerakan radikalisme dan senantiasa membiasakan diri untuk cek dan ricek terhadap informasi yang diterima, jangan sampai menjadi korban hoax atau bahkan menjadi pelaku karena turut menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya.

Di akhir kisahnya Ken mengatakan bahwa agama Islam itu rahmatan lil alamin, bukan hanya lil kelompok, lil partai, sekte dan lain sebagainya. Tolok ukur beragama adalah ahlaknya baik dan menjadi damai, tapi jika belajar agama menjadi pemarah, mudah menyalahkan bahkan mengkafirkan orang lain maka berarti kita telah belajar dengan guru yang salah.

Jika ada indikasi telah belajar agama dengan guru yang salah, maka konsepnya seperti narkoba, segera stop. Jangan ikuti terus. Karena kalau diikuti akan terpapar paham radikalisme dan terorisme yang sejatinya adalah musuh agama dan musuh negara, kata Ken. [rls]

Back to top button