Crispy

Menteri Pertahanan Yaman Hampir Terbunuh

YAMAN – Serangan rudal yang dilepaskan gerilyawan Al-Houthi di Provinsi Maarib di bagian utara negeri itu, hampir saja membunuh Menteri Pertahanan Yaman, Mohammed al-Maqdashi, Selasa (29/10/2019).

Ditulis kantor berita Turki, Anadolu, serangan tersebut menargetkan pertemuan di markas Kementerian Pertahanan yang dihadiri Menteri Mohammed Al-Maddashi dan komandan militer koalisi pimpinan Arab Saudi.

Dari serangan itu, dua orang tentara dinyatakan tewas. Namun hingga kini belum ada tanggapan dari kelompok Syiah Houthi tentang laporan tersebut.

Gerilyawan Al-Houthi masih menguasai Direktorat Sirwah di Provinsi Maarib dan menggunakan pegunungan tinggi untuk menargetkan markas besar pemerintah dan pemukiman masyarakat setempat.

Sejak 2014, Yaman telah dilanda kekerasan dan kekacauan ketika pemberontak Houthi menguasai sebagian besar negara, termasuk Sanaa. Krisis tersebut meningkat pada tahun 2015, ketika koalisi militer pimpinan Saudi meluncurkan kampanye udara untuk memukul mundur gerilyawan Al-Hputhi.

Menurut PBB, akibat perang tersebut diperkirakan 14 juta jiwa di Yaman beresiko kelaparan. Bahkan puluhan ribu warga termasuk sipil terbunuh dalam konflik tersebut.

Awal Mula Perang Yaman

Perang Saudara Yaman sudah terjadi sejak 2004 silam. Meski gencatan senjata telah beberapa kali dilakukan, namun pertempuran terus meletus.

Hal itu disebabkan antara dua pihak yang masing-masing mengkaim sebagai pemerintah Yaman yang sah. Pihak pertama, mendukung pemerintahan Abd Rabbuh Mansur Hadi dan pihak kedua mendukung pemerintah Komite Revolusi yang dibentuk oleh kelompok Al-Hutsi dan didukung mantan Presiden Ali Abdullah Saleh.

Perang saudara itu dimulai ketika peralihan kekuasaan dari Presiden Ali Abdullah Saleh, kepada wakilnya yang menjadi presiden saat ini, Abd Rabbu Mansour Hadi pada November 2011.

Saleh dipaksa mundur setelah seruan dampak Arab Spring menyebar di kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah. Namun Hadi berusaha menuntaskan masalah tersebut. Di antaranya serangan Al Qaeda, gerakan separatis yang muncul di selatan, perpecahan di kubu militer, korupsi, kekurangan pangan dan pengangguran.

Namun Houthi muncul di tengah masalah negeri. Houthi, gerakan dari wilayah pegunungan di utara Yaman pada 2004, yang merupakan gerakan Syiah Zaidi, semakin berkembang di tengah ketakutan masyarakat dari dominasi Sunni.

Awalnya pertempuran itu hanya terbatas pada kawasan pegunungan di Saada. Lalu meluas ke wilayah utara lain seperti Amran dan wilayah barat, Al Jawf. Houthi mendapat momentum pada 2011 dan menguasai seluruh Provinsi Saada.

Desakan agar Presiden Hadi mundur pada Januari 2015 akibat efek domino dari Arab Spring, membuat Houthi terus menuju ke Yaman Selatan dan mengambil alih Abyan, Aden dan Lahj. Pada Juli dan Agustus 2015, Houthi ditahan oleh pejuang milisi dukungan koalisi Arab.

Desember 2017, Saleh memutuskan hubungan dengan Houthi dan meminta para pengikutnya mengangkat senjata berbalik melawan Houthi. Saleh terbunuh dan pasukannya kalah.

Arab Saudi membentuk koalisi negara-negara Arab untuk mengalahkan Houthis di Yaman pada 2015. Koalisi Arab terdiri dari Kuwait, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir, Maroko, Yordania, Sudan dan Senegal. Beberapa dari negara-negara ini telah mengirim pasukan untuk bertempur di tanah Yaman, sementara yang lain hanya melakukan serangan udara.

Back to top button