Memilih Pintu Kamar Mandi, Belajar dari Kasus Perampokan di Pulomas
Sangat disayangkan mengapa pintu kamar mandinya terbuat dari bahan kayu keras dan sulit dijebol bahkan oleh regu penolong sekalipun.
Penulis: Priyanto M. Joyosukarto
JERNIH-Diberitakan bahwa pada kasus perampokan sadis di Pulomas, ada 11 orang disekap hampir 20 jam di dalam kamar mandi sempit 2×1,5m2 sehingga karena mereka tidak bisa keluar maka mereka kehabisan oksigen. Enam orang tewas dan lima orang perlu perawatan khusus.
Yang sangat disayangkan adalah mengapa pintu kamar mandinya terbuat dari bahan kayu keras dan sulit dijebol bahkan oleh regu penolong sekalipun. Saya menduga itu penyakit orang kaya. Memilih pintu kamar mandi kok seperti pintu depan atau pintu kamar utama atau bahkan pintu gudang dari bahan kuat dan keras.
Saya lihat sendiri banyak orang kaya yang berlebihan dalam membangun rumah sehingga secara tidak langsung malah bisa melukai bahkan membunuh dirinya sendiri.
Akses pintu dibuat dari bahan super kuat seperti kayu tebal dan besi sehingga menyulitkan proses penyelamatan pada saat darurat baik oleh dirinya sendiri maupun oleh orang luar.
baca juga: Pecinta Aspal: Analogi Dasar antara Keselamatan dan Keamanan
Saya jadi ingat tujuh tahun lalu terjadi kebakaran di rumah mewah di Cipinang. Suami istri yang eksekutif puncak sebuah bank swasta itu terjebak di dalam rumah tewas lemas terbakar bersama anak-anaknya karena tetangga tidak bisa segera menolong akibat teralis besinya kelewat kuat.
Pintu kamar mandi seharusnya terbuat dari bahan yang mudah dipecahkan dan juga harus punya lubang ventilasi seperti yang banyak dijual di toko-toko bangunan.
Di bawah tikungan tangga ke lantai atas biasanya bisa dimanfaatkan untuk kamar mandi dengan bantuan exhaust fan untuk sirkulasi udara yang bisa dinyalakan barengan lampu. Bila lampu dimatikan sirkulasi udara terhenti. Selain di bawah tangga itu seharusnya semua kamar mandi punya ventilasi alami kecuali yang salah desain.
baca juga: Pecinta Aspal: Berkendara vs Bertarung: Pengendara ala Petarung
Pengalaman saya agak berbeda karena safety & security first. Atas nama keselamatan dan keamanan maka pintu kamar mandi harus jebol dengan satu pukulan “gyaku tsuki” atau “mae geri/ushiro geri”. Atau bila ruangannya sempit, dengan teknik “hiji chudan ate” ……..he..he.he bukan iklan klub saya, lho!
Maka pilihannya jatuh pada bahan fiber atau triplek yang di bagian bawahnya ada lubang atau kisi-kisi untuk aliran udara masuk. Dan di ujung tembok yang lain ada jendela kaca untuk ventilasi. Murah, meriah, selamat, aman.
Kasus Pulomas juga mengingatkan saya pada kecelakaan maut Oktober 2003 di Probolinggo, sebuah bus wisata dari Jogya bertabrakan dengan truk trailer,
Bus terbakar hebat mulai dari depan. Ke 64 penumpang yang semua wanita berlari ke belakang tapi kerena tidak bisa keluar maka mereka semua mati lemas menghidup asap lalu terbakar. Tragis!
Sejak itu pemerintah mewajibkan agar semua bus dilengkapi dengan palu untuk memecahkan kaca. Padahal jauh sebelum itu, sudah sejak jaman kuliah, kepada murid-murid saya sudah mengajarkan teknik exit strategy dengan memecahkan kaca atau rintangan lain dengan tangan kosong kepada murid-murid di lapangan bila menghadapi situasi serupa atau yang mirip yang mengancam jiwa.
Jadi, lulus sarjana saja belum cukup. Itu belum cerdas. Orang cerdas itu visioner-antisipatif untuk diri dan publik. Akan lebih baik bila punya kemampuan ilmu beladiri
Priyanto M. Joyosukarto, KOMTRASS & TSS Founder/Nuclear Engineer/Industrial Safety&Security Lecturer/Kyokushin Karate Instructor; Kyokushin Karateka 4-th Dan/M-TSA, IKOK Reg. No. 73.236 (1989)/M-TSA Inspirator & Motivator/Road Traffic Observer.