Crispy

Chandrayaan-3 dan Kisah Empat Ilmuwan India Membangun Teknologi Luar Angkasa

  • India membuktikan sebuah negara hanya bisa maju jika punya negarawan, ilmuwan, dan industriawan.
  • Ketika kali pertama membuat roket, India tak punya mobil dan alat transportasi apa pun.
  • Bagian-bagian roket dibawa dengan gerobak lembu, sepeda, dan digotong ramai-ramai.

JERNIH — India baru saja membuat sejarah dengan menjadi negara pertama yang mendaratkan wahana luar angkasa di kutub selatan Bulan. Di balik pencapaian itu ada perjuangan 80 tahun, dan empat ilmuwan peletak dasar sains luar angkasa. Salah satunya Muslim bernama APJ Abdul Kalam.

India Today menulis segalanya dimulai tahun 1940, ketika Vikram Sarabhai — mahasiswa muda dari keluarga kaya raya dan berpengaruh di Ahmedabad — datang ke kampus Institut Sains India di Bengalore setelah meraih gelar sarjana bidang fisika dan matematika dari Universitas Cambridge.

Pendidikan Sarabhai terhenti ketika Perang Dunia II dimulai. Saat itu Sarabhai sedang berada di India untuk berlibur dan tak bisa kembali.

Ketika kembali ke Cambridge, Sarabhai bertanya kepada universitas apakah bisa melanjutkan studi PhD-nya di India. Universitas Cambridge merestui dengan syarat karyanya diawasi CV Raman, fisikawan pemenang Nobel Fisika 1930 .

Di bawah pengaruh CV Raman, Sarabhai tertarik mempelajari sinar kosmik — partikel kecil dan super cepat yang datang dari luar angkasa melintasi alam semesta. Tahun 1942, Sarabhai bertemu Homi Jehangir Bhabha, yang diangkat menjadi profesor Unit Penelitian Sinar Kosmik.

Dua Pandangan

Meski berkawan, Sarabhai dan Bhabha adalah dua figur dengan pandangan berbeda dalam melihat sinar kosmik.

Bhabha tertarik pada sinar kosmik sebagai partikel atom. Sarabhai menggunakan sinar kosmik sebagai alat mempelajari luar angkasa.

Tahun 1945 Perang Dunia II berakhir, Sarabhai kembali ke Cambridge untuk menyerahkan tesis PhD. Dua tahun kemudian dia pulang ke India untuk mendirikan Laboratorium Penelitian Fisika (PRL) di Ahmedabad. Saat yang sama Sarabhai mulai berbicara kepada rekan-rekannya tentang program luar angkasa.

Tidak tertarik mengembangkan senjata, Sarabhai merasa perlu mengembangkan program roket untuk penelitian dan teknologi satelit untuk komunikasi.

Sebagai visioner, Sarabhai menganggap teknologi luar angkasa sebagai pintu gerbang prakiraan cuaca jangka panjang, dngan penerapannya di bidang pertanian, kehutanan, oseanografi, geologi, dan pencarian mineral, yang akan membantu India menjadi negara mandiri.

Bhabha tertarik mengembangkan senjata nuklir untuk pertahanan negara. Di Unit Penelitian Sinar Kosmik, Bhabha mulai mengerjakan teori pergerakan partikel titik, seraya secara mandiri melakukan penelitian senjata nuklir tahun 1944.

Menurut Bhabha, India harus mandiri di bidang energi dan mempertimbangkan nuklir untuk mencapai tujuan itu. Didanai industrialis JRD Tata, Bhabha mendirikan Tata Institute of Fundamental Research (TIFR) tahun 1945, yang memainkan peran penting dalam program luar angkasa India.

Ketika India merdeka tahun 1947, Bhabha menulis surat ke PM Jawaharlal Nehru untuk mendirikan cabang ilmu pengetahuan terpisah dengan energi atom. Tahun berikut Komisi Energi Atom India terbentuk, dan Bhabha menerima tanggung jawab sebagai pemimpinnya.

Semangat Bhabha dilengkapi dengan visi Nehru akan pentingnya lembaga-lembaga ilmu pengetahuan yang dapat memenuhi libido ilmiah bangsa yang baru lahir.

Nehru terkenal dengan kredo-nya, bahwa; Hanya ilmu pengetahuan yang dapat memecahkan masalah kelaparan dan kemiskinan, sanitasi, buta huruf, takhayul, dan mematikan tradisi membuang sumber daya melimpah dengan sia-sia.

Tahun 1954, Nehru membentuk Departemen Energi Atom (DAE) melalui perintah presiden. Selanjutnya, sesuai keputusan pemerintah 1 Maret 1958, Komisi Tenaga Atom berada di bawah Departemen Tenaga Atom.

Kelahiran INCOSPAR

Sabharai keasyikan meneliti sinar kosmik di PRL Ahmedabad. Ia fokus pada sinar kosmik dan sifat-sifat atmosfer bagian atas. Penelitian dalam fika teoretis dan fisika radio ditambahkan dengan hibab dari Komisi Energi Atom yang dipimpin Bhabha.

tahun 1961, sekali lagi akibat pengaruh Bhabha, PRL diakui sebagai Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Antariksa. Sarabhai diangkat sebagai anggota dewan Komisi Energi Atom.

Setelah melihat peluncuran satelit Sputnik oleh Uni Soviet, Sarabhai meyakinkan pemerintah akan pentingnya program luar angkasa. Agustus 1962, Nehru mempercayakan Departemen Energi Atom, yang sekretarisnya adalah Bhabha, mengurus penelitian luar angkasa.

Tahun berikut, tepatnya Februari 1962, Bhabha mendirikan Komite Nasional Penelitian Luar Angkasa India (INCOSPAR) sebagai sayap di bawah Departemen Energi Atom. Sarabhai menjadi ketuanya.

Enam tahun kemudian komite itu berkembang menjadi Organisasi Penelitian Luar Angkasa India, dan populer dengan akronim ISRO.

APJ Abdul Kalam

Sarabhai membutuhkan rekrutan muda yang berdedikasi. Salah satu pemuda yang masuk adalah APJ Abdul Kalam, yang kelak menjadi presiden India.

Kalam hanya punya ijazah bidang fisika tetapi tertarik pada teknik dirgantara. Tahun 1959, saat bekerja di Aeronautical Development Establishment (ADE) di Bengaluru, Kalam ditugaskan memimpin kelompok yang mengembangkan hovercraft untuk pasukan pertahanan.

Dibantu Satish Dhawan, yang kemudian menjadi ketua ISRO, Kalam mengembangkan hovercraft yang membuat VK Krishna Menon — saat itu menjabat menteri pertahanan — terkesan.

Dalam buku cons: Men and Women Who Shaped Today’s India, penulis Anel Dharker mencatat Menon yang meminta Kalam bergabung dengan INCOSPAR sebagai insinyur roket.

Mengubah Gereja Jadi Laboratorium

Di INCOSPAR, Kalam bagian dari tim yang mengawasi peluncuran roket pertama. Sarabhai memusatkan perhatian pada Thumba, sebuah desa nelayan terpencil, sebagai lokasi peluncuran. Alasan Sarabhai, Thuba terletak dekat ekuator Bumi.

Ilmuwan membujuk penduduk desa untuk menyerahkan tanahnya kepada INCOSPAR, yang akan digunakan sebagai tempat peluncuran. Pastor Gereja Maria Magdalena menyerahkan bangunannya kepada ilmuwan.

Kalam mengubah ruang misa gereja sebagai laboratorium. Rumah uskup, tulis Anil Dharker, dijadikan pusat desain roket.

Para ilmuwan bekerja di bawah kondisi menyedihkan. Mereka meneliti di bawah terik matahari, karena tidak ada energi yang bisa menerangi ruangan.

Tidak pula ada akomodasi, yang membuat pengujian roket harus dilakukan di tempat yang jauh. Untuk mencapai tempat itu, bagian-bagian roket dibawa dengan sepeda atau digotong beramai-ramai jalan kaki.

Jika roket cukup besar, ilmuwan mengerahkan gerobak lembu untuk membawa bagian-bagian roket dari lokasi pembuatan ke area pengujian.

Pada 21 November 1963, roket Nike Apache yang berusara keras diluncurkan dari Thumba. AS, Prancis, dan Uni Soviet, berkontribusi besar atas peluncuran ini.

AS menyediakan dua roket, Prancis menyediakan muatan uap natrium, dan Uni Soviet memberikan helikopter Mi-4 untuk melacak jangkauan terbang roket.

Anil Dharker menulis ISRO harus membangun kendaraan peluncur satelit untuk menempatkan satelit di orbit Bumi. Sarabhai ingin Kalam memimpin misi ini. Namun sebelum keputusan itu diambil, Sarabhai meninggal dunia pada 30 Desember 1971.

Satish Dhawan menggantikan Sarabhai dan tahu apa yang harus dilakukan. Ia menunjuk Kalam sebagai penanggung jawab program SLV-3.

Tahun 1975, satelit Aryabhatta diluncurkan oleh Uni Soviet menggunakan kendaraan peluncur Kosmos-3M dari Kasputin Yar. India memulai eksplorasi ruang angkasa.

Mengenang Mereka

Pada 23 Agustus 2023, ketika Chandrayaan-3 mendarat di kutub selatan Bulan, India tidak sekedar larut dalam euforia tapi juga sejenak mengheningkan cipta untuk Sarabhai, Bhabha, Kalam, dan Dhawan.

Modul pendarat Chandrayaan-3 diberi nama Vikram, untuk mengabadikan jasa Vikram Sarabhai — bapak program luar angkasa India.

“Semangat Sarabhai adalah membangun India Baru dengan melompat ke masa depan,” kata Mallika Sarabhai, putri Vikram Sarabhai.

Dalam obrolan mengenang Vikram Sarabhai dengan India Today, Vikram Sarabhai mengenang apa yang ayahnya akan kepada kepada generasi muda.

“Jika ayah masih hidup, dia pasti akan mengatakan kepada generasi muda bahwa pembangunan itu adalah tentang mengubah dan mengubah, bukan PDB, atau mendapatkan dukungan pemerintah. Ayah akan menanamkan semangat untuk mengubah perbedaan bagi negara ini,” kata Mallika.

Kini, jika orang India melihat ke langit, mereka akan bangga telah hadir di Bulan. Vikram Sarabhai, Homi Bhabha, Abdul Kalam dan Satish Dhawan, dipastikan menginspirasi generasi muda India.

Back to top button