Crispy

Houthi Sukses Uji Tembak Rudal Hipersonik, AS dan Israel Dijamin Ketar-ketir

  • Rudal berkecapatan Mach 8 akan membuat sistem pertahanan udara tak berdaya.
  • Kemampuan Houthi diperoleh dari modernisasi rudal usang Uni Soviet dan pakar senjata lokal.

JERNIH — Gerakan Ansar Allah, lebih populer dengan sebutan Houthi, dikabarkan sukses menguji terbang peluru kendali (rudal) hipersonik dan sedang bersiap menambahkannya ke dalam persenjataan.

Mengutip sumber yang dekat dengan Houthi, SputnikGlobe memberitakan rudal itu dapat berakselerasi hingga kecepatan Mach 8, atau hampir 10 ribu kilometer per jam, dan didukung mesin berbahan bakar padat yang mengurangi waktu persiapan peluncuran dan memudahkan tranportasi.

“Houthi berniat mulai secepatnya memproduksi rudal hipersonik untuk menghadapi AS di Laut Merah, Laut Arab, dan Teluk Aden, serta menyerang Israel,” kata sumber yang tidak memiliki kebebasan berbicara karena informasi sensitif.

Sebelumnya, Houthi sempat memberikan indikasi pihaknya sedang berupaya mengembangkan rudal hipersonik di tengah konfrontasi dengan kapal perang AS, Inggris, dan negara-negara Eropa, di Laut Merah. Houthi menyasar kapal-kapal dagang dan semua perjalanan komersial menuju Eropa melalui titik sempit maritim yang strategis.

“Musuh-musuh kami, teman-teman dan rakyat kami akan melihat pencapaian kepentingan strategis yang menempatkan Yaman dan kemampuannya di antara beberapa negara di dunia,” kata Abdul Malik al-Houthi, pemimpin gerakan Ansar Allah dalam pidato Kamis lalu. “Houthi punya kejutan untuk AS dan Israel.”

Houthi dan Konflik Yaman

Yaman terjebak dalam konflik sipil paling brutal sejak 2014, dengan banyak faksi bersenjata saling bertikai. Houthi memimpin Dewan Politik Tertinggi, dengan wilayah kekuasaan di barat laut Yaman serta mengendalikan sebagian besar populasi.

Dewan Transisi Selatan mengendalikan banyak wilayah yang dulu bernama Yaman Selatan dan Republik Yaman, wilayah timur laut dan utara. PBB hanya mengakui kekuatan ini.

Meski berstatus negara termiskin di Timur Tengah dan Afrika Utara, Houthi memperlihatkan diri sebagai ahli perang asimetris, dengan secara teratur menargetkan pasukan AS dan sekutu regional mereka menggunakan drone kamikaze murahan dan rudal balistik usang tapi efektif.

Terpecah selama Perang Dingin, negara Arab satu ini kebanjiran persediaan persenjataan era Uni Soviet dalam jumlah besar. Mulai dari senjata antitank portabel sampai rudal darat ke darat jarak jauh Scud, serta sistem pertahanan rudal antirudal 2K12 Kub yang canggih

Rudal terakhir ini dimodernisasi menjadi Fater-1, dan digunakan untuk menembak jatuh lima drone buatan AS.

Selain mampu memodernisasi senjata usang Uni Soviet, Houthi sukses menyita sejumlah besar peralatan militer dari koalisi Arab selama konflik 2014-2022, mulai dari kendaraan ringan hingga kapal perang, ranjau laut, dan instalsi artileri.

Houthi pantas bangga dengan penciptaan senjata yang dikembangkan parah ahli Yaman. Di sisi lain, Barat kerap menuduh Houthi mendapat bantuan dari Iran. Apalagi Tehran tidak segan-segan mengatakan sangat mendukung Houthi secara politik.

Namun, Iran juga mengatakan dukungan itu tidak mencakup pemberian teknis atau bantuan militer. CIA mengklaim Houthi menerima bantuan teknis dari Iran, tapi tidak pernah mengungkapkan hubungan konklusif yang menguatkan dukungan itu.

Rudal Pembunuh Kapal Induk

Tidak ada rincian teknis rudal hipersonik yang diuji tembak Houthi; jangkauan, berat hulu ledak, dan karakteristik utamanya. Namun, para pengamat militer mengatakan jika informasi ini benar, teater perang Laut Merah dipastikan akan berubah.

“Jika Houthi benar-benar memiliki rudal berkecepatan Mach 8, sistem pertahanan udara berbasis kapal perang yang dimiliki AS tidak akan berdaya,” kata Alexei Leonkov, pengamat militer dan veteran tentara Rusia.

Pertahanan udara di Semenanjung Arab, yang secara sporadis menembaki Houthi, tidak akan mampu mencegat rudal berkecepatan Mach 8. “Jika Houthi belajar menyerang secara akurat kapal perang dengan rudal hipersonik, kita akan melihat bagaimana AS kalah dan dipermalukan,” kata Leonkov.

Pengamat militer lain memperkirakan AS akan mengalami sesuatu yang mirip Vietnam. Pejuang Houthi akan memiliki kemampuan yang melebihi apa yang mereka nikmati saat ini untuk mengalahkan pasukan negara-negara Barat.

Back to top button