Crispy

Sebuah Kota di Jerman Gelar Referendum untuk Musnahkan Burung Merpati

  • Populasi merpati di Limburg-an-der-Lahn meningkat tajam selama pandemi Covid-19.
  • Kotoran merpati menghiasi balkon, halaman depan restoran, dan sudut kota lainnya.

JERNIH — Penduduk Limburg-an-der-Lahn, sebuah kota di Jerman, memutuskan untuk membunuh setiap merpati di kota mereka karena burung satu ini berbiak di luar kendali dan sangat mengganggu.

“Warga Limburg-an-der-Lahn menggunakan hak mereka untuk memutuskan bahwa burung itu harus dibunuh oleh elang,” kata Marius Hahn, walikota Limburg-an-der-Lahn, seperti dikutip Russia Today.

Der Spiegel melaporkan pemerintah kota kebanjiran keluhan banyaknya burung merpati selama pandemi Covid-19. Kotoran burung berserakan di setiap sudut kota, menimbulkan situasi tak sedap di luar restoran dan balkon rumah penduduk.

Pemerintah kota merespon dengan menggelar referendum, Minggu 9 Juni. Hasilnya, sebanyak 7.530 orang — atau 53 persen dari total penduduk — mendukung pemusnahan massal merpati.

“Sungguh hasil tak terduga,” kata Hahn.

Saat referendum berlangsung, penduduk Jerman di semua kota sedang memberikan suara dalam pemillihan Parlemen Uni Eropa. Beruntung hajat politik besar itu tidak terganggu.

Sesuai usulan dewan kota, metode pemusnahan menggunakan elang. Artinya, elang akan menjadi pemikat bagi merpati untuk masuk ke dalam perangkap.

Setelah merpati dalam jumlah besar masuk perangkap, petugas akan memukul kepala burung itu sampai tak sadar diri. Berikutnya, petugas mematahkan leher setiap merpati untuk memastikan kematiannya.

Pemusnahan segera dimulai dan akan berlangsung dua tahun. Namun, pemerintah kota juga mengusulkan pendirian ‘rumah merpati’, tempat burung yang menjadi hama itu membuat sarang dan bertelur.

Jika merpati betina bertelur, petugas akan menggantinya dengan telur plastik. Metode ini dimaksudkan untuk mencegah merpati berkembang biak secara tak terkendali.

Berthold Geis, penyewa elang yang akan terlibat dalam pemusnahan, mengatakan metode yang diusulkan pemerintah kota tak akan berhasil. Ia yakin pemusnahan akan menarik lebih banyak merpati dari kota-kota lain datang ke Limburg-an-der-Lahn.

Berbeda dengan Geis, kelompok hak asasi hewan marah besar dengan keputusan warga Limburg-an-der-Lahn memusnahkan merpati. Mereka menyebut pemerintah kota sebagai sekelompok pembunuh dan sampah manusia, serta mengancam akan membunuh elang yang disewa melakukan pemusnahan.

“Kita hidup di tahun 2024, tidak mungkin membunuh hewan hanya kerna mengganggu kita,” kata Tanya Mueller, manajer proyek merpati Limburg, kepada Sky News.

Back to top button