CrispyVeritas

32 Tahun Peristiwa Tiananmen, Siapa Lagi Mengenang Korban?

  • Di Hong Kong, peringatan Peristiwa Tiananmen terakhir kali digelar di Victoria Park, 4 Juni 2019.
  • Kelak tidak akan ada lagi peringatan itu. Museum 4 Juni, untuk mengenang peristiwa itu, juga ditutup.
  • Namun ada cara lain yang bisa dilakukan setiap individu di Hong Kong dan Cina untuk mengenang peristiwa itu.

JERNIH — Selama bertahun-tahun Cina berusaha menghapus ingatan kolektif warganya akan aksi unjuk rasa pro-demokrasi di Lapangan Tiananmen 1989. Tahun ini, upaya itu diarahkan ke Hong Kong setelah Partai Komunis Cina (PKC) semakin kuat menancapkan kukunya.

Tidak boleh ada diskusi apa pun tentang Peristiwa Tiananen 1989, atau ketika tentara memberondongkan peluru dan melindas pengunjuk rasa dengan tank. Tidak boleh ada perayaan tahunan untuk mengenang korban tewas.

Hong Kong dan Macau, wilayah semi otonom, adalah tempat terakhir di tanah Tiongkok yang diizinkan menggelar acara memperingati Peristiwa Tiananmen setiap 4 Juni. Hong Kong kembali ke pangkuan Cina 1 Juli 1997, delapan tahun setelah peristiwan berdarah itu. Portugal mengembalikan Macau ke Cina Desember 1999.

Tahun 2019 adalah terakhir kali Peristiwa Tiananmen diperingati di Hong Kong. Saat itu, ribuan orang berkumpul di Victoria Park untuk mengenang para korban yang tewas di Tiananmen 30 tahun lalu.

Tampaknya peringatan itu berhenti pada tahun ke-30. Tahun 2020, pemerintah Hong Kong punya alasan untuk melarang peringatan di Victoria Park, yaitu pandemi Covid-19. Tahun ini, alasan serupa juga digunakan untuk meniadakan peringatan itu.

Upaya menghapus ingatan kolektif menjadi sempurna dengan penutupan Museum Pembantaian Tiananmen, atau Museum 4 Juni, hanya dua hari sebelum 4 Juni. Alasan penutupan adalah museum tidak punya izin mengadakan pameran publik.

Menteri Kemanan Hong Kong memperingatkan warga untuk tidak mengikuti pertemuan di Victoria Park. Hong Kong Free Press memberitakan yang mengikuti acara itu diancam penjara lima tahun, yang menyebarkan informasi peringatan diancam satu tahun penjara.

Di Hong Kong, generasi muda tumbuh dengan sedikit pengetahuan atau perdebatan tentang Peristiwa Tiananmen, tapi upaya mengakhiri peringatan akan peristiwa itu mencerminkan putaran sekrup dalam kontrol Beijing atas bekas koloni Inggris itu.

Cengkeraman kian kuat menyusul protes anti-pemerintah tahun 2019, yang berkembang menjadi bentrok disertai kekerasan antara pengunjuk rasa dan polisi. Berikutnya adalah tindakan keras lebih luas terhadap perbedaan pendapat.

Sejak UU Keamanan Nasional diberlakukan pihak berwenang berusaha menangkap hampir semua tokoh pro-demokrasi yang berbicara terbuka. Kini sebagian besar dari mereka berada di balik jeruji besi.

Seruan

Terlepas dari pembatasan itu, tahun ini muncul seruan bagi warga Hong Kong untuk memperingati Peristwia Tiananmen 1989 secara pribadi. Penyelenggara meminta penduduk menyalakan lilin pada pukul 20:00, di mana pun mereka berada.

Panggilan online di media sosial juga mendesak warga berpakaian hitam pada hari Jumat 4 Juni 2021. Surat kabar Ming Pao pekan lalu menerbitkan artikel yang menyarankan agar penduduk menulis angka enam dan empat di sakelar lampu mereka, mengacu pada 4 Juni. Tujuannya, setiap membalik sakelar, penduduk akan mengingat peristiwa 32 tahun lalu di Beijing.

Chan Kin Wing secara teratur menghadiri peringatan Peristiwa Tiananmen. “Saya lahir di Hong Kong. Jika saya lahir di Cina daratan, saya mungkin menjadi salah satu mahasiswa di Lapangan Tiananmen,” kata Chan, yang kedua orangtuanya melarikan diri ke Hong Kong tahun 1960-an.

Ketika 4 Juni 1989 terjadi Peristiwa Tiananmen, lanjut Chan, warga Hong Kong menyaksikan peristiwa bersejarah itu, tentang mahasiswa yang dibantai rezim korup.

Tahun ini, Chan berecana mematuhi imbauan dengan mengenang Peristiwa Tiananmen secara pribadi. Ia akan berpakaian hitam dan menyalakan lilin. Ia juga telah mengubah foto profilnya di media sosial, dengan nyala lilin dalam gelap.

Tiananmen Mothers

Di Cina daratan, kelompok Tiananmen Mothers — yang mewakili kerabat korban — menerbitkan seruan di stius Hak Asasi Manusia di Cina. Mereka mendesak Partai Komunis Cina (PKC) mendengar tuntutan lama mereka agar merilis catatan resmi tentang tindakan keras, kompensasi bagi korban tewas dan terluka, dan meminta pertanggung-jawaban pejabat terlibat.

“Kami menantikan hari ketika PKC dan pemerintah Cina dengan tulus dan berani meluruskan dan mengambil tanggung jawab atas pembantaian 1989 sesuai hukum dan fakta,” demikian pernyataan Tiananmen Mothers.

Tiananmen Mothers didirikan tahun 1990-an. Jumlah anggotanya tak diketahui, tapi 62 dari mereka telah meninggal dunia. Menurut mereka, banyak generasi muda Cina tumbuh dalam perasaan yang salah tentang kegembiraan, kemakmuran, dan kemuliaan yang dipaksakan pemerintah, dan tidak tahu atau menolak mempercayai apa yang terjadi pada 4 juni 1989 di Beijing.

“Di Hong Kong, penangkapan dan penghukuman terhadap aktivis terkemuka memiliki efek mengerikan pada mereka yang berpartisipasi dalam aksi berjaga di masa lalu,” kata Chouw Hang Tung, wakil ketua Aliansi Hong Kong untuk Mendukung Gerakan Demoratik Patriotik Cina yang mengoperasikan Museum 4 Juni.

Menurutnya, ada ketakutan dan orang-orang tidak bisa berasumsi mereka bisa datang dan mengungkapkan ingatan mereka untuk korban Pembantaian Tiananmen.

Chow mengatakan yang membuatnya terus bergerak adalah mimpi Cina dan Hong Kong memiliki demokrasi suatu saat nanti, meski ombak menuju ke arah lain.

“Ini sesuatu yang layak diperjuangkan,” katanya. “Jika suatu hari nanti kita bisa bicara tentang Tiananmen, itu artinya Hong Kong benar-benar berasimilasi dengan Tiongkok.”

Back to top button