70 Tahun Perang Korea: Dulu Saling Tembak, Kini Lempar Selebaran
Seoul — Besok, 25 Juni 2020, Semenanjung Korea mengenang 70 tahun Perang Korea. Kedua pihak punya cara mengingat saat-saat itu, seraya berharap ketegangan di perbatasan tak memicu konflik baru.
Ketegangan dimulai ketika pembelot Korut di Korea Selatan (Korsel) melepas balon udara berisi selebaran melintasi perbatasan. Pyeongyang bereaksi keras, dengan meledakan gedung Inter Korea, mengeluarkan ancaman, dan mengaktifkan kembai pos-pos penjagaan di garis demarkasi (DMZ).
Terakhir, Korut memasang kembali pengeras suara raksasa untuk kepentingan propaganda perbatasan. Pengeras suara dipasang mengahdap ke selatan.
Dunia hanya bisa berharap ketegangan tak berubah menjadi konflik terbuka, karena neraka Perang Korea terdokumentasi sedemikian rupa untuk menjadi pengingat.
Paling Berdarah
Perang Korea berlangsung tiga tahun. Dimulai 25 Juni 1950 dan berakhir 27 Juli 1953.
Perang Korea akan selalu dikenang sebagai konflik paling berdarah dalam sejarah perang modern, dengan tiga juta orang tewas. Proporsi korban sipil dalam Perang Korea jauh di atas Perang Dunia II dan Perang Vietnam.
Ketegangan di Semenanjung Korea meningkat setelah akhir Perang Dunia II, dan diperburuk Perang Dingin yang terus meningkat.
AS dan Uni Soviet membebaskan Semenanjung Korea dari pendudukan Jepang pada 15 Agustus 1945, dan terpecah menjadi zona-zona pendudukan. Soviet di utara, dan AS di selatan.
Batas keduanya ditarik sepanjang parlel ke-38 tahun 1948, yang secara efektif membelah Semenanjung Korea. Kil Il-sung mendirikan negara komunis di wilayah yang dibebaskan Uni Soviet. Syngman Rhee membentuk negara kapitalis di selatan.
Keduanya diakui sebagai pemerintah sah Korea.
Pada 25 Juni 1950, atau dua tahun setelah garis batas ditarik, Tentara Rakyat Korea (KPA) — dengan dukungan Uni Soviet dan Cina — melintasi perbatasan.
Dewan Keamanan PBB membentuk Komando PBB, dengan 21 negara bergabung mengirim pasukan dan persenjtaan ke selatan. AS berkontribusi 90 persen, personel dan persenjataan.
Dua bulan pertama KPA sukses merangsek ke selatan, nyaris menguasai seluruhnya dan mendeklarasikan kemenangan.
Pasukan Korea Selatan bertahan mati-matian di Busan, dikenal sebagai parimeter Pusan, menunggu Pasukan PBB.
September 1950 terjadi pembalikan. KPA terdesak hebat, dan mundur sampai ke wilayahnya. Oktober 1950, Pasukan PBB menginvasi Korut.
Kim Il-sung dan pasukannya terdesak hebat sampai ke Sungai Yalu, batas alamiah Semenanjung Korea dan Cina. Beijing bereaksi, dan mengirim pasukan menyeberangi Sungai Yalu.
Pasukan PBB mundur. Perang berubah menjadi pertempuran skala kecil, dengan kedua pihak saling pukul dan mundur.
Selama tiga tahun Perang Korea, Seoul — ibu kota Korea Selatan — empat kali direbut Korut dan dibebaskan.
Memasuki pertengahan 1953, kedua pihak mulai kelelahan. Perjanjian Gencatan Senjata ditanda-tangani, dan menciptakan zona demiliterisasi (DMZ) Korea.
Perang Korea tidak pernah berakhir, karena kedua pihak tidak pernah meneken perjanjian damai. Pertemuan Presiden Korsel Moon Jae-in dan pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un tahun 2018 relatif hanya menghasilkan kesepakatan kerja sama.
Tidak ada formalitas kesepakatan, kendati kedua negara sepakat membangun kawasan industri bersama di Keasong. Kini, ketegangan meningkat lagi karena kedua pihak melanggar Perjanjian 2018.