Abe Berencana Perpanjang Status Darurat Nasional Jepang
TOKYO-Dengan mempertimbangkan masukan dari para pakar, Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe berencana memperpanjang status darurat nasional yang akan berakhir pada tanggal 6 Mei mendatang.
Dilansir AFP, Jumat (1/5/2020), pemerintah Jepang telah memberlakukan darurat nasional pada 7 April lalu yang mencakup Tokyo dan enam prefektur lainnya, akan berakhir 6 Mei mendatang.
“Kami akan mendengarkan pendapat mereka dan kami berharap untuk membuat keputusan pada 4 Mei,” kata Abe.
Baca juga: Perusahaan di Jepang Buat Masker Bra Untuk Tanggulangi Covid-19
Sementara Reuters, hari Jumat (1/5/2020) memberitakan keadaan darurat saat ini akan berakhir pada 6 Mei
“Pemerintah Jepang secara resmi akan memutuskan untuk memperpanjang keadaan darurat pada Senin setelah mengadakan pertemuan para ahli tentang virus,” tulis NHK, tanpa mengutip sumber.
Menurut Abe, dibanding beberapa negara lainnya, hingga saat ini Jepang berhasil menekan peningkatan jumlah kasus Covid-19 secara tajam, namun ia menganggap masih diperlukan kewaspadaan untuk menjaga capaian tersebut.
Baca juga: Warga Jepang Keluhkan Masker Pembagian Pemerintah Penuh Kutu
Meskipun angka komulatif kasus Covid-19 di Jepang mencapai angka 14.300 dengan angka kematian yang relative kecil yakni 432 kematian, namun banyak pihak telah memperkirakan akan perpanjangan darurat nasional.
Meskipun saat ini angka penularan relatif kecil, namun ada kekhawatiran terjadinya lonjakan infeksi yang dapat membahayakan sistem kesehatan negara itu
Asosiasi dokter bahkan telah mengingatkan stok alat pelindung diri (APD) rumah sakit sudah mulai menipis.
Baca juga: Para Ahli Sarankan Pakai Masker dan Social Distancing Hingga Tahun Depan
Diketahui sebelumnya para pejabat di Osaka telah meminta sumbangan jas hujan untuk digunakan sebagai APD bagi petugas kesehatan yang terpaksa menggunakan kantong sampah.
Jepang telah melaksanakan berbagai upaya untuk menekan laju penyebaran kasus Covid-19 diantaranya mengisolasi pasien Covid-19 dengan gejala ringan ke hotel-hotel disbanding mengirim mereka di rumah sakit yang penuh sesak.
Pemerintah Abe dikritik karena responsnya yang lambat terhadap wabah virus corona dan kegagalannya membuat program pengujian yang agresif.
(tvl)