Akademisi: Taliban Tak Seperti ISIS, Namun Hakekat dan Tabiatnya Hampir Sama
“Tentunya ini yang sebenarnya tantangan besar bagi bangsa Indonesia hari ini. Ini akan mempengaruhi ruang gerak dakwah para aktivis yang mengidolakan Taliban”
SURAKARTA – Sudah saatnya masyarakat Indonesia memahami lebih dalam makna dari Kemerdekaan RI yang sesungguhnya. Hal itu penting agar masyarakat memiliki daya tangkal menghadapi berbagai ancaman yang ada, seperti hoaks, adu domba, intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
Demikian dikatakan Dosen Pascasarjana bidang Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam dari Universitas Nahdatul Ulama (UNU) Surakarta, Amir Mahmud, di Jakarta, Kamis (19/8/2021).
Menurutnya, salah satu upaya untuk memperkuat daya tangkal masyarakat adalah memahami wawasan kebangsaan yang religius. Apalagi, tantangan terbesar bangsa Indonesia adalah masalah ideologi.
“Apa yang terjadi akhir-akhir ini akarnya bermula dari ideologi yang kemudian berkembang menjadi radikalisme dan terorisme,” kata dia.
Masalah yang sedang terjadi di Afghanistan dimana kelompok Taliban berhasil menggulingkan pemerintah yang sah, menjadi contoh konkrit dari masalah ideologi. Karenanya, dikhawatirkan dijadikan simbol pergerakan oleh kelompok-kelompok radikal yang ada di Indonesia.
Meski Taliban tidak seperti kelompok radikal Islamic State of Suriah and Iraq (ISIS), tetapi hakekatnya dan tabiatnya hampir sama. Hanya saja dapat mempengaruhi ruang gerak dakwah aktivis mereka yang menjadikan idolanya, pergerakan Islam yang memunculkan kekuatan dan mampu menumbuhkan di satu negara yang hari ini dilakukan Taliban di Afghanistan.
“Tentunya ini yang sebenarnya tantangan besar bagi bangsa Indonesia hari ini. Ini akan mempengaruhi ruang gerak dakwah para aktivis yang mengidolakan Taliban,” katanya.
Agar hal yang sama tidak terjadi di Indonesia, mengingatkan agar semua elemen bangsa benar-benar serius dalam upaya pencegahan terhadap paham radikalisme dan terorisme di berbagai lini dan di berbagai tempat.
”Pencegahan ini menjadi sesuatu hal yang harus kita tekuni dan kita lakukan secara serius, agar generasi muda tidak menjadi korban penyebaran paham radikal terorisme,” ujar dia.
Tugas pencegahan tentunya tidak hanya dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), tetapi harus semua pihak. Sehingga segenap seluruh elemen masyarakat mampu mencegah dan mampu juga melakukan deradikalisasi kepada pihak-pihak yang sudah terpapar terhadap paham radikal terorisme.
“Para tokoh-tokoh yang setiap harinya berhadapan dengan masyarakat itulah yang menjadi kunci untuk melakukan upaya pencegahan dan deradikalisasi kepada masyarakat,” katanya.