Anggrek Kimilsungia, Hadiah Bung Karno untuk Korea Utara
Pemimpin Republik Demokratik Rakyat Korea Utara Kim Jong-Un berziarah ke makam kakeknya yang Kim Il-Sung pada (8/7/2020).
KBS World mengabarkan, beberapa pejabat tinggi Korut tampak mendampingi Kim Jong-Un berziarah pada peringatan dua puluh enam tahun kematian “Presiden Abadi” Korut itu.
Di antara yang hadir, tampak Presiden Presidium Majelis Rakyat Tertinggi Korut, Choe Ryong-hae, Ketua Komite Urusan Dalam Negeri, Park Pong-ju, Perdana Menteri Korut, Kim Jae-Ryong dan sejumlah pejabat tinggi lainnya.
Tiap 8 Juli, Korut memperingati kematian sang “Pemimpin Abadi Juche Korea”. Ia meninggal pada 8 Juli 1994 pada usia 82 tahun.
Kim Il-Sung yang lahir pada 15 April 1912 ini ternyata memiliki “hubungan khusus” dengan Ir. Soekarno.
Pada tahun 1964 Soekarno melakukan lawatan ke Korut. Bulan April tahun depannya giliran Kim Il-Sung yang berkunjung ke Indonesia bersama anaknya yang merupakan ayah Kim Jong-Un, Kim Jong-Il. Ia datang atas undangan Presiden Republik Indonesia waktu itu untuk hadir dalam peringatan 10 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA).
Disarikan dari berbagai sumber, rombongan Kim Il-Sung sempat diajak “Bung Besar” melihat-lihat Kebun Raya Bogor. Sekretaris Jenderal Partai Buruh Korea periode 1947—1994 itu terkesima oleh anggrek berwarna ungu.
Anggrek tersebut merupakan hasil penyilangan seorang botanis keturunan Jerman yang memiliki laboratorium penyilangan bunga di Makassar, C.L. Bundt. Pihak Kebun Raya Bogor, melalui direkturnya Sulandjana Kasan, memintanya untuk membantu persiapan menyambut rombongan Kim.
Bundt, mengusulkan agar anggrek unggu hasil penyilangannya ditunjukan pada rombongan. Bunga itu ia namai Dendrobium Clara Bunt dan telah ia daftarkan ke Royal Horticultural Society, komunitas Masyarakat Holtikultura yang bermaskas di Inggris, pada 1964.
Namun, karena Soekarno berniat menghadiahkannya pada Kim, ia menamai bunga itu Kimilsungia, perpaduan antara Kim Il-Sung dan Indonesia. Tidak jelas apakah Soekarno tahu bahwa bunga itu sudah memiliki nama dan sengaja menggantinya demi “diplomasi”, atau belum tahu sama sekali.
Awalnya Kim menolak, namun Soekarno berhasil menyakinkannya. Bunga itu pun “ganti nama”. Soekarno berjanji pada Kim, Indonesia akan memperbaiki teknik budidaya agar satu atau dua tahun kemudian dapat dibudidayakan di Tanah Ginseng.
Di akhir 1970-an, Kimilsungia sudah menyebar luas di Korut. Di sana, bunga ini “di upgrade” oleh para ahli dengan sokongan penuh pemeritah. “Anggrek Kim Il-Sung” di Korut mampu berbunga dua kali dalam setahun dan dapat menghasilkan enam hingga tujuh kuntum bungan di setiap tangkai.
Tahun 1982, anak sulung Soekarno, Guntur Soekarno Putra mendaftarkan anggrek ini ke Royal Horticultural Society dengan nama Dendrobium Kimilsungia, seraya mejadi simbol persahabatan kedua negara.
Tiap bulan April sejak tahu 1999, pemerintah Korut mengadakan festival bunga Kamilsungia dan Kimjonglia (yang merupakan hadiah ulang tahun untuk Kim Jong-il pada tahun 1988). Tiap perayaan besar itu Indonesia selalu mendapat tempat khusus.
Pada 2010, sebagai bentuk apresiasi, Korut meresmikan monumen peringatan 46 Tahun penyerahan bunga Kimingsulia di Rumah Anggrek Kebun Daya Bogor. [ ]