AstraZeneca Akui Vaksinnya tak Ampuh Lawan Varian Afsel
- Hampir seluruh vaksin negara-negara Barat tak ampuh melawan varian Afsel.
- Uji klinis Fase I dan II AstraZeneca di Afsel kali pertama dipublikasikan Financial Times.
JERNIH — AstraZeneca dan Universitas Oxford mengakui vaksin Covid-19 buatannya memberi perlindungan terbatas terhadap penyakit yang disebabkan virus korona varian Afrika Selatan (Afsel).
Pernyataan muncul setelah Financial Times, mengutip data awal uji klinis yang dilakukan Universitas Witwatersrand Afrika Selatan dan Universitas Oxford, memberitakan vaksin itu gagal mencegah penyakit ringan dan sedang yang disebabkan varian Afsel.
Tidak satu pun dari 2.000 peserta uji klinis, yang sebagian besar sehat dan muda, dirawat di rumah sakit atau meninggal. Namun, temuan ini belum ditinjau sejawat.
“Uji klinis Fase I dan II kecil ini menunjukan efektivitas vaksin AstraZeneca terhadap varian Afsel sangat terbatas,” demikian juru bicara AstraZeneca.
Namun, AstraZeneca yakin vaksinnya dapat melindungi individu dari penyakit parah, mengingat antibodi penetral setara dengan vaksin Covid-19 lain yang menunjukan perlindungan terhadap penyakit parah.
Juru bicara itu juga mengatakan AstraZeneca mulai mengadaptasi vaksinnya terhadap varian Afsel, dan akan berkembang pesat melalui pengembangan klinis. Vaksin hasil pengembangan baru akan siap untuk pengiriman musim gugur.
British Medical Journal melaporkan virus korona terus bermutasi menjadi varian baru. Sebagian kecil kemungkin perlu diwaspadai.
Di antara varian baru yang paling mengkhawatirkan ilmuwan dan pakar kesehatan adalah varian Afsel, Inggris, dan Brasil. Ketiganya menyebar lebih cepat dibanding virus korona asli.
Pengembang Johnson & Johnson dan Novavax mengatakan vaksin mereka juga menunjukan penurunan kemanjuran saat melawan varian Afsel.
Vaksin Johnson & Johnson, misalnya, 57 persen efektif melawan varian Afsel. Vaksin Novavax efektif 89,3 persen saat diuji coba di Inggris, tapi 50 persen di Afsel.
Respon imun vaksin Moderna juga berkurang saat menghadapi varian Afsel. Ilmuwan mengatakan perlu percepatan vaksinasi sebelum varian baru yang lebih berbahaya muncul.