Beijing Lockdown Setelah Ditemukan Virus Corona Varian Baru
Kini sebanyak 60 negara terjangkiti virus Corona varian baru dari Inggris.
JERNIH-Cina segera melakukan lockdown kota Beijing setelah mendeteksi virus Corona varian baru dari Inggris di kota tersebut. Lockdown dimulai hari Rabu (20/1/2021). Setidaknya 1,6 juta penduduk di sana tak boleh keluar sampai pertengahan Februari mendatang.
Ditemukannya virus Corona varian baru di Cina, maka ada 60 negara di dunia ini yang telah terjangkiti Virus varian baru tersebut. Namun angka kasus hariannya masih tergolong rendah, yakni tujuh kasus.
Dengan aturan lockdown ini, pihak berwenang mengatur larangan keluar rumah bagi seluruh penduduk distrik Daxing di selatan Beijing.
Dikutip dari AFP Suasana di Beijing sangat kontras dengan Wuhan, kota yang diduga menjadi asal virus Corona. Di Wuhan, kegiatan masyarakat berjalan dengan normal. Pasar dipenuhi pembeli, para penari lansia berlatih di taman dan bar-bar tetap buka.
Selain varian mutasi dari Inggris, terdapat pula varian Corona dari Afrika Selatan, bahkan varian Afrika Selatan ditemukan di 23 negara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meyakini kedua mutasi ini lebih mudah menular.
Untuk mencegah penularan virus Corona varian baru ini seluruh Negara di dunia memperkuat pembatasan untuk memperlambat infeksi sampai vaksin tersedia secara luas.
Hingga kini sebanyak 51 juta vaksin telah didistribusikan di seluruh dunia. Namun ditengarai Negara-negara kaya memonopoli vaksin tersebut.
Sebelumnya Kanselir Jerman Angela Merkel juga melakukan lockdown bahkan berencana memperpanjang lockdown hingga pertengahan Februari, menyusul temuan varian baru virus Corona di Bavaria.
Sebanyak 35 pasien Virus Corona varian baru ditemukan di sebuah rumah sakit di kota ski Bavaria, Garmisch-Partenkirchen, pada Senin (18/1/2021).
Dilansir CNBC, para pejabat setempat mengatakan varian baru itu berbeda dari yang ditemukan di Inggris dan Afrika Selatan.
Varian baru tersebut ditemukan pada 35 dari 73 orang yang baru terinfeksi Covid-19 di rumah sakit tersebut. Outlet berita Bavaria BR24 melaporkan sampel sedang diperiksa di rumah sakit Universitas Charité di Berlin. (tvl)