Black Lives Matter vs Sir Arthur ‘Bomber’ Harris
INGGRIS — Penggulingan patung-patung yang dianggap rasis oleh aktivis Balck Lives Matter terus bergulir. Dipicu oleh penggulingan patung Edward Colston di Bristol, sejumlah patung para tokoh sejarah yang terkait dengan perdagangan budak hingga indikasi rasis lainnya terus menjadi sasaran para aktivis.
Situs Topple the Racists (Toppletheracists.org) telah merilis daftar 60 patung yang terkait dengan kegiatan dan tuduhan rasis. Dari daftar itu para pengunjuk rasa BLM dapat menentukan patung-patung yang akan dirubuhkan. Kini beberapa patung tokoh dan nama monumen yang berbau rasis telah bertambah menjadi 78 nama.
Para aktivis di balik Topple the Racists mengatakan mereka terinspirasi oleh tindakan langsung yang dilakukan orang-orang Bristol, merujuk pada penghancuran patung pedagang budak Edward Colston yang kemudian dibuang ke pelabuhan.
Topple the Racists menentukan paung-patung yang layak dirubuhkan berdasarkan kiprah tokoh-tokoh yang mencakup kasus-kasus yang bertanggung jawab atas kekerasan kolonial. Situs tersebut juga menuliskan bahwa ‘keputusan pengadilan adalah kasus-kasus di mana sejarah lebih ‘rumit’.
Monumen-monumen yang akan digulingkan atau diganti namanya ditargetkan berada di 39 kota besar dan kecil. 12 berada di London, dan enam di Bristol. Lima tempat di Bristol mencakup dua sekolah, menara dan tempat musik terkenal, yang akan diganti namanya ketika dibuka kembali di musim gugur.
Bangunan-bangunan tidak dirubuhkan setelah para aktivis mendengarkan berbagai saran. Kelompok BLM setuju untuk mengganti nama beberapa bangunan yang sebelumnya menggunakan nama tokoh, yang selama hidupnya mendapat keuntungan dari perdagangan budak.
Kini aktivis Black Lives Matter mulai mengincar patung Sir Arthur ‘Bomber’ Harris untuk dirubuhkan padahal patung tersebut tidak ada dalam daftar 78 patung yang dirilis Topple the Racists. Namun aktivis BLM menuduh Sir Arthur ‘Bomber’ Harris adalah penghasut perang kolonial di Rhodesia.
Komandan Bomber RAF, Sir Arthur bertanggung jawab atas ‘pemboman daerah’. Komandan Perang Dunia II itu telah melakukan serangan dengan menargetkan kota-kota Jerman yang merupakan daerah berpenduduk padat dan kelas pekerja.
Penambahan Sir Arthur Harris ke dalam daftar target akan memicu perdebatan lebih lanjut. Topple the Racists menggambarkan Sir Arthur sebagai ‘penghasut perang kolonial di Rhodesia dan bertanggung jawab atas pengeboman desa-desa sipil di Mesopotamia pada awal 1920-an.
Di antara daerah yang mendapat persetujuan Sir Arthur untuk di bom adalah Dresden pada Februari 1945. Pengeboman Dresden yang dikuasai Nazi mengakibatkan kematian sekitar 25.000 orang. 30 tahun setelah penegboman Dresden, Sir Arthur mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa dia mendukung serangan terhadap Dresden.
“Jika saya harus memiliki waktu yang sama lagi, saya akan melakukan hal yang sama lagi, tetapi saya berharap saya tidak harus melakukannya.”
Mengikuti trend penggulingan patung-patung tokoh-tokoh sejarah, pihak English Heritage merasa harus untuk berbicara dengan Met Police tentang keselamatan monumen Sir Arthur di The Strand, London.
Selain patung Sir Arthur ‘Bomber’ Harris, beberapa patung lainnya yang tidak termasuk dalam daftar yang mulai diinar digulingkan adalah Raja Charles II, Oliver Cromwell dan Robert Peel, Bapak kepolisian Inggris modern.
Pada 1920-an, Sir Arthur adalah Pemimpin Skuadron di RAF yang baru dibentuk. Angkatan udara digunakan untuk menghancurkan serangkaian pemberontakan di Mesopotamia, Irak modern dengan membom desa yang dikuasai suku pemberontak.
Pada 31 Mei 1992 Ibu Suri Ratu Elizabeth secara resmi meluncurkan patung Sir Arthur di luar gereja RAF St. Clement Danes sebagai peringatan 50 tahun serangan bomber Sekutu pertama pada 30 Mei / 31 Mei 1942.
Peluncuran patung itu diwarnai unjuk rasa dari politisi Jerman dan Serikat Perdam, termasuk Mayor Cologne. Pidato Ibu Suri saat itu terganggu dengan teriakan “pembunuh massal”. Setelah berdiri, patung itu kemudian mengalami vandalisme berkali-kali dan akhirnya harus dijaga 24 jam selama beberapa bulan
Seorang sumber senior RAF mengatakan kepada The Daily Telegraph bahwa tidak ada situasi di mana merusak monumen seseorang yang memperjuangkan dan memberikan kebebasan bisa dibenarkan.
Kontra protes dari para pembela patung
Saat aksi unjuk rasa menaiki patung Churchill di Westminster beberapa hari lalu telah memicu reaksi kuat dari orang-orang yang ingin melestarikan monumen. Sekelompok orang, termasuk hooligan sepakbola dan aktivis Far Right mulai membela patung-patung yang akan dirubuhkan BLM.
Kelompok para pembela patung melakukan kontra protes terhadap unjuk rasa BLM di London pada hari Sabtu, sehingga berbuntut kekerasan. Perkelahian antara dua kelompok yang bertentangan tersebut tak dapat dihindarkan sehingga polisi turun tangan membubarkan kerumunan sampai jam 5 sore.
Lusinan lagi monumen diperkirakan akan jatuh setelah 130 otoritas pimpinan Buruh di Inggris, Wales dan Skotlandia sepakat bersatu untuk ‘meninjau kesesuaian monumen dan patung lokal di tanah publik dan properti dewan’.
130 dewan Buruh telah mendapat restu dari partai pusat Sir Keir Starmer, tetapi Senior Tories telah berbaris untuk memperingatkan perilaku itu.