Crispy

Bom Belum Meledak Diperkirakan 70.000 Ton Menimbulkan Risiko Besar di Gaza

  • Senjata yang tidak meledak, mulai dari bom atau granat tidak meledak hingga peluru biasa, telah menjadi pemandangan umum di Jalur Gaza selama dua tahun.
  • Pada bulan Januari, Badan Aksi Ranjau PBB (UNMAS) memperkirakan 5 hingga 10 persen amunisi yang ditembakkan ke Gaza tidak meledak.

JERNIH – Senjata yang belum meledak di Gaza menimbulkan risiko besar bagi warga yang mengungsi dan kembali ke rumah selama gencatan senjata. LSM Handicap International memperingatkan pentingnya peralatan yang dibutuhkan untuk pembersihan ranjau.

“Risikonya sangat besar – diperkirakan 70.000 ton bahan peledak telah dijatuhkan di Gaza sejak awal perang,” kata Anne-Claire Yaeesh, direktur organisasi tersebut untuk wilayah Palestina. Handicap International mengkhususkan diri dalam pembersihan ranjau dan bantuan bagi korban ranjau antipersonel.

Senjata yang tidak meledak, mulai dari bom atau granat tidak meledak hingga peluru biasa, telah menjadi pemandangan umum di Jalur Gaza selama dua tahun. “Lapisan puing dan tingkat akumulasi sangat tinggi,” kata Yaeesh. Ia memperingatkan bahwa risiko tersebut diperburuk oleh sifat lingkungan yang “sangat kompleks”, karena terbatasnya ruang di daerah perkotaan yang padat penduduk.

Pada bulan Januari, Badan Aksi Ranjau PBB (UNMAS) memperkirakan 5 hingga 10 persen amunisi yang ditembakkan ke Gaza tidak meledak. Sejak itu, pertempuran terus berlanjut. Apalagi tentara Israel melancarkan operasi skala besar pada pertengahan September di Kota Gaza.

UNMAS mengutip AFP mengungkapkan, pembatasan yang diberlakukan selama dua tahun terakhir, timnya tidak dapat melakukan operasi survei skala besar di Gaza. Karena itu badan tersebut tidak memiliki gambaran komprehensif tentang ancaman (bahan peledak) di Jalur Gaza.

Bahaya Bahan Peledak di Jalan Raya

Nicholas Orr, mantan penjinak bom militer Inggris yang bekerja di Gaza untuk Handicap International, mengatakan kepada AFP pada bulan Maret bahwa ia tidak dapat memperoleh izin melakukan penjinakan bom di Gaza, karena pengawasan udara Israel dapat salah mengira dia sebagai militan yang mencoba menggunakan kembali persenjataan tidak meledak menjadi senjata.

UNMAS tetap menekankan bahwa sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 10 Oktober, permintaan untuk keahlian teknis telah melonjak. Badan tersebut telah diminta untuk berbagai misi kemanusiaan termasuk ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak dapat diakses.

Dalam beberapa hari mendatang, sebagian besar upaya akan difokuskan pada memastikan keselamatan operasi pengelolaan dan pembersihan puing-puing, terutama di sepanjang jalan yang dilalui ribuan pengungsi saat kembali ke rumah.

Sementara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan pada hari Senin bahwa pekerja kemanusiaan akan menilai jalan-jalan utama untuk mendeteksi bahaya ledakan. UNMAS menyatakan bahwa mereka memiliki jumlah kendaraan lapis baja terbatas di lapangan, yang berarti bahwa hanya dapat melakukan sejumlah penilaian bahaya ledakan setiap hari.

Saat ini, UNMAS hanya memiliki tiga kendaraan lapis baja di perbatasan menunggu untuk memasuki Gaza, yang akan memungkinkan operasi lebih aman dan berskala lebih besar. PBB juga mengatakan pihaknya belum memperoleh otorisasi dari otoritas Israel untuk membawa peralatan yang diperlukan guna menghancurkan persenjataan yang belum meledak.

Back to top button