Crispy

Bukan Si Pitung, Tapi Si Patai Bandit Sosial Legendaris Era Hindia-Belanda

  • Si Patai sempat tobat, punya dua istri, dan jadi pengusaha transportasi, tapi Sarekat Djin menariknya kembali.
  • Seperti Si Pitung, Si Patai menjadi sosok crimetainment, atau penjahat yang menghibur rakyat dengan aksi merampok orang-orang kaya.

JERNIH — Koran-koran Hindia-Belanda menulisnya Sipatai. Sejarawan lokal Minangkabau lebih suka menulis Si Patai. Saya harus memilih salah satu, dan saya menyukai Si Patai.

Alasannya sederhana, agar lebih mudah diingat, seperti orang Betawi mengingat Si Pitung. Si Pitung dan Si Patai hidup di kurun waktu berbeda. Si Pitung beraksi di pinggiran Batavia tahun 1870-an. Si Patai berkarier tahun 1908-1927 di Sumatera Barat.

“Si Patai orang yang cukup istirahat. Saat bermalam di sebuah kampung, dia selalu sukses menggugah simpati masyarakat dengan bertindak sebagai dermawan,” tulis Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-IndiĆ« , koran terkemuka di Hindia-Belanda saat itu.

“Penjahat kami menggarap imajinasi masyarakat sedemikian rupa. Ia nyaris menjadi tokoh legendaris,” tulis Indische Courant.

Dalam artikel Een uitgeslapen kerel, penulis project2021.ntr.nl bertutur; Si Patai tak pernah melakukan teror, tapi membiarkan masyarakat melakukannya.

Si Patai punya pengalaman melawan pemerintah kolonial. Tahun 1908, ia terlibat kerusuhan pajak. Kerusuhan dimulai ketika pada 21 Februari 1908 pemerintah Hindia-Belanda mengeluarkan peraturan pajak yang mencekik rakyat, dan diberlakukan pada 1 Maret tahun yang sama.

Pajak yang diberlakukan adalah; Oofd belasting (pajak kepala), Inkomsten belasting (pajak pemasukan suatu barang/cukai), Hedendisten (pajak rodi), Landrente (pajak tanah), Wins belasting (pajak kemenangan/keuntungan), Meubels belasting (pajak rumah tangga), Slach belasting (pajak penyembelihan), Tabak belasting (pajak tembakau), dan Adat huizen belasting (pajak rumah adat).

Kerusuhan Pajak terjadi di seluruh nagari di Sumatera Barat. Si Patai beraksi di sekitar Padang. Jumlah komplotannya tak diketahui, tapi mampu menggerakan massa saat memulai pemberontakan di Pauh. Sejumlah ambtenaar Belanda; pribumi dan kulit putih tewas.

Di malam hari, Si Patai merampok rumah-rumah orang kaya yang bekerja sama dengan pemerintah. Si Patai meneror sekujur Padang. Ia diburu marsose, sampai akhirnya tersudut di satu tempat dan tertembak.

Si Patai diadili, tapi tidak ada masyarkat yang bersedia bersaksi dan menceritakan kejahatannya. Si Patai dibebaskan demi hukum. Ia surut dari dunia hitam, tobat, punya dua istri, dan jadi pengusaha transportasi.

Itu tak berlangsung lama. Ia tertarik Sarekat Djin, organisasi berhaluan komunis. Ia menjadi anggotanya, dan akhirnya ditunjuk sebagai ketua dengan wilayah operasi Ommelanden, atau kawasan pinggir kota, Padang.

Indische Courant menulis; Si Patai benar-benar perampok, dengan daya tarik pahlawan klasik dari kisah perampok terkenal. Ia memainkan peran sebagai grand seigneur , istilah Prancis untuk menyebut orang berpengaruh yang bisa menggerakan massa. Ia menjalankan wewenang di antara masyarakat yang tidak dapat disentuh pejabat administratif kolonial.

Dari sekian banyak kalimat Indische Courant tentang Si Patai, mungkin ini yang paling menarik; “Selalu ada sejumlah hiburan di kalangan penduduk asli ketika Si Patai melakukan perampokan, dengan tangan kompeni berada di sarang lebah.”

Seperti Si Pitung, Si Patai adalah sosok crimetainment , atau kejahatan yang menghibur. Aksi kejahatannya, merampok orang-orang kaya, adalah hiburan bagi penduduk yang tercekik pajak dan kemiskinan.

Akhir Petualangan Si Patai

Pada 1 Januari 1927, sekelompok orang bersenjata, terdiri dari beberapa ratus, menyerbu kota pertambangan Sawahloento. KNIL tanpa kesulitan menggagalkan serangan. Komunis lintang pukang meninggalkan puluhan rekan mereka yang terkapar tewas. Letnan Satu Simons, perwira KNIL juga tewas.

Sebagai pemimpin Sarekat Djin, Si Patai terlibat dalam serangan itu. Ia selamat dari pertempuran tak seimbang, dan lari dari satu ke lain kampung di Ommelanden Padang. Pemerintah Belanda di Padang menawarkan hadiah 1.000 gulden bagi siapa saja yang menunjukan persembunyian Si Patai.

Seribu gulden itu bukan jumlah yang kecil, tapi masyarakat tak tergiur. Namun, segalanya berubah ketika patroli KNIL menangkap Maan — salah satu anggota komplotan Si Patai. Tak tahan menghadapi siksaan, Maan menunjukan persembunyian Si Patai.

Pada 4 Februari, kantor berita Aneta melaporkan Si Patai dan sejumlah rekannya ditembak patroli KNIL. Kabar itu diakhiri kalimat; “Mayat Si Patai akan diperlihatkan kepada masyarakat.”

Berita kematian Si Patai disalin banyak media, dan menimbulkan kemarahan kelompok sayap kiri. Voorwaarts , surat kabar kelompok sosial-demokrat di Hindia-Belanda, dengan sinis memberi judul; Perburuan hewan cokelat.”

Tribune , surat kabar komunis di Hindia-Belanda, menulis; barbarisme Kristen menjadi berita utama di atas editorial. Foto-foto di D’Orient , majalah yang cukup populer saat itu, memperjelas bahwa tentara kolonial tidak segan-segan menggunakan cara-cara tidak manusiawi untuk mempertahankan kekuasaan.

Mayat Si Patai dibawa keliling kampung sekujur Ommelanden Padang. Masyarakat digiring untuk melihat jenazah orang yang selama ini dikagumi dengan aksi rampoknya yang selalu menghibur.

De Sumatra Post menulis; “Mayat Si Patai dibawa keliling kampung oleh tujuh prajurit KNIL di bawah pimpinan seorang Manado, untuk mendapat pengakuan masyarakat bahwa orang yang mereka kagumi telah mati. Namun, segala bentuk ibadah untuk memakamkan Si Patai ditiadakan.”

Sesuai tradisi kolonial, mayat Si Patai tidak diserahkan ke keluarganya setelah dibawa keliling kampung, tapi dimakamkan secara rahasia. Alasannya, agar tidak ada orang yang menziarahi makamnya.

Si Patai telah tiada, dan makamnya entah di mana, tapi kisahya dituturkan dari mulut ke mulut. Meceritakan kembali kisah Si Patai adalah bentuk lain dari ziarah.

Menariknya, Si Patai bernasib sama dengan Si Pitung, yang kisah hidupya dituturkan sebagai dongeng. De avondpost edisi 9 Maret 1927, mengutip keterangan penduduk, menulis Si Patai tidak mati ditembak karena dia kebal peluru. Mayat Si Patai dimutilasi, tubuh dan kepalanya dikubur terpisah entah di mana

Back to top button