Che Guevara dari Rusia Protes Mobilisasi Parsial, Berondong Pos Militer
- Serangan Ruslan Zinin hanya satu dari puluhan tindakan serupa di sekujur Rusia.
- Penyerangan merupakan tindakan protes menyeluruh terhadap mobilisasi parsial.
JERNIH — Ruslan Zinin, pria usia 35 tahun berjuluk Che Guevara dari Rusia, mengamuk dan memberondong kantor pendaftaran mobilisasi parsial di wilayah Irkutsk, Serbia.
The Moscow Times memberitakan seorang pejabat pendaftaran calon serdadu yang akan dikirim ke Ukraina dalam kondisi kritis dan dirawat di rumah sakit.
Serangan Zinin hanya satu dari belasan gelombang protes berdarah di sekujur Rusia, tak lama setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi parsial untuk mendapatkan 300 ribu serdadu yang akan dikirim ke Ukraina.
Puluhan ribu pria Rusia usia tempur melarikan diri ke luar negari. Sekitar 20 gedung militer menjadi sasaran bom molotov dan pembakaran.
Seorang teman Zinin mengatakan kepada VKontakte bahwa Che Guevara dari Rusia itu adalah pribadi ringan tangan. “Ada masalah, datang padanya dan dia akan bantu,” kata seorang teman Zinin.
Aksi Filatov
Rekaman video di saluran Telegram pro-Kremlin, yang diposting Senin lalu, memperlihatkan seorang pria — kemudian diidentifikasi sebagai Maxim Filatov — menggunakan mobil untuk memblokir pintu masuk pendaftaran wajib militer lalu melempar lima bom Molotov ke dalam gedung.
“Semua orang memprotes dengan cara yang mereka anggap benar,” tulis Filatov di media sosial setelah dia dibebaskan dari tahanan polisi.
“Saya menyatakan protes terhadap mobilisasi dan perang dengan cara ini,” lanjutnya seraya membagian foto bom Molotov.
Mark Galeotti, pakar keamanan Rusia di Intelejen Mayak, mengatakan para aktivis anti-mobilisasi kini bergerak lebih terorganisir.
“Semula protes dengan kekerasan diidentifikasi sebagai tindakan spontan,” kata Galeotti. “Kini tidak lagi. Serangan mulai terlihat bentuknya, dan ada struktur jaringan sangat longgar di balik aktivis itu.”
Aktivis dan kelompok protes berbagi tip cara membuat bom Molotov di rumah, mengoordinasikan cara menolak mobilisasi, dan lainnya.
“Kami lahir dari rakyat, kami adalah rakyat, dan kami berjutuan menghentikan mobilisasi,” tulis kelompok partisan Utro Dagestan yang baru dibentuk dalam posting di Telegram.
Aktivis Utro Dagestan menyeru penduduk di Republik Dagestan di Kaukasus utara untuk menghadiri protes dan menyerang infrastruktur militer.
“Tujuran serangan adalah jalan raya, kereta api, bandara, kantor pendaftaran miltier,” tulis kelompok itu. “Semua alat kami dapat dibeli di toko.”
Tidak hanya pria dari kalangan generasi muda yang menggelar protes, emak-emak Dagestan juga turun ke jalan untuk menentang mobilisasi paksa.