Cina Demam Teori Konspirasi Virus Korona Berasal dari AS
Beijing — Jika punya micorblog Weibo, sempatkan buka. Anda akan menemukan klip satu menit sidang Kongres AS pekan ini, tentang bagaimana Paman Sam berurusan dengan virus korona.
Dalam video yang diposting Harian Rakyat itu, Robert Redfield — direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS — ditanya apakah mungkin ada kematian yang disebabkan Covid-19. Redfield menjawab; “Beberapa kasus telah benar-benar didiagnosis seperti itu.”
Jawaban Redfield sangat samar, tapi cukup menambah bahan bakar teori konspirasi, bahwa virus korona tidak berasal Dari Cina, tapi mungkin dari AS. Selama dua pekan terakhir, teori itu menjadi pembicaraan publik.
“AS akhirnya mengakui ada warganya yang meninggal akibat virus korona. Jadi sumber penyakit bukan Cina tapi AS,” kata seorang komentator.
Seorang netizen menulis; “AS berutang maaf kepada dunia, terutama Cina.”
Terori Konspirasi ini sebenarnya telah muncul sejak 27 Februari, ketika Zhong Nanshan — peneliti SARS yang disegani — mengatakan virus korona pertama kali muncul di Cina, tapi mungkin tidak berasal dari Cina.
Pidato disampaikan dalam sebuah konferensi pers, dan dikutip banyak media. Zhong kemudian mengklarifikasi pernyataannya dengan mengatakan tempat pertama virus itu ditemukan bukan berarti adalah sumbernya.
“Tapi kita tidak bisa menyimpulkan bahwa virus itu berasal dari luar negeri,” kata Zhong saat itu. “Hanya lewat investigasi dan penelusuran kita dapat menjawab pertanyaan itu.”
Komentar Zhong diulangi diplomat Cina, media pemerintah, dan pejabat pemerintah yang terus menghidupkan teori itu. Dubes Cina di Afrika Selatan menulis di Twitter Bahia virus tidak harus dibuat di Tiongkok.
Kantor beritt Xinhua, dalam editorialnyy, menu lis; “Epidemi pertama dilaporkan di Cina, tapi tidak berarti virus korona berasal dari Cina. WHO berkali-kali mengatakan Covid-19 adalah fenomena global, dengan sumbernya masih belum ditentukan.
Pejabat Cina membingkai teori konspirasi sebagai protes terhadap politisasi wabah oleh AS. Pejabat AS, misalnya, terus menggunakan virus korona Cina, kendati WHO telah memberikan nama resmi.
Analis mengatakan Cina mencari cara menangkal kesalahan ketika virus korona menyebar ke seluruh dunia.
Bill Bishop, analis itu, menulis di buletin Sinocism; “Kita mungkin menuju resesi global yang disebabkan salah urus Partai Komunis Cina.” Ia melanjutkan; “Bencana buatan manusia sebelumnya di Cina sejak 1949 tidak pernah benar-benar menyebar ke luar perbatasan Republik Rakyat Tiongkok dengan cara seperti saat ini.”
“Inilah alasan mengapa aparat propaganda Cina mendorong gagasan virus mungkin tidak berasal dari Tiongkok,” tulisnya.
Selama sekin pekan, media plat merah Cina menunjuk pasar hewan hidup di Wuhan sebagai kemungkinan asal virus. Sedangkan peneliti mengatakan sumber virus belum ditentukan, dan hanya sedikit mengajukan gagasan virus berasal dari luar Cina.
Zhang Wenhong, peneliti terkemuka, adalah salah satu yang tidak percaya virus diimpor ke Cina. Ia mengemukakan pendapatnya dalam wawancara dengan China Daily.
“Kita melihat pasien muncul dari berbagai daerah di sekujur Cina, bukan hanya di Wuhan,” katanya dalam wawancara itu.
Namun, pernyataan Wenhong itu dihapus dari laporan wawancara.
Jane Duckett, profesor di Pusat Penelitian Tiongkok di Univeristas Glasgow, mengatakan; “Saya fikir konsensus mesih jelas, bahwa virus berasal dari Cina.
Duckett mengatakan teori konspirasi adalah narasi nasionalis untuk melawan kritik terhadap pemerintah Cina, yang tidak mengelola dengan baik pada tahap awal.