Crispy

Dag Wieteke van Dort: Pelantun Geef Mij Maar Nasi Goreng Meninggal Dunia

  • Wieteke van Dort lahir di Surabaya 1943. Saat Presiden Soekarno menasionalisasi aset Belanda, ia sedang berada di Den Haag.
  • Van Dort adalah korban repatriasi mendadak, yang membuatnya kehilangan semua kenangan tentang Indonesia.

JERNIH— Jika sempat, atau beberapa kali, menikmati Geef Mij Maar Nasi Goreng, hening cipta sejenak untuk mengenang Wietake van Dort, pencipta dan penyanyi lagu itu yang meninggal dunia di Den Haag, Belanda, Senin 15 Juli.

Mengutip kantor berita ANP, situs nos.nl menulis Tante Lijn — demikian alter ego Wietake van Dort yang banyak dikenal — mengembuskan nafas terakhir akibat kanker metastatik. Sepekan sebelumnya, Theo Moody — suami yang menemani Van Dort selama setengah abad — meninggal dunia.

Di Indonesia, Van Dort dikenal lewat Geef Mij Maar Nasi Goreng — sebuah lagu yang mengisahkan pengalamannya mendadak hidup di Belanda dan kehilangan semua yang dikenalnya tentang Indonesia, terutama makanan.

Ia juga populer denga Ajoen Ajoen, Sarina, dan sejumlah lagu yang berkisah tentang era Hindia-Belanda.

Repatriasi Paksa

Louisa Johanna Theodora van Dort, demikian nama asli Wieteke van Dort, lahir di Surabya 16 Mei 1943. Masa kecil dihabiskan di Surabaya, tapi kerap berlibur ke Belanda.

Tahun 1957, saat Van Dort dan keluarga berlibur ke Belanda, Presiden Soekarno menasionalisasi semua perusahaan Hindia-Belanda dan merepatriasi paksa orang-orang Belanda yang masih ada di Indonesia.

Van Dort saat itu berusia 14 tahun. Ia dan keluarga tak bisa kembali ke Surabaya, dan harus melepas semua yang dimiliki. Pengalaman inilah yang menginspirasinya menulis Geef Mij Maar Nasi Goreng.

Seperti kebanyakan Indo-Belanda, Van Dort menetap di Den Haag. Ia bersekolah menengah, tapi tak menyelesaikannya. Ia hanya sibuk bersenang-senang, bukan belajar. Kalau pun ada yang dilakukan adalah terlibat dalam aktivitas seni; menggambar, melukis, dan berakting.

Van Dort pergi ke sekolah drama, tapi tak diterima karena terlalu muda. Sutradara yang menyambutnya mengatakan; “Kamu seperti anak ayam baru menetas.” Padahal, usia Van Dort saat itu 17 tahun.

Tidak putus asa, Van Dort berlatih sebagai guru taman kanak-kanak. Ia masuk ke Sekolah Teater Amsterdam tapi tak menyelesaikan pendidikan. Alasannya; “Mereka mengira saya tak punya bakat. Saya hanya punya akrobatik.”

Ia meniti karier di panggung Kabaret ABC Wim Kan dan Corry Vonk. Setelah pernikahannya dengan psikoterapis Theo Moody, karier panggungnya berakhir.

Tahun 1980-an Van Dort membawakan acara bersuasana khas Indisch bertajuk The Late Late Lien Show. Ia muncul wanita Belanda tua, yang menceritakan kehidupannya di Hindia Belanda.

Semua tamu yang hadir pada acara itu, Indisch atau bukan, disajikan makanan khas Indonesia. Ia juga mengundang artis-artis berlatar Hindia-Benada; Blue Diamond, Sandra Reemer, dan Willem Nijholt, serta artis Indonesia yang berdarah Belanda; Rima Melati dan Franz Tumbuan.

Wietake van Dort tidak hanya dikenal di Belanda. Di Indonesia, Van Dort membangkitan kenangan masyarakat akan sosok Belanda yang lahir di Nusantara dan sedemikian ramah dengan budaya masyarakat pribumi.

Dag Van Dort, we zullen je altijd missen

Back to top button