Debat Cagub Sultra: Digitalisasi Budaya Jadi Program Inovatif Tina-Ihsan
- Infrastruktur internet yang merata memungkinkan proses digitalisasi budaya dapat dilakukan secara luas.
- Dengan begitu, kebudayaan kita bisa terdokumentasi dan diakses secara digital.
KOLAKA – Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Tina Nur Alam dan La Ode Muhammad Ihsan Taufik Ridwan, mengusung gagasan digitalisasi budaya sebagai upaya melestarikan dan mempromosikan warisan budaya Sultra di era digital. Program ini diharapkan mampu menjaga nilai-nilai tradisional Sultra, sekaligus memperkenalkannya kepada generasi muda melalui media digital.
Untuk merealisasikan digitalisasi budaya, pasangan nomor urut 4 ini berkomitmen menyediakan akses internet hingga ke pelosok desa di Sultra. Dengan adanya infrastruktur internet yang merata, proses digitalisasi budaya dapat dilakukan secara luas, memungkinkan masyarakat di daerah terpencil turut mengakses dan mendokumentasikan budaya lokal mereka.
La Ode Muhammad Ihsan, Cawagub Sultra, mengungkapkan komitmennya dalam menyediakan sarana dan infrastruktur yang mendukung pelestarian budaya secara digital. “Kami berencana menyediakan internet sebagai infrastruktur publik di seluruh pelosok desa Sultra. Dengan begitu, kebudayaan kita bisa terdokumentasikan dan diakses secara digital,” ujar Ihsan saat menjawab pertanyaan panelis dalam debat kandidat yang diadakan KPU Sultra di Hotel Sutan Raja Kolaka pada Jumat, 1 November 2024.
Digitalisasi budaya ini dianggap sebagai gagasan inovatif dari pasangan Tina-Ihsan, mengingat program tersebut belum menjadi fokus pasangan calon lainnya. Tina Nur Alam, sang calon gubernur, menambahkan bahwa digitalisasi budaya dapat menjadi langkah strategis dalam melestarikan budaya lokal. “Dengan teknologi, kita tidak hanya menjaga warisan budaya kita agar tetap hidup, tetapi juga dapat mewariskannya ke generasi selanjutnya. Ini adalah bagian dari upaya kami untuk meningkatkan rasa bangga masyarakat terhadap identitas lokal,” ujar Tina.
Melalui digitalisasi, pemerintah daerah dapat mempromosikan budaya Sultra ke masyarakat yang lebih luas, baik secara nasional maupun internasional. Kehadiran internet memungkinkan dokumentasi budaya, seperti tarian tradisional, musik, bahasa daerah, dan upacara adat, disebarluaskan melalui berbagai platform digital, menjadikannya lebih mudah diakses dan dipelajari.
Program digitalisasi ini diharapkan dapat memupuk rasa cinta dan kebanggaan masyarakat Sultra terhadap warisan budaya lokal mereka, bahkan di tengah tantangan globalisasi. “Kami ingin setiap warga Sultra memiliki kesempatan yang sama untuk mengenal dan menjaga budayanya, tidak peduli di mana mereka berada,” tambah Ihsan.
Dengan visi ini, Tina-Ihsan menunjukkan bahwa mereka tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, tetapi juga ingin mengangkat nilai-nilai budaya Sultra sebagai bagian penting dari kemajuan daerah.