Delta Plus, Varian Baru yang Berpotensi Memicu Gelonbang Ketiga Pandemi Covid-19 di India
- Varian Delta Plus terbentuk dari mutasi varian Delta.
- Lebih menular dari varian Delta.
JERNIH — India mengumumkan temuan baru varian virus korona setelah hampir 20 kasus terdeteksi di seluruh negeri, dan berpotensi memicu gelombang ketiga.
Resminya, bernama AY.1, tapi dokter dan pengamat kesehatan di India lebih suka menyebutnya Delta Plus. Varian ini kali pertama ditemukan di Eropa, dan kini diduga menyebar di negara bagian Maharashtra, Kerala, dan Madhya Pradesh.
Kementerian Kesehatan India mengatakan Delta Plus menunjukan kemampuan menular lebih tinggi, dan menyarankan tiga negara bagian itu meningkatkan pengujian.
“Berdasarkan temuan Indian SARS-CoV-2 Genome Consortia (INSAGO), Kementerian Kesehatan memperingatakan dan memberi tahu Maharahtra, Kerala, dan Madhya Pradesh,” demikian pernyataan resmi pemerintah India.
INSAGOC adalah konsorsium badan medis dan ilmiah India. Di dalamnya terdapat Dewan Penelitian Medis India dan Dewan Penelitian Ilmiah dan Industri.
Konsorsium bertugas mengurutkan selurun genome virus dan memberi masukan tepat waktu serta langkah-langkah respon kesehatan masyarakat untuk dijalankan setiap negara bagian.
Al Jazeera melaporkan pejabat kesehatan India telah mengidentifikasi tiga karakteristik varian Delta Plus.
“Pertama, meningkatkan transmisibilitas. Kedua, lebih mengikat reseptor sel paru-paru. Ketiga, ada potensi pengurangan respon antibodi,” kata pejabat itu.
Varian Delta Plus terbentuk karena mutasi strain Delta atau varian B.1.617.2 yang kali pertama ditemukan di India, dan diyakini sebagai penyebab gelombang kedua pandemi ganas di negara itu.
Pakar kesehatan memperingatkan varian Delta Plus dapat memicu gelombang ketiga Covid-19 di India.
Sementara itu India, Rabu 23 Juni, melaporkan 50.848 infeksi dengan 1.38 kematian dalam 24 jam terakhir. Data Kementerian Kesehatan India menunjukan total infeksi mencapai 30 juta dengan jumlah kematian 390.660.
Ditemukan di AS
Kementerian Kesehatan India juga mengatakan varian Delta Plus juga ditemukan di delapan negara; Inggris, AS, Jepang, Rusia, Portugal, Swiss, Nepal, dan Cina.
Di AS, varian Delta Plus mewakili 20 persen infeksi baru di AS, yang membuat Paman Sam berpotensi mengikuti Inggris. Saat ini, varian Delta Plus mendominasi laporan infeksi di Inggris, dengan penyebaran super cepat di kalangan anak muda.
Dr Anthony Fauci, pakar penyakit menular AS, memperingatkan Gedung Putih mengenai kemungkinan negaranya mengikuti jalur Inggris. Varian ini menyumbang setengah dari infeksi baru di wilayah Iowa, Kansas, Missouri, Nebraska, Colorado, Montana, North Dakota, South Dakota, Utah, dan Wyoming.