‘Dia tidak Diijinkan Bicara Juga tak Diijinkan Mati’
Beijing — Kemarahan penduduk Cina atas kematian Le Wenliang terus berlanjut, kendati Beijing mengatakan akan mengirim pengawas antikorupsi ke Wuhan untuk menyelidiki kematian whstleblower virus korona itu.
“Dr Li Wenliang tidak diijinkan berbicara. Dia juga tidak diijinkan untuk mati,” tulis salah satu pengguna WeChat, aplikasi paling popular di Cina.
“Dr Li hanya diijinkan mati setelah sebagian besar pengguna web tertidur,” tulis salah satu pengguna Weibo, situs media sosial di Cina.
Publik menuduh pemerintah Cina berusaha menutupi kematian Li Wenliang, dokter mata di RS Pusat Wuhan dan orang pertama yang mengingatkan rekan-rekannya tentang adanya wabah virus korona.
Media sosial di Cina, termasuk Global Times dan Beijing Times, memberitakan kematian Li Wenliang, Jumat 20 Februari 2020 pukul 02:59. Namun pihak rumah sakit, tempat Dr Li bertugas, membantah.
Halaman depan RS Pusat Wuhan kini dipenuhi karandan bunga duka cita. Di Hong Kong, staf medis dan dokter meratapi kematian Li.
Komisi Pusat CPC untuk Inspeksi Disiplin berjanji menggelar penyelidikan menyeluruh terhadap masalah sekitar Dr Li.
Li meninggalkan seorang istri yang sedang hamil, putranya yang berusia lima tahun, dan orangtua lanjut usia.
“Kami tidak sempat melihat dia dirawat, “ ujar ibu Dr Li seraya mengusap air mata. “Kami tidak diijinkan.”
Dua orang tua Li juga terkena virus korona, dirawat, dan sembut. Li sebaliknya. Dia meninggal, meski dokter merawatnya dengan baik.
Sumbangan Duka Cita
Li tidak hanya mendapat banyak karangan bunga, tapi juga sumbangan duka cita. Palang Merah Cina merespon situasi dengan pengumuman akan menyumbang satu juta yuan, atau Rp 1,9 miliar, kepada keluarga Li.
ByteDance, perusahaan internet berbasis di Beijing, mengatakan akan memberikan masing-masing satu yuan kepada keluarga lima pekerja medis yang tewas dalam perang melawan virus korona.
Zhou Hongyi, direktur perusahaan internet Qihoo 360, mengatakan akan menyumbangkan satu juta yuan ke keluarga Li.