Dua Astronom Jepang Perkirakan Ada Planet Besar di Sabuk Kuiper
- Keduanya menamakan planet itu Planet Sabuk Kuiper. Besarnya lima kali Bumi.
- Keluarga Tata Surya yang dimaksud bukan Planet Sembilan, yang lebih dulu diramalkan sejumlah astronom.
JERNIH — Pluto kehilangan status sebagai planet dan dikeluarkan dari sistem tata surya kita. Galaksi Bimasakti kini hanya berisi delapan planet; Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Namun, Patryk Sofia Lykawka dan Takashi Ito, astronom dari Universitas Kindai Osaka dan Observatorium Astronomi Nasional Tokyo, mengandaikan adanya planet lain yang bersembunyi di Sabuk Kuiper, atau di belakang Pluto.
Sabuk Kuiper adalah cincin berbentuk donat yang memanjang tepat di luar orbit Neptunus. Planet yang dimaksud kedua peneliti itu disebut Planet Sabuk Kuiper (KBP), dan berjarak 500 unit astronomi (AU) dari Matahari.
UA adalah jarak antara Bumi dan Matahari. Jadi, 500 UA adalah lima ratus kali jaark Bumi dan Matahari.
KBP diperkirakan tiga kali lebih besar dari Bumi. Namu, suhu planet terlalu dingin sehingga tidak mungkin dihuni manusia.
“Kami memperkirakan adanya planet mirip Bumi,” kata Ito dan Lykawka dalam makalah yang diterbitkan The Astronomical Journal. “Sangat masuk akal benda purbakala itu dapat bertahan hidup di Sabuk Kuiper yang jauh sebagai KBP, karena banyak benda serupa yang ada di awal tata surya kita.”
Sabuk Kuiper berisi jutaan obyek es yang disebut Trans-Neptunus Object (TNO) karena berada di luar Neptunus. TNO diperkirakan merupakan sisa pembentukan tata surya dan terdiri dari campuran batuan, karbon amorf, serta es yang mudah menguap dan metana
“Orbit TNO dapat menunjukan keberadaan planet yang belum ditemukan di bagian luar tata surya kita,” kata tim Jepang itu.
Ito dan Lykawka mengatakan beberapa obyek memiliki orbit aneh, yang menunjukan mereka dipengaruhi gravitasi sesuatu yang lebih besar di dekatnya.
Sabuk Kuiper juga memiliki populasi obyek dengan kemiringan tinggi dalam jumlah besar, yang mengelilingi matahari. Simulasi komputer menunjukan hipotesis KPB bertanggung jawab atas dampak ini.
“Kami memutuskan sebuah planet mirip Bumi terletak pada orbit yang jauh dan miring dapat menjelaskan tiga sifat dasar Sabuk Kuiper yang lebih jauh,” tulis keduanya.
Namun keduanya mengatakan mereka hanya memprediksi, bukan memastikan, keberadaan KBP sehingga diperlukan lebih banyak penelitian.
KBP bukan Planet Sembilan, yang lebih dulu dihipotesiskan. Planet Sembilan jauh lebih masif dan diperkirakan terletak pada orbit yang lebih jauh.
Planet Sembilan, atau Planet Kesembilan, kali pertama diteorikan oleh para ahli dari Caltech tahun 2014 ketika mereka melihat bahwa orbit TNO terjauh sedang terganggu.
Para astronom mengklaim bahwa hal ini dapat dijelaskan oleh tarikan gravitasi Planet Kesembilan di tata surya kita, yang mengorbit 20 kali lebih jaruh dari Matahari dibanding Neptunus.
Namun sampai saat ini para astronom hanya memiliki bukti tidak langsung mengenai keberadaan Planet Sembilan. Bahkan beberapa astronom tidak yakin.
Menurut mereka yang tidak yakin, jika ada Planet Sembilan berada di bagian terluar tata suraya kita, atau di luar Sabuk Kuiper, bukan di dalamnya.