Dukun Siberia Dijebloskan ke RS Jiwa Karena Coba Gelar Upacara Pengusiran Presiden Putin
- Alexander Gabysev berangkat dari Siberia ke Moskwa dengan tujuan menggelar upacara Algys di Lapangan Merah.
- Ia yakin setelah upacara dilakukan Presiden Putin akan meninggalkan Kremlin secara sukarela.
- Kremlin menganggal Gabysev lebih berbahaya dari Alexei Navalny dan Ilya Yashin.
JERNIH — Alexander Gabysev, seorang dukun dari Timur Jauh Rusia yang mencoba mengusir Presiden Vladimir Putin dari Kremlin tahun 2019, dijebloskan ke Rumah Sakit (RS) Jiwa di Yakuts.
Pemindahan dilakukan atas perintah pengadilan agar Gabysev menjalani perawatan lebih ringan. Namun, organisasi hak asasi manusia Memorial Rusia menyatakan Gabysev bukan pasien RS Jiwa tapi tahanan politik.
Free Yakutia Foundation, gerakan anti-perang di Republik Sakha, menulis artikel opini bagaimana pesan Gabysev beresonansi dengan begitu banyak orang rusia.
Menjebloskan tahanan politik ke RS Jiwa adalah praktek sejak abad ke-19. Praktek ini kali pertama dijalankan Okhranka, atau dinas keamanan Tsar, dengan korban pertamanya adalah aktivis Pyotr Chaadayev.
Alexander Prokopyevich Gabysev adalah petugas kebersihan dan tukang las. Ia lulusan Universitas Negeri Yakut jurusan sejarah. Semula ia tak lebih warga biasa yang tidak cocok dengan dengan sistem kapitalis.
Berbeda dengan orang lain, Gabysev punya keberanian berbicara tentang kesepian, kekacauan, dan ketidak-adilan.
Ia mulai berkampanye Agustus 2018, tapi tidak memiliki tujuan khusus. Gabysev juga mengidentifikasi diri sebagai peziarah dan penganut kepercayaan adat di utara Rusia.
Ia adalah misionaris bagi agama nenek moyang. Musim panas 2019 Gabysev mengalihkan fokus pekerjaan misionaris ke agenda politik.
Gabysev memulai perjalanan lintas republik dan berjanji mengadakan upacara Algys di Lapangan Merah. Ia yakin setelah upacara dilakukan Vladimir Putin akan mengundurkan diri secara sukarela.
Ia juga menganjurkan pembentukan nilai-nilai demokrasi, menekankan perlunya hubungan seimbang antara pemerintah dan rakyat.
“Demokrasi harus tanpa rasa takut,” kata Gabysev. “Sekarang, orang takut bicara, takut dipecat, gaji tak dibayar. Harus ada keseimbangan antara pemerintah dan rakyat.”
Meski kampanye Gabysev berlangsung singkat, berita apa pun tentang Warrion Shaman mengumpulkan jutaan penayangan di sekujur Rusia. Gabysev juga mengumpulkan pengikut cukup besar.
Ziarah dukun ke Lapangan Merah, dan niatnya menggelar upacara Algys, adalah ekspresi keputus-asaan damai yang dapat diterima. Gabysev menjangkau pihak berwenang di Moskwa. Tidak keliru jika Gabysev disebut dukun pejuang.
Kepercayaan Presiden Putin pada takhayul berperan pada penangkapan Gabysev. Saat ini Gabysev menjalani perawatan wajib di RS Jiwa, tapi semua orang melihatnya sebagai tahanan politik.
Di mata Kremlin, Gabysev lebih berbahaya dibanding Alexey Navalny dan Ilya Yashin, karena pemberontakan orang biasa sulit dianalisis dan diprediksi dalam hal potensi ancaman terhadap konstitusi Rusia.