Eddie Van Halen, Rocker Family Man
WWW.JERNIH.CO – Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Begitupun Wolfgang Van Halen yang dialiri darah musik dari mendiang sang ayah, Eddie Van Halen. Apalagi jika kemudian keduanya bermain dalam satu band yang telah berumur lebih dari empat dekade. Bermain bersama dari satu panggung ke panggung selama 14 tahun. Pasti bukan waktu yang pendek. Batin ayah-anak itu jelas mengikat baik di atas maupun luar panggung.
Maka ketika Eddie Van Halen tak kuasa menghadapi kanker tenggorokan yang ia derita belakangan setelah mengalami kanker lidah, ikatan batin itu pun tercerabut. Pantas bila Wolfgang yang didaulat menjadi bassist Van Halen sejak 2006 itu pun amat tak mempercayai meninggalnya sang ayah.
Eddie yang berdarah Belanda-Indonesia agak unik ketika menamai putra satu-satunya dari pernikahan pertama dengan Valerie Bertinelli yang artis Amerika dengan julukan Wolfgang. Sebuah nama berbau Austria-Jerman. Tetapi Eddie memang sangat menyukai salah satu komposer di era klasik, Wolfgang Amadeus Mozart.
Kendati pada karya musik Van Halen petikan gitar Eddie nyaris tak banyak yang berbau rock neoklasik. Berbeda dengan Yngwie Malmsteen yang sangat lekat dengan metal neoklasik. Tetapi salah satu tembang Van Halen dan merupakan satu-satunya instrumental adalah Eruption. Di sini, Eddie mengeksplorasi teknik-teknik gerungan gitarnya. Sampai-sampai banyak gitaris takjub.
Oleh Michael McCready, gitaris Pearl Jam, sayatan gitar pada tembang berdurasi nyaris dua menit itu mengingatkan pada komposisi musik Mozart. Karena itu barangkali lantas Wolfgang melekat dan dipilih menamai buah hatinya pada Maret 1991.
Wolfgang seakan menambah darah segar generasi baru Van Halen. Sebelumnya posisi bass diisi oleh Mark Stone yang bertahan hanya dua tahun. Era terlama dibetot oleh Michael Anthony selama lebih dari 30 tahun. Kemudian ia mendirikan Chicken Foot dan The Circle.
Tidak butuh waktu lama bagi Eddie memilih pengganti Anthony. Ada Wolfgang yang meski baru berusia 14 tahun tetapi bakat bermain musiknya sudah sangat kelihatan. Eddie membawa Wolfgang ke beberapa tur di saat musim liburan. Baru di tahun 2006, Eddie mengumumkan secara resmi pengganti Michael Anthony, seorang remaja berusia 15 tahun yang belum pula lulus SMA. Maka jadilah trio Van Halen (Alex, Eddie dan Wolf) bersama kembalinya David Lee Roth.
Perjalanan karir ayah-anak itu terus berlanjut. Bahkan kemudian menuntaskan dua album di tahun 2012 (A Different Kind of Truth) dan 2015 (album konser di Tokyo Dome).
Eddie meski bercerai dengan Valerie di tahun 2007, namun tetap menjaga hubungan baik. Tak heran jika sisi ini tak terlalu membuat Wolf kecewa berat. Ia tetap intim dengan sang ibu yang masih berkarya di industri televisi maupun sang ayah di panggung dan rekaman. Beberapa kali bahkan mereka bertiga saling bersua.
“Pop”, begitulah Wolf menyapa sang ayah. Eddie kerap dijuluki “amazing father”, “greatest father”, “best dad around”, dan didikan Eddie mengalir begitu saja membentuk Wolfgang yang sebenarnya tak beda dengan anak rumahan. Hubungan ini terasa sangat istimewa, kadang pun sampai mengeluarkan umpatan “F**k”.
Eddie benar-benar sosok familyman berbeda dengan ketika beraksi di panggung, ia terkenal dengan lompatan dimana kedua kaki di angkat tinggi-tinggi. Sammy Hagar menyebutnya Jumping Jack Ed.
Eddie amat dikenal karena teknik tapping dan pickup yang membawa teknik baru menggerayangi senar dari gitaris kelas dunia. Gitarnya sangat khas, bernama Frankenstrat. Tadinya berkelir hitam, tapi Eddie mencat ulang. Mula-mula ia tempeli selotip melintang ke sana ke mari tak keruan, lalu ia cat warna merah. Hasilnya gitar buatan Fender ini amat legendaris, dan itu memperkuat ciri khas Eddie.
Corak garis-garis itu lalu digunakan oleh Wolf karena sangat inspiratif. Michael Anthony sekalipun tak membuatnya. Jadilah bass yang menyerupai gitar sang ayah.
Kini, Van Halen tanpa Eddie. Sulit memang disebut Van Halen, walaupun masih ada Alex yang bersama mengibarkan bendera selama 48 tahun. Berbeda dengan tanpa Alex. Bahkan tak sulit mengganti Alex , seperti mudahnya mengganti Michael Anthony, David Lee Roth, Gary Cherone, atau Sammy Hagar. Tetapi tanpa Eddie, apa jadinya Van Halen?
“Hati saya hancur, dan saya rasa sulit kembali dari kehilangan ini,” ujar Wolf.
Valerie merasa sangat kehilangan. Katanya di akhir hayat mantan suaminya, “Empat puluh tahun yang lalu, hidup saya berubah selamanya ketika bertemu kamu. Kamu memberi saya satu-satunya cahaya sejati dalam hidup saya. Putra kita, Wolfie. sampai jumpa di kehidupan kita selanjutnya, cintaku.”
Ibarat harimau mati meninggalkan belang. Eddie meninggalkan teknik gitar yang legendaris tiada tara dan lebih dari 10 album semuanya fenomenal. (*)