Empat Desa di Papua Mengungsi Setelah Diteror KKB
JAYAPURA – Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terus melakukan teror terhadap masyarakat yang berada ada di Papua. Sehingga membuat warga di empat kampung di kawasan Distrik Tembagapura mengungsi ke Timika.
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua, Inspektur Jenderal Polisi Paulus Waterpauw, mengatakan jumlah warga yang mengungsi sudah mencapai 900 orang yang berasal dari empat kampung, yaitu Utikini, Longsoran, Kimberly, dan Banti.
Menurut Waterpauw, masyarakat yang mengungsi sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Sebab takut dengan teror tersebut, sehingga minta tolong untuk dievakuasi ke Timika.
“Aparat keamanan TNI-Polri hanya membantu memasilitasi permintaan tersebut dan mendapat bantuan kendaraan dari PT. Freeport untuk mengangkut warga,” ujanya di Jayapura, Minggu (8/3/2020).
Sebagian masyarakat, kata Waterpauw, memilih mengungsi ke polsek dan koramil di Tembagapura. Ia menambahkan, saat ini masih terjadi kontak tembak antara aparat keamanan dengan KKB.
Dari keterangan warga, kelompok bersenjata menempati kampung mereka dan mengganggu masyarakat.
“KKB juga meminta makanan dengan paksaan dan tak segan menodongkan senjata ke arah warga,” kata dia.
Beberapa waktu lalu, Waterpauw meminta dukungan masyarakat setempat untuk dapat memberantas KKB yang sering melakukan teror penembakan dan beragam aksi kekerasan lainnya.
Hal tersebut diungkapkan, setelah salah satu anggota Brimob Resimen III Jakarta tewas tertembak bernama Bharatu (Anumerta) Doni Priyanto, di Jipabera, sekitar Kampung Aroanop, Distrik Tembagapura, Mimika, pada Jumat (28/2/2020).
“Saya sangat berharap masyarakat ikut membantu. Tanpa bantuan masyarakat sulit rasanya kelompok-kelompok ini bisa diberantas,” ujarnya.
“Bila ada pelaku-pelaku kekerasan ini berseliweran di sekitar tempat tinggal masyarakat, tolong segera disampaikan kepada kami,” Waterpauw menambahkan.
Ia mengaku, kelompok kriminal tersebut sering membaur dengan warga lokal, sehingga tidak mudah dideteksi keberadaannya oleh aparat yang akan melakukan penegakan hukum. Seperti yang terjadi di Kenyam, Kabupaten Nduga beberapa hari lalu, kelompok tersebut masuk ke lingkungan masyarakat, namun tidak dilaporkan masyarakat.
“Kemudian mereka melakukan kekerasan sehingga anggota kami melakukan perlawanan untuk mempertahankan diri yang berujung pada tertembaknya beberapa orang, termasuk salah satu anggota kami,” katanya.
Oleh karena itu, ia memperingatkan beberapa pihak untuk tidak memutarbalikkan fakta, seolah-olah kehadiran aparat penegak hukum di Kabupaten Nduga melakukan kekerasan terhadap rakyat setempat.
“Saya tegaskan kepada beberapa pihak, jangan memutarbalikkan fakta. Tidak benar tuduhan bahwa kami mau melakukan upaya-upaya tertentu. Kami ada di situ untuk melakukan penegakan hukum,” kata dia. [Fan]