Crispy

Euro 2020: Ukraina Luncurkan Kostum Baru, Yahudi dan Rusia Marah

Ada peta Ukraina dengan Semenanjung Krimea yang bikin Rusia marah. Ada pula dua frasa yang berasal dari tulisan penyair nasional Ukraina Taras Shevchenko di tahun 1800-an. Kedua frasa itu digunakan anggota Organisasi Nasionalis Ukraina (OUN) dan Tentara Pemberontak Ukraina (UPA), kelompok paramiliter yang bertempur bersama Nazi Jerman pada Perang Dunia II.

JERNIH — Euro 2020 belum bergulir, tapi Ukraina mulai bikin panas suasana dengan memicu kemarahan online lewat peluncurkan kostum tim nasional. Orang Yahudi dan Rusia bergantian mengecam.

Sepintas tidak ada yang istimewa dari kostum timnnas Ukraina, selain warna kuning dan strip yang mencolok. Namun, di bagian depan kaos terdapat peta Ukraina dengan Semenanjung Krimea di dalamnya.

Ada kata-kata; ‘kejayaan Ukraina’ dan ‘kejayaan bagi pahlawan. Dua frasa itu sekilas tidak istimewa, tapi punya latar sejarah yang tidak mengenakkan bagi banyak orang.

Semenanjung Krimea kini telah menjadi bagian Rusia, setelah referendum. Bagi Rusia, Semenanjung Krimea adalah adalah ‘trofi’ kemenangan atas Turki dalam Perang Krimea.

Di era Uni Soviet, petinggi Kremlin memasukan Semenanjung Krimea ke dalam republik Ukraina. Setelah Uni Soviet bubar, Rusia menuntut pengembalian Semenanjung Krimea. Ukraina menolak, tapi tak bisa berbuat apa-apa ketika Rusia menggelar referendum yang dimenangkannya.

Dua frasa dalam kostum berasal dari tulisan penyair nasional Ukraina Taras Shevchenko di tahun 1800-an. Namun kedua frasa itu digunakan anggota Organisasi Nasionalis Ukraina (OUN) dan Tentara Pemberontak Ukraina (UPA), kelompok paramiliter yang menurut sejarawan bertempur bersama Nazi Jerman pada Perang Dunia II. UPA juga memainkan peran penting dalam genosida selama perang.

OUN, kelompok sayap kanan yang dipimpim nasionalis Stepan Bandera, diketahui berada di balik pembantaian 100 ribu etnis Polandia antara 1943-1945 sebagai upaya memerdekakan Ukraina.

Bersama UPA, OUN berpartisipasi dalam pembunuhan lebih satu juta orang Yahudi di seluruh Ukraina. Keduanya tercatat sebagai arsitek penghacuran penduduk paling brutal.

Sejak Maidan 2014, atau Revolusi Martabat untuk menggulingkan pemerintah Ukraina, kelompok-kelompok yang secara historis dianggap penting oleh neo-Nazi dan sayap kanan melihat reputasi mereka direhabilitasi oleh politisi arus utama di Ukraina. Mereka disebut pejuang untuk kebebasan negara.

Selain menghancurkan komunitas Polandia dan Yahudi, mereka berperang melawan Tentara Merah Soviet. Mereka membantu Nazi Jerman di front Eropa Timur.

Maret lalu, pejabat kota Lvov — salah satu benteng utama Maidan — mengumumkan akan mengganti nama stadion olahraga dengan Stepan Bandera. Patung kolaborator Nazi itu sudah berdiri di luar stasiun kereta utama Lvov.

Dubes Israel di Kiev mengecam keputusan Ukrainan memberi nama arena di Ternopil untuk menghormati Roman Shukhevich, pemimpin UPA yang mendapat pangkat kapten di batalion polisi tambahan Nazi Jerman.

Shekhevich, yang memimpin Batalion Nachtigall, berjuang di pihak Nazi dan dituduh mengambil bagian dalam pembantaian Yahudi di Lvov. Ukraina tak bergeming dengan keluhan Israel.

Andriy Pavelko, kepala asosiasi sepak bola Ukraina, mengatakan; “Kami percaya silhuet Ukraina akan memberi kekuatan kepada para pemain.” Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengejek dengan mengatakan harapan Ukraina bukan menjuarai Euro 2020, tapi mengambil kembali Semenanjung Krim.

“Sayangnya, itu mustahil,” kata Zakharova.

Back to top button