Gerakan Bersenjata Muslim Rohingya Muncul Lagi di Perbatasan Bangladesh
- Tahun 1980-an, RSO merajalela tapi diberangus militer Myanmar.
- RSO menghilang. Kini, mereka muncul lagi dan beroperasi.
- Kelompok baru juga muncul, menyebur diri ARSA dan RNO
- Selain ketiganya ada kelompok gengster pimpinan Abdullah Kane.
JERNIH — Jauh sebelum kudeta 1 Februari 2021, Rohingya menjadi berita utama internasional dan Myanmar menghadapi tuduhan genosida. Kini, kelompok-kelompok bersenjata Rohingya bangkit lagi dan melanjutkan perjuangan.
Situs The Irrawaddy memberitakan kelompok bersenjata Muslim Rohingya lama dan baru aktif di perbatasan Myanmar-Bangladesh. Mereka adalah Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), Rohingya Solidarity Organization (RSO), dan kelompok Abdullah Kane yang beroperasi seperti gengster.
RSO berdiri sejak 1980-an, dan sering menyerang pos-pos keamanan di Kotapraja Maungdaw di perbatasan Myanmar-Bangladesh. Tahun 1990-an, Myanmar melancarkan serangan balasan skala besar dan RSO tenggelam dalam ketidak-jelasan.
Setelah kudeta, RSO tiba-tiba muncul lagi. Juni lalu, seorang pria mengaku Mayor Kyaw Myint Tun, mengenakan seragam dan membawa piston di pinggang. Ia mengaku dari RSO, dan berbagi video di media sosial dengan narasi Bahasa Burma.
Mayor Kyaw mengatakan kelompok bersenjata akan melawan rezim dan memperjuangkan hak-hak Rohingya. Video itu memperlihatkan pejuang RSO menjalani latihan militer.
Kebangkitan RSO menimbulkan gesekan dengan ARSA, yang menyita pehatian setelah menyerang pos penjaga perbatasan di Maungdaw tahun 2016 dan 2017. ARSA mengatakan pihaknya memperjuangkan hak-hak Rohingya yang teraniaya, tapi tindakannya membunuh umat Hindu membuat banyak orang mempertanyakan motif-nya.
Penduduk desa Muslim di negara bagian Rakhine mengatakan kepada The Irrawaddy bahwa orang-orang yang mendukung ARSA diserang anggota RSO. ARSA membalas dengan menahan dan menganiaya orang yang dicurigai memiliki hubungan dengan RSO.
Gengster Abdullah Kane
Pada 2 September, seorang administrator Desa Pan Taw Pyin di Maungdaw ditembak mati dalam insiden seolah perampokan bersenjata. Dua pria di rumah administrator ditikam dan luka parah.
Penduduk desa mengatakan ada pos pemeriksaan yang dijalankan polisi penjaga perbatasan di dekat desa, dan tentara juta juga tinggal di sekolah desa pada hari kejadian.
Fakta bahwa rezim militer masih tidak dapat mengidentifikasi pelaku serangan menunjukan kuranganya keamanan di Maungdaw. Pada 9 September Rohingya Nationalist Organization (RNO), yang berbasis di kamp pengungsi Kutupalong di Bangladesh, mengatakan pembunuhan dan perampokan bersenjata itu dilakukan kelompok bersenjata pimpinan Abdullah Kane.
Kelompok ini juga bertanggung jawab atas penculikan dan perampokan terhadap administrator Desa Padin, Agustus lalu. Mereka juga merampok pengusaha meubel dan mantan kepala desa, Mei sebelumnya.
RNO juga menuduh geng Abdullah Kane melakukan kejahatan serupa di banyak tempat, dan mendesak Arakan Army (AA) menumpas Abdullah Kane.
Abadullah Kane, kini berusia 55 tahun, lahir di sebuah desa di selatan Maungadawa. Ia diyakini memiliki tempat persembunyian di desa-desa Muslim di Pegunungan Mayu di Rakhine.
Seorang pria yang mengaku bernama Abdullah Kane baru-baru ini mengirim pesan video di media sosial. Ia memberikan keterangan tentang dirinya.
“Saya dibesarkan di bawah tekanan kader partai di desanya selama pemerintahan Partai Program Sosialis Burma pimpinan mendiang Ne Win,” kata orang yang mengaku bernama Abdullah Kane itu.
“Saya ditangkap secara tidak adil oleh otoritas desa dan intelejen militer selama pemerintahan junta sebelumnya, dan saya melarikan diri,” lanjutnya.
Video diakhiri dengan ancaman akan memberi pelajaran kepada setiap administrator dan pengusaha Muslim yang bekerja sama dengan pihak berwenang.
Dua Kali Ditangkap
Ini fakta menarik. Abdullah Kane ternyata buronan. Kendati perbatasan dikendalikan junta militer dan AA, Abdullah Kane dan kelompoknya masih bisa beroperasi tanpa harus berhadapan dengan ARSA dan RSO.
Penduduk setempat mengatakan Abdullah Kane dua kali ditangkap tapi dibebaskan. Fakta ini menunjukan sosok yang satu ini memiliki hubungan dengan polisi penjaga perbatasan di Rakhine.
Beberapa penduduk setempat mengatakan pembunuhan dan perampokan yang dituduhkan kepadanya bukan dilakukan dilakukan Abdullah Kane, tapi oleh geng narkoba.
AA berusaha menangkapnya tapi tidak serius. Sebab, Abdullah Kane hanya menargetkan sesama Muslim, dan belum menyentuh etnis Rakhine.
Ada pula kelompok milisi Muslim yang ditugaskan emnegakan hukum di wilayah negara bagian Rakhine utara. Kelompok ini dilatih dan dipersenjatai AA. Namun tidak ada kelompok seperti itu di Kotapraja Maungdaw.
Ketika militer dan AA bentrok hebat, pertempuran sebagian besar terjadi di Rathedaun dan Buthidaung, dan nyaris tidak menyentuh Maungdaw.
Kelompok bersenjata Muslim dikabarkan telah menyusup ke Maungdaw dari Bangladesah. Mereka berada di luar jangkauan pasukan penjaga perbatasan Myanmar dan AA.