Gitaris Queen Brian May dan Ilmuwan NASA Luncurkan Buku tentang Asteroid Bennu
- Brian May bukan sekedar gitaris, tapi ilmuwan pemegang gelar PhD bidang astronomi.
- Bersama ilmuwan NASA, May memberi pemahaman baru tentang asteroid.
JERNIH — Gitaris Queen Brian May dan Dante Lauretta, ilmuwan kepala misi pengambilan sampel asteroid, berkolaborasi menulis buku tentang asteroid Bennu.
OSIRIS REx, pesawat NASA yang diluncurkan Oktober 2020 untuk mengejar asteroid Bennu, kini sedang menuju Bumi dengan material batuan luar angkasa. Pesawat dijadwalkan mendarat di Bumi pada 24 September 2023.
Tanpa sepengetahuan dunia, May — gitaris rock terhebat pilihan Majalah Total Guitar — diam-diam bekerja keras jelang pengambilan sampel. Ia juga membantu proses gambar yang diambil penjelajah NASA untuk menemukan tempat pendaratan yang cocok di permukaan berbahaya asteroid Bennu.
Pekerjaan ini ternyata sangat sulit dari yang diharapkan May dan Lauretta, kare asteroid Benni hanya selebar 525 meter. Bennu membalikan pemahaman ilmuwan tentang asteroid.
Dalam buku Bennu: 3-D Anatomy of an Asteroid, keduanya merinci perjalanan peluncuran. Buku setebal 200 halaman itu dipenuhi foto menakjubkan, dan diluncurkan di Museum Sejarah Alam di London, Kamis 27 Juli lalu.
May bukan sekedar pemusik. Ia adalah ilmuwan pemegang gelar PhD bidang astronomi. Ia kerap muncul dalam kuliah umum dengan pembicara almarhum Stephen Hawking dan astrofisikawan lainnya.
Sebelum bergelut dengan Bennu, May berkolaborasi dengan tim sains di belakang Rosetta — wahaha penjelajah komet milik Eropa — dan New Horizon, wahana penjelajah Pluto milik NASA.
May bergabung dengan OSIRIS REx Januari 2019, beberapa bulan setelah menjalin persahabatan degnan Lauretta. Keduanya memiliki minat yang sama. Lebih dari itu, Lauretta adalah penggemar Queen seumur hidup.
Lauretta mengatakan dia menggandeng May tidak untuk publisitas, alias agar bukunya laris manis di pasaran. May memiliki kapasitas keilmuan, dan akan mendapatkan penghasilan dari pengetahuannya tentang astronomi.
Keahlian May adalah pada pencitraan stereoskopis, teknik yang melibatkan penangkapan pasangan foto dengan cara yang terlihat oleh mahluk bermata dua seperti manusia. Kamera stereoskopik dipisahkan jarak tertentu, yang mengambil obyek sama dari sudut sedikit berbeda.
Saat dilihat melalui kacamata 3D, pemandangan yang ditangkap muncul dalam tiga dimensi yang jelas, sehingga pemrisa dapat merasakan kedalaman dan jarak antar struktur dalam gambar.
“Saya kagum dengan yang dihasilkan Brian May dan kolaboratornya; Claudia Manzoni,” tulis Lauretta dalam kata pengantar buku itu. “Melihat permukaan Bennu dengan cara ini seolah membawa pulang realitas yang mengintimidasi asteroid ini.”
OSIRIS REx adalah upaya pertama NASA mengumpulkan sampel asteroid. Pesawat meninggalkan Bumi, September 2016. Berdasarkan pemahaman kontemporer tentang asteroid, NASA berharap OSIRIS REx mendarat di permukaan asteroid yang mulus dengan lebar 82 kaki.
Ternyata, dalam gambar-gambar yang dikirim OSIRIS REx, tidak ada ruang terbuka untuk pesawat seukuran van mendarat. Bennu berbentuk gasing, yang membuat tim menghadapi kemungkinan gagal mencapai tujuan.
May tidak banyak bermain musik lagi. Itulah yang membuatnya memutuskan sibuk dengan sains. Ia memilih berada di belakang sejumlah ilmuwan yang berusaha mendaratkan OSIRIS REx di Bennu.
Berkat gambar-gambar permukaan Bennu yang diolah May, ilmuwan akhirnya menemukan lokasi pendaratan OSIRIS REx, yaitu di antara dua kawah. Saat itulah ilmuwan tahu bahwa tidak seluruh asteroid berupa bongkahan padat. Bennu adalah asteroid tumpukan pasir dan bebatuan yang terikat secara longgar oleh gravitasi sangat lemah.
Kerja keras May memberi pemahaman kepada ilmuwan tentang asteroid. Atau setidaknya May mendefinisi ulang asteroid.