Hari Ini Google Doodle Tampilkan Sosok Jurnalis Wanita Indonesia, Siapa Dia?
“Karya Doodle hari ini merayakan warisan Herawati dan jalan yang dia buka untuk perempuan di Indonesia”
JERNIH – Jurnalis wanita terkemuka Indonesia, Siti Latifah Herawati Diah, hari ini, Minggu (3/4) menjadi tampilan utama pada Google.
Menurut Google, hari ini menandai peringatan kelahiran Siti Latifah yang ke-105 tahun.
“Karya Doodle hari ini merayakan warisan Herawati dan jalan yang dia buka untuk perempuan di Indonesia,” kata Google.
Wanita tersebut lahir di Tanjung Pandan Belitung pada 3 April 1917 dan meninggal di Jakarta, 30 September 2016.
Wanita yang kerap disapa Herawati itu, rupanya punya andil dalam mendirikan The Indonesian Observer, surat kabar berbahasa Inggris pertama di Indonesia yang didirikan pada tahun 1955.
Baca Juga: Presiden Syarikat Islam: Dana Pembelian Minyak Rawan Digunakan Rusia untuk Lanjutkan Perang
Bahkan surat kabar tersebut, menjadi satu-satunya publikasi berbahasa Inggris di Indonesia selama lebih dari satu dekade. Dimana majalah itu menangkap aspirasi dan kesulitan bangsa yang baru merdeka untuk khalayak global.
Bila dilihat dari sisi pendidikan, Herawati menempuh studinya jurnalisme di Barnard College di New York. Bahkan wanita pribumi pertama lulusan universitas Amerika Serikat pada 1939 silam.
Ia terlebih dahulu menempuh pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) di Salemba, Jakarta dan American High School di Tokyo, Jepang, sebelumnya memutuskan ke Barnard College di New York.
Usai menjadi Alumnus Barnard College di New York, Herawati kembali ke Indonesia pada tahun 1942 dan menjadi reporter untuk newswire United Press International (UPI).
Herawati menggunakan koneksi diplomatiknya untuk melindungi monumen budaya Indonesia. Dia memimpin upaya untuk mendeklarasikan Kompleks Candi Borobudur sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Tak hanya sebagai jurnalis wanita hebat, Herawati juga dikenal sebagai seorang advokat yang kerap membela hak-hak perempuan.
Istri jurnalis Burhanuddin Mohammad “BM” Diah itu, juga mendirikan beberapa organisasi perempuan, termasuk Gerakan Pemberdayaan Suara Perempuan, yang memobilisasi perempuan Indonesia untuk memilih.