ICC Dakwa Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Perintahkan 76 Pembunuhan

- “Skala viktimisasi yang sebenarnya selama periode dakwaan jauh lebih besar,” kata Jaksa ICC.
- Nicholas Kaufman, pengacara Duterte, mengatakan kliennya tidak dapat diadili karena gangguan kognitif.
JERNIH — Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), Senin 22 September, mendakwa Rodrigo Duterte — mantan presiden Filipina — dengan tiga tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan dan terlibat dalam 76 pembunuhan dalam perang melawan narkoba.
Dakwaan bertanggal 4 Juli, tapi disunting secara ekstensif dan dipublikasikan Senin 22 September, memaparkan tuduhan terhadap mantan orang kuat Filipina berusia 80 tahun yang saat ini ditahan di Den Haag.
Dakwaan pertama menyangkut dugaan keterlibatan sebagai pelaku bersama dalam 19 pembunuhan antara 2013-2016, saat Duterte menjabat wali kota Davao City.
Dakwaan kedua berkaitan 14 pembunuhan terhadap apa yang disebut ‘Target Bernilai Tinggi’ tahun 2016-2017, atau saat Duterte menjabat presiden.
Dakwaan ketiga meliputi 43 pembunuhan selama operasi ‘pembersihan’ terhadap terduga pengguna atau pengedar narkoba tingkat rendah. Peristiwa ini terjadi di seluruh Filipina antara 2016-2018.
“Skala viktimisasi yang sebenarnya selama periode dakwaan jauh lebih besar, sebagaimana tercermin dalam sifat serangan yang meluas,” kata Jaksa ICC.
“Serangan itu mencakup ribuan pembunuhan, yang dilakukan secara konsisten selama periode dakwaan,” lanjut jaksa.
Kampanye Bertahun-tahun
Dakwaan terhadap Duterte bermula dari kampanye bertahun-tahun terhadap pengguna dan pengedar narkoba yang, menurut kelompok hak asasi manusia, menewaskan ribuan orang.
Surat perintah penangkapan yang dikeluarkan untuk Duterte pada 7 Maret berisi satu dakwaan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait 43 dugaan pembunuhan. Dakwaan jaksa penuntut muncul jelang sidang yang dijadwalkan mendengarkan dakwan terhadap Duterte.
Namun sidang ditunda karena pengadilan mempertimbangkan kelayakan Duterte untuk mendengarkan dakwaan. Nicholas Kaufman, pengacara Duterte, mengatakan kliennya tidak dapat diadili karena gangguan kognitif di berbagai aspek. Kaufman mendesak ICC menunda proses hukum tanpa batas waktu.






