Imam Besar Al Azhar Puji Ensiklik Paus Fransiskus
- Kesetaraan tidak dicapai hanya dengan mengatakan semua manusia sama, tapi hasil perkembangan kesadaran dan pendidikan.
- Paus Fransiskus menyalahkan media sosial yang berkontribusi menurunkan standar debat publik.
- Pandemi virus korona haruslah menginspirasi perlunya pemikiran ulang pemikiran tentang prioritas global.
Kairo — Imam Besar Al Azhar Sheikh Ahmed El-Tayeb mengatakan Fratelli Tutti, ensiklik sosial Paus Fransiskus, mengungkapkan realitas global masyarakat dan sistem yang cacat.
“Pesan saudara saya Paus Fransiskus, bahwa kita adalah saudara-saudari, adalah perpanjangan dari Dokumen Persaudaraan Manusia,” kata Sheik El-Tayeb di akun Twitter-nya.
“Pesan itu ditujukan kepada yang memiliki niat baik dan hati hurani yang hidup, dan memulihkan kesadaran manusia.
Ensiklik, atau pengajaran tertinggi kepausan, ditanda-tangani Paus Fransiskus di makam Santo Fransiskus di Assisi. Februari 2019, Paus Fransiskus dan Sheikh El Tayeb menana-tangani Dokumen Persaudaraan Manusia di Abu Dhabi.
Dalam ensiklik itu, Paus menyeru kembali ke pengembangan kebaikan untuk diri sendiri dan kepentingan bagi seluruh umat manusia.
“Kita harus memiliki keberanian untuk memberikan suara kepada mereka yang terdiskriminasi,” kata Paus. “Dunia ada untuk semua orang, karena kita semua adalah manusia. Kita lahir di Bumi ini dengan martabat sama.”
Kesetaraan, masih menurut Paus Fransiskus, tidak dicapai dengan mengatakan bahwa semua manusia adalah sama. Namun, lanjutnya, kesetaraan adalah hasil perkembangan kesadaran dan pendidikan.
“Berapa banyak yang diperlukan keluarga manusia untuk belajar hidup berasma dalam harmoni dan damai, tanpa perlu kita semua menjadi sama,” kata Paus Fransiskus.
Konflik lama yang diyakini telah terkubur, demikian Paus Fransiskus, kembali meletus. Ekstremisme, nasionalisme kebencian dan agresi meningkat. Persaudaraan haruslah didasarkan pada persabatan sosial banga yang menyeru jenis politik lebih baik.
Paus Fransiskus juga menyarankan agar pandemi virus korona harus menginspirasi pemikiran ulang tentang prioritas global. Ia juga menyalahkan media sosial, karena berkontribusi menurunkan standar debat publik.