- Metode usap anal tetaplah kontroversi. Seorang pakar menunjukan buktinya.
- Virus korona bertahan lama di pencernaan, bukan di saluran pernafasan.
- Untuk meminimalkan diagnosis terlewat, gunakan tes usap anal.
JERNIH — Beijing menggunakan uji usap anal kepada warganya untuk mendapatkan hasil tes Covid-19 lebih akurat.
Daily Mail memberitakan otoritas kesehatan Beijing meminta warganya memasukan cotton butt ke dalam rektum — atau bagian dari sistem pencernaan manusia dengan panjang 10 sampai 15 centimeter — sedalam dua sampai tiga centimeter dan diputar dua kali.
Setelah itu, kapas di cotton butt dilepas dan ditempatkan dengan aman di wadah sampel. Seluruh prosedur berlangsung sekitar 10 detik.
Beijing lebih sering menggunakan metode yang disebut pendeteksian derriere selama pengujian massal. Pekan lalu, metod ini memastikan seorang bocah laki-laki usia sembilan tahun positif terkena virus korona.
Dirriere adalah kata dalam Bahasa Prancis yang artinya pantat. Arti lainnya adalah belakang.
Sejak 17 Januari 2021 tiga juta penduduk di tiga distrik di Beijing menjalani tes untuk membendung penularan. Lebih 1.000 staf dan siswa di sekolah yang peserta didiknya terinfeksi menjalani tes asam nukleat, termasuk usapan anal.
Metede ini telah digunakan di Cina sejak tahun lalu, tapi hanya dalam kelompok usia tertentu dan di pusat karantina. Alasannya, tidak setiap orang merasa nyaman dengan tes ini.
Li Tongzeng, dari RS You’an Beijing, mengatakan jejak virus korona bertahan lebih lama di anus dan kotoran dibanding sampel yang diambil dari tenggorokan dan hidung.
“Kami menemukan beberapa pasien tanpa gejala cenderung pulih dengan cepat,” kata Li. “Ada kemungkinan jejak virus tidak terdapat di tenggorokan setelah tiga sampai lima hari.”
Namun, lanjutnya, virus bertahan lebih lama di saluran pencernaan dan kotoran pasien, bukan di saluran pernapasan.
“Jika melakukan tes usap anal untuk pengujian asam nukleat, deteksi terhadap pasien meningkat dan menurunkan kemungkinan diagnosis terlewat,” ujar Li.
Nyonya Gao, seorang penduduk yang dikarantina di Tangshan, menceritakan penglamanannya menjalani tes usap anak di pusat isolasi.
“Tes memaka waktu 10 detik,” kata Nyonya Gao kepada Beijing News. “Saya masukan cotton butt ke dalam rektum. Itu saya lakukan dua kali.”
Uji usap anal memicu diskusi online. Seorang dokter membuat video dirinya melakukan tes itu. Respon netizen beragam, ada yang ngeri tapi tak sedikit gembira.
Meski demikian akurasi dan efisiensi tes usap anak tetap menjadi kontroversi di antara para pakar.
Yang Zhanqiu, wakil direktur Departemen Biologi Patogen Universitas Wuhan, mengatakan Global Times bahwa tes usap hidung dan tenggorokan tetap yang paling efisien.
Alasannya; “Virus menular lewat pernafasan bagian atas, bukan sistem pencernaan.”
Ada satu kasus, menurut Yang, seorang pasien dinyatakan positif Covid-19 setelah menjalani tes usap anak. Namun, lanjutnya, tidak ada bukti pasien itu tertular melalui pencernaan seseorang.
Kontroversi selalu ada, tapi tes — apa pun metodenya — perlu dilakukan. Cina mengesampingkan kontroversi, dan menjalani tes dengan semua metode.