CrispyVeritas

Inilah Perubahan Peta Palestina Sejak Kolonialisme Pemukim Israel Belum Lagi Ada

“Saya warga negara Palestina. Dari 1921 -1948, saya memakai paspor Palestina,” kata Perdana Menteri Israel, Golda Meir, dalam sebuah wawancara televisi pada 1970. Sebelum Inggris mencaplok dan menguasai Palestina pada 1917, hanya ada enam persen Yahudi dari keseluruhan penduduk Palestina.

JERNIH– Sebelum Kolonialis Pemukim Israel berdiri pada 1948, yang ada adalah Palestina. Seperti kata Perdana Menteri Israel Golda Meir dalam sebuah wawancara televisi pada 1970: “Saya warga negara Palestina. Dari 1921 -1948, saya memakai paspor Palestina.”

Dia menekankan penduduk di Palestina hidup sebelum negara Zionis terbentuk adalah orang Arab dan Yahudi, tinggal berbaur dan bergaul dengan damai.

Namun setelah “Deklarasi Balfour” yang diinisiasi penjajah Inggris pada 1917, Palestina mulai terkoyak. Pelan tapi pasti gerakan Zionis merampas lahan dan properti warga Palestina sampai akhirnya peta Palestina saat ini mirip potongan-potongan kecil keju Swiss.

Berikut perubahan wilayah Palestina sedari belum ada negara Israel:

1917

Selama Perang Dunia Pertama, Inggris membuat beragam perjanjian kontroversial untuk mendapat sokongan dari berbagai pihak di Timur Tengah. Paling tersohor adalah Deklarasi Balfour, sebuah komitmen disampaikan pemerintah Inggris secara terbuka untuk membangun sebuah tanah air bagi bangsa Yahudi di Palestina.

Pada 31 Oktober 1917, pasukan Inggris mencaplok wilayah Palestina dari Kekhalifahan Usmaniyah, mengakhiri pemerintahan Islam selama 1.400 tahun di daerah ini. Pada 1920, mulai berlaku Mandat Inggris di Palestina sampai 28 tahun lamanya.

Sebelum Inggris berkuasa, hanya terdapat enam persen orang Yahudi dari keseluruhan penduduk Palestina.

1918-1947

Kekuasaan Inggris di Palestina memfasilitasi imigrasi orang-orang Yahudi dari Eropa ke Palestina selama 1920-an hingga 1930-an. Sehingga jumlah warga Yahudi di Palestina bertambah dari enam persen pada 1918 menjadi 33 persen di 1947.

1920-1946

Menurut data resmi pemerintah Inggris, sebanyak 376.415 imigran Yahudi, kebanyakan dari Eropa, tiba di Palestina selama 1920-1946. Puncaknya terjadi pada 1935, yakni 61.854 warga Yahudi pindah ke Palestina.

Berikut jumlah imigran Yahudi datang ke Palestina dari 1920-1946 berdasarkan hasil survei di Palestina pada 1946: 1920 (5.514), 1921 (9.149), 1922 (7.844), 1923 (7.421), 1924 (12.856), 1925 (33.801), 1926 (13.081), 1927 (2.713), 1928 (2.178), 1929 (5.249), 1930 (4.944), 1931 (4.075), 1932 (9.553), 1933 (30.327), 1934 (42.359), 1935 (61.854), 1936 (29.727), 1937 (10.536), 1938 (12.868), 1939 (16.405), 1940 (4.547), 1941 (3.647), 1942 (2.194), 1943 (8.507), 1944 (14.464 ), 1945 (12.751), 1946 (7.851).

1947

Sehabis Perang Dunia kedua, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru terbentuk mengajukan sebuah rencana membagi dua wilayah Palestina, yakni 55 persen buat orang Palestina dan 45 persen bagi kaum Yahudi. Yerusalem akan tetap di bawah kontrol internasional.

Dalam pemungutan suara di Sidang majelis Umum PBB membahas Resolusi 181 mengenai Rencana Partisi Palestina itu, sebanyak 33 negara mendukung (Australia, Belgia, Bolivia, Brasil, Belarusia, Kanada, Kosta Rika, Cekoslowakia, Denmark, Republik Dominika, Ekuador, Prancis, Guatemala, Haiti, Islandia, Liberia, Luksemburg, Belanda, Selandia Baru, Nikaragua, Norwegia, Panama, Paraguay, Peru, Filipina, Polandia, Swedia, Ukraina, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Uni Soviet, Uruguay, dan Venezuela).

Sebanyak 13 negara menolak (Afghanistan, Kuba, Mesir, Yunani, India, Iran, Irak, Libanon, Pakistan, Arab Saudi, Suriah, Turki, dan Yaman) serta sepuluh negara abstain (Argentina, Cile, Cina, Kolombia, El Salvador, Ethiopia, Honduras, Meksiko, Inggris, dan Yugoslavia).

1948

Pada 14 Mei 1948, mandat Inggris di Palestina berakhir dan memicu meletupnya Perang Arab-Israel pertama. Pasukan militer Zionis berhasil mengusir paling tidak 750 ribu orang Palestina dari kampung halaman mereka dan merampas 78 persen wilayah Palestina. Sedangkan sisanya dibagi dua ke dalam Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Pertempuran berlanjut sampai tercapainya gencatan senjata antara Israel dengan Mesir, Libanon, Yordania, dan Suriah pada Januari 1949. Perbatasan versi gencatan senjata itu dikenal sebagai Garis Hijau dan secara umum diakui sebagai batas wilayah antara Israel dan tepi Barat.

Garis Hijau juga dipandang sebagai batas wilayah antara Israel dan Palestina sebelum pecah Perang Enam Hari pada 1967.

1967

Selama Juni 1967, Israel mencaplok semua wilayah Palestina dan mengusir 300 ribu warga Palestina dari rumah-rumah mereka. Israel juga merebut Dataran Tinggi Golan di bagian utara dan Semenanjung Sinai di sebelah selatan Palestina.

Pada 1978, Mesir dan Israel menandatangani perjanjian damai Camp David sekaligus menandai pembukaan hubungan diplomatik antara kedua negara. Mesir menjadi negara Arab pertama berdamai dengan negeri Zionis itu.

1993 dan 1995

Perjanjian Oslo menandai kesepakatan damai pertama dicapai antara Palestina dan Israel. Perjanjian ini melahirkan Otoritas Palestina berwenang mengatur keamanan internal, pemerintahan, dan urusan sipil lainnya di wilayah mereka kuasai untuk periode lima tahun.

Di lapangan, wilayah Tepi Barat terbagi atas tiga kategori:

Area A mulanya seluas tiga persen dari Tepi Barat kemudian berkembang menjadi 18 persen pada 1999. Di Area A, Palestina mengontrol sebagian besar urusan.

Area B seluas 22 persen dari Tepi Barat. Di Area A dan B, Otoritas Palestina berwenang mengatur sektor pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Sedangkan Israel mengontrol penuh keamanan eksternal, berarti mereka berhak memasuki Area A dan B kapan saja.

Area C sebesar 60 persen dari wilayah Tepi Barat. Sesuai Perjanjian Oslo, kontrol atas wilayah ini mestinya diserahkan kepada Palestina. Tapi Israel mengambi alih semua kewenangan, termasuk keamanan, perencanaan, dan pembangunan. Penyerahan kewenangan kepada Palestina tidak pernah terjadi.

Bangsa Palestina menolak proposal ini lantaran bakal banyak kehilangan teritori. Waktu itu, Palestina menguasai 94 persen wilayah dengan 67 persen penduduk. Namun proposal PBB itu tidak pernah terlaksana.

Peta Palestina sekarang

Kalau digabung, wilayah Palestina dan Israel seluas 26.790 kilometer persegi. Ini hampir sebanding dengan luas Negara Bagian Hawaii, Amerika Serikat (28.313 kilometer persegi), Pulau Karibia, Haiti (27.750 kilometer persegi) atau Albania (28.748 kilometer persegi).

Wilayah dikuasai Palestina meliputi Jalur Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur sebesar 6.020 kilometer persegi. Terdiri dari Gaza seluas 365 kilometer persegi dan ini setara dengan luas Cape Town, Afrika Selatan (400 kilometer persegi), Abbotsford, Kanada (375 kilometer persegi), Detroit, Amerika Serikat (370 kilometer persegi), Sheffield, Inggris (367 kilometer persegi), dan Lucknow, India (349 kilometer persegi).

Sedangkan Tepi Barat dan Yerusalem Timur seluas 5.655 kilometer persegi dan itu sebanding dengan Delaware, Amerika Serikat (6.446 kilometer persegi), Perth, Australia (6.418 kilometer), Negara Bagian Abia, Nigeria (6.320 kilometer persegi), Brasilia (5.802 kilometer persegi), dan Brunei Darussalam (5.765 kilometer persegi).

Sedangkan Israel sebesar 20.770 kilometer persegi berdasarkan Garis Hijau sebanding dengan New Jersey, Amerika Serikat (22.591 kilometer persegi), El Salvador (21.041 kilometer persegi), Slovenia (20.273 kilometer persegi), Bengkulu, Indonesia (19.919 kilometer persegi), dan Gauteng, Afrika Selatan (18.176 kilometer persegi).

Wilayah Palestina sudah dikuasai miiter Israel sejak 1967 sekaligus menjadi penjajahan terlama dalam sejarah dunia modern. Gaza dan Tepi Barat berpenduduk sekitar lima juta orang terbagi ke dalam 16 wilayah administrasi setingkat provinsi, yakni sebelas provinsi di Tepi Barat (Jenin, Tubas, Tulkarim, Nablus, Qalqiya, Salfit, Ranmallah dan Al-Birrah, Jericho, Yerusalem, Bethlehem, dan Hebron), serta lima provinsi di Gaza (Gaza Utara, Gaza, Dair al-Balah, Khan Yunis, dan Rafah).

Namun di Tepi Barat dan Yerusalem Timur berdiri 250 permukiman Yahudi, termasuk 120 tidak resmi, dan menurut hukum internasional ilegal. Sebanyak 350 permukiman Yahudi itu dihuni oleh 683.353 orang (463.353 di Tepi Barat dan 220.200 di Yerusalem Timur). Jumlah pemukim Yahudi ini sepuluh persen dari 6,8 juta penduduk Israel.

Pada 18 November 2019, Amerika menyatakan permukiman Yahudi di Tepi Barat tidak melanggar hukum internasional.

Selain oleh permukiman Yahudi, wilayah Palestina makin tercabik-cabik lantaran berdiri Tembok Pemisah di Tepi Barat, sepanjang paling tidak 700 kilometer persegi. Dinding apartheid ini dibangun sejak 2002 dan 85 persennya dibuat di atas wilayah Tepi barat dan bukan di Garis Hijau menjadi pembatas antara Israel dan Tepi Barat.

Mobilitas penduduk Palestina di Tepi Barat terganggu oleh lebih dari 700 blokade jalan, termasuk 140 pos pemeriksaan keamanan. Sekitar 700 ribu warga Palestina dengan izin kerja di Israel wajib melintasi pos pemeriksaan saban hari.

Dari 140 pos pemeriksaan itu, pos paling sibuk berada di At-Taibah (Tulkarim), Ayal (Qalqiya), Qalandia (Yerusalem Timur), Pos 300 (Bethlehem), dan Tarkumia (Hebron).

Saat ini terdapat 1,5 juta warga Palestina tinggal di 58 kamp pengungsi resmi bentukan PBB di seanter Palestina dan negara-negara tetangga. Secara keseluruhan ada lebih dari lima juta pengungsi Palestina terdaftar dan kebanyakan menetap di luar kamp resmi.

Israel sejatinya sudah dua kali melakukan aneksasi, yakni Yerusalem Timur pada 1980 dan Dataran Tinggi Golan pada 1981. Pemerintah Amerika pada 25 Maret 2019 mengakui Golan sebagai wilayah kedaulatan Israel.

Israel sudah menguasai Yerusalem Barat sejak 1948 dan setelah mencaplok Yerusalem Timur pada 1967, Israel mendeklarasikan Yerusalem sebagai ibu kota abadi Israel dan tidak dapat dibagi dua dengan Palestina. Deklarasi ini tercantum dalam Hukum Dasar Yerusalem, disahkan oleh Knesset (parlemen Israel pada 1980).

Menurut Jerusalem Institute for Policy Research, sampai tahun ini terdapat 349.700 warga Israel dan 4.500 orang Palestina tinggal di Yerusalem Barat. Sedangkan 220.200 orang Israel dan 345 ribu warga Palestina bermukim di Yerusalem Timur. [Al-Balad]

Back to top button