Invasi Rusia ke Ukraina Bunuh Lebih 5.000 Lumba Lumba Laut Hitam
- Sonar, suara mesin kapal, dan ledakan ranjau, membuat lumba-lumba kehilangan kemampuan navigasi.
- Lumba-lumba menjadi buta, tak bisa cari makan, menabrak apa saja, dan mati di kedalaman laut.
JERNIH — Lebih 5.000 lumba-lumba mati dan terdampar di pantai Laut Hitam. Ilmuwan menyalahkan invasi Rusia ke Ukraina.
Pakar biologi Ivan Rusev mengatakan angkat kematian sesungguhnya mungkin jauh lebih besar. Penyebab kematian, menurut Rusev, adalah perangkat sonar di kapal selam Rusia yang ditempatkan di Laut Hitam.
Menurut Rusev, hanya lima persen lumba-lumba yang mati terdampar di pantai. “Sekitar 95 persen tenggelam ke dasar Laut Hitam,” kata ilmuwan yang bekerja di Taman Alam Nasional Tuzly Lagoons di Odessa, Ukraina.
Lumba-lumba yang mati dan tenggelam tidak mungkin dideteksi dan dihitung. Jadi, menurutnya, beberapa ilmuwan percaya jumlah lumba-lumba yang tewas sedemikian besar.
Kematian terjadi selama perang barbar Rusia vs Ukraina, yang dimulai 24 Februari lalu. Kepada kelompok hak binatang Open Cages Ukraina, Rusev mengatakan sonar pada kapal selam Rusia di Laut Hitam merusak kesehatan hewan.
“Lumba-lumba jatuh ke zona radiasi perangkat navigasi, yang menonaktifkan organ navigasi dan ekolokasi mereka,” tulis Rusev di laman Facebook-nya.
Menggunakan gelombang suara, atau ekolokasi, lumba-lumba menemukan obyek di dalam air. Inilah yang membantu mereka menavigasi, orientasi, menemukan makanan, interaksi sosial, dan menghindari obyek atau predator berbahaya.
Namun sonar, dan suara konstan mesin kapal serta letusan senjata, menyebabkan lumba-lumba tertekan dan melumpuhkan kemampuan mereka bernavigasi.
Pakar biologi lainnya mengatakan lumba-lumba yang terdampar di muara Sungai Ropotamo, Bulgaria, akhir Mei lalu, menderita luka bakar. Kemungkinan akibat ranjau dalam air.
Ini menunjukan ranjau tidak hanya membunuh mahluk laut, tapi sonar menghalangi kemampuan lumba-lumba menghindari ranjau saat berenang di dalam air.
Bahaya lain yang dihadapi lumba-lumba adalah ledakan dan pemboman, yang dapat menyebabkan lumba-lumba menjadi buta.
“Setelah kehilangan orientasi, hewan kehilangan kontrol akustik atas lingkungan,” kata Rusev. “Lumba-lumba stress, panik, dan tidak dapat bernavigasi.”
Akibat berikutnya adalah lumba-lumba menabrak segala yang ada di depannya, termasuk ranjau, batu, dan lainnya. Mereka tidak lagi bisa menangkap ikan yang berenang di depannya.
“Lumba-lumba yang kelelahan adalah lumba-lumba yang lemah. Mereka jatuh ke jaring nelayan Turkiye tanpa bereaksi terhadap pingr, alat pengusir lumba-lumba,” kata Rusev.
Sebelum perang, konservasionis menemukan lumba-lumba terdampat di pantai dengan luka terkeja jaring, atau sirip mereka diambil nelayan. Kini, banyak lumba-lumba mati dan terdampar di pantai dengan luka-luka akibat menabrak sesuatu.
Jika perang berlanjut, entah berapa ribu lagi lumba-lumba Laut Hitam akan mati. Rusia mungkin tidak peduli dengan semua itu, setidaknya sampai mereka menguasai Ukraina.