Crispy

Moscow Times: 300 Tentara Muslim Kaukasus Tolak Penugasan Perang di Ukraina

Beberapa tentara kembali dengan radang dingin dan anggota badan mereka harus diamputasi. “Para prajurit itu mengklaim bahwa mereka memiliki masalah dengan seragam dan senjata,”kata seorang pengacara di Moskow yang tidak mau disebutkan Namanya, yang mewakili para prajurit itu, kepada Moscow Times.

JERNIH– Sedikitnya 300 tentara dari satu unit di Kaukasus Utara, Rusia, menolak ditempatkan di Ukraina pada bulan pertama perang, sebagaimana dilaporkan media Rusia, The Moscow Times. Tentara yang kebanyakan warga dari Republik Dagestan yang mayoritas berpenduduk Muslim itu, menolak penempatan di wilayah separatis pro-Rusia, Donbas di Ukraina timur, menurut aktivis yang menjadi sumber tulisan Moscow Times.

Dagestan, wilayah pegunungan yang mayoritas penduduknya Muslim di Laut Kaspia, memiliki salah satu korban tewas militer tertinggi dalam invasi Rusia. Tanpa menunggu surat pelepasan mereka, 300 tentara dilaporkan kembali ke markas mereka di kota Buynaksk pada bulan Maret, di mana mereka meluncurkan proses pemutusan kontrak mereka.

Masyarakat setempat pun dengan mudah menerima kembali mereka yang dianggap pemerintah Rusia sebagai pembelot itu. Beberapa tentara kembali dengan radang dingin dan anggota badan mereka harus diamputasi. “Para prajurit itu mengklaim bahwa mereka memiliki masalah dengan seragam dan senjata,”kata seorang pengacara di Moskow yang tidak mau disebutkan namanya, yang mewakili para prajurit itu, kepada Moscow Times.

Mereka menambahkan bahwa jaksa militer sedang meninjau kasus mereka untuk penuntutan pidana karena ketidakhadiran mereka dari medan perang selama lebih dari 10 hari. Beberapa tentara kemudian mendaftar kembali untuk ditempatkan di Ukraina di bawah tekanan dari kerabat dan pihak berwenang setempat, kata para aktivis. Moscow Times mengatakan tidak dapat berbicara dengan para prajurit itu sendiri karena kepulangan mereka bersifat pribadi, dengan rasa malu yang mengelilinginya.

Insiden itu menyusul laporan aktivis tentang 150 tentara lain dari Republik Siberia Buryatia yang menolak ditempatkan pada awal Juli setelah permohonan video yang langka dari istri mereka. Dagestan dan Buryatia memiliki jumlah korban tertinggi yang dilaporkan secara resmi dalam invasi Rusia ke Ukraina, dengan kematian lebih dari 200 kematian untuk tiap wilayah. [The Moscow Times]

Back to top button